Seorang gadis yang berasal dari masa depan bertransmigrasi pada masa lalu di tubuh gadis bodoh keluarga petani yang miskin.
Mereka sebenarnya adalah keluarga bangsawan yang dijebak dan diasingkan.
Bisakah gadis ini dengan sistem pertanian yang mengikutinya bertransmigrasi mengubahkan dan mengangkat kembali harkat dan martabat keluarga nya...
Atau musuh-musuh ayahnya justru akan menghalangi jalannya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Liyo Owi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rasa apa ini?
Saat suapan bubur itu sampai dimulutnya, tuan muda itu memang merasakan kesegaran dan juga kehangatan seperti api yang menyala dalam tubuhnya tetapi tetap ada rasa yang kurang. Tidak ada lagi rasa dan aroma wangi yang tadi pagi dia rasa dengan seluruh indranya.
Dengan enggan, dia meletakkan sendok makannya. Meskipun khasiatnya masih sama tetapi ada yang masih kurang pada bubur ini.
"Mengapa tuan muda, apa ada yang salah!";
Dengan rasa takut takut, manager bertanya.
"Jelas, aku tidak merasakan keharuman yang membangkitkan selera makanku seperti pada bubur tadi pagi".
"Apakah orang yang memasak ini adalah orang yang sama".
Tuan muda menyusulkan pernyataan dengan pertanyaan.
"Tentu berbeda tuan, bukankah saya katakan bahwa nona penjual beras itu yang memasak bubur tadi pagi tapi bubur yang sekarang dibuat oleh kepala koki yang merupakan mantan koki dari istana kekaisaran. Seharusnya masakannya lebih lezat dari masakan gadis desa itu ".
Manajer mencoba untuk membela koki kepalanya.
"Lezat apanya, mananya yang lezat itu, aku tidak merasakan apa-apa di lidahku".
kata tuan muda dengan marah.
Tentu saja selain tuan muda semua orang di rumah makan itu akan mengatakan hal yang sama bahwa masakan koki kepala itu sangat lezat tetapi mereka memang tahu bahwa karena keracunan itu, sudah lama tuan muda mengalami mati rasa di lidahnya jadi semua makanan akan terasa hambar di lidahnya.
"Sudah habiskan semuanya, aku tidak mau makan lagi".
Manajer memandang dengan sedih melihat semua makanan di meja kembali dibersihkan oleh duo penjaga bayangan itu yang sekarang terlihat seperti orang yang sudah kelaparan berhari-hari padahal seharusnya tuan muda lah yang merasa kelaparan karena dia memang sudah jarang makan lagi.
Untungnya kultivasi nya sudah tingkat puncak ke sembilan sehingga dia bisa tidak makan berhari-hari tanpa kelaparan.
Tentu saja sebagai manusia, dia juga ingin makan makanan lezat untuk memuaskan Indra perasanya
Dengan frustasi tuan muda duduk di kursi dan meminum anggur yang ada di hadapannya.
"Eng, tuan muda aku punya saran";
Kata manajer hati-hati.
Tuan muda mengangkat kepalanya dan memandang tajam manajer.
Manajer semakin takut tetapi dia masih mencoba menguatkan hatinya karena dia tidak mau kehilangan kepalanya eh kedudukannya sebagai manajer di rumah makan itu.
"Begini tuan, mungkin kita bisa meminta nona Joan untuk memasak bubur bagi tuan muda. Kita bisa membayarnya untuk ini"
Mendadak mata tuan muda berbinar cerah
Benar, itu usulan yang cemerlang.
"Baik, suruh orang memanggilnya, aku akan membayar 10 keping emas untuk setiap piring masakan yang dia buat".
Segera tuan muda itu menjawab manajer.
"Surga, konsep apa ini. sepuluh keping emas untuk setiap piring masakan. Gaji koki kepala saja hanya 500 keping perak yang setara dengan 50 000 keping tembaga tapi kalau dibandingkan dengan emas itu hanya berharga setengah keping emas saja".
Kepala setiap orang di ruangan itu kecuali tuan muda mulai berdenyut kencang. Ah andaikata masakan mereka dihargai semahal itu.
Tapi tidak ada satu orang pun di ruangan itu yang berani membantah ucapan tuan muda.
"Siap tuan muda, aku akan memerintahkan A Hui untuk segera mengundang nona Joan kemari"; jawab manajer.
Tanpa menunda waktu lagi manajer segera memerintahkan A Hui untuk berangkat ke desa Genteng menemui Joan.
A Hui menaiki kereta kuda sehingga hanya dalam satu jam saja, dia sudah sampai ke desa itu. A Hui cukup terpesona melihat penataan desa yang rapi, dia berpikir seolah-olah dia tidak datang di satu desa yang terpencil tapi justru di tengah sebuah kota satelit yang tertata rapi. Tetapi dia tidak berlama-lama dengan pikirannya. Dia punya misi yang harus segera diselesaikan nya.
Tentu saja kedatangannya menarik perhatian mata semua penduduk desa. Setelah menanyakan ke seseorang yang dia temui, A Hui segera tiba di rumah keluarga ayah Joan.
"Tok, tok, tok".
Suara pintu diketuk.
Keluarga Joan yang sedang menikmati makanan terkejut karena tidak biasanya ada tamu yang datang di tengah jam makan.
Kakak kedua segera membukakan pintu dan terkejut dengan orang yang berdiri di depan nya.
Sambil menolehkan kepalanya ke meja makan, dia berseru;
"Kakak A Hui ada di sini".
Ayah segera bangun dari kursinya dan menyambut A Hui di pintu masuk dan membawanya ke depan meja makan. Joan dengan patuh menyerahkan kursinya kepada A Hui dan pindah ke kursi di depan meja kecil di samping meja makan utama.
A Hui tidak segera duduk di kursi yang disediakan baginya malah dengan malu hati dia tetap berdiri dan berkata;
"Uh maaf, aku tidak tahu kalau kalian sedang maka. Lebih baik aku kembali keluar dulu dan baru kembali setelah selesai makan".
A Hui tentu saja ingin makan bersama mereka karena dia mencium keharuman masakan yang terdiri dari bahan makanan mistis. Tetapi dia sadar diri dan merasa tidak pantas untuk makan bersama mereka.
"Tidak kakak A Hui, jelas kamu sudah ada di sini dan tentu kamu belum makan malam sebelumnya. Ayo duduklah, tidak perlu malu, bukankah kakak mengatakan bahwa kami semua adik-adikmu. Jadi kakak ada di rumah sendiri."
Mendengar perkataan Joan dan melihat ayah yang mengangguk memberikan persetujuannya. A Hui tidak sungkan lagi untuk duduk di kursi yang ditinggalkan Joan dan menikmati makanan bersama mereka.
Dia langsung merasa jiwa nya diperkuat dan seperti ada api yang membakar dalam dadanya. Tubuhnya menjadi panas dan seolah dia akan melakukan terobosan.
Kultivasi nya memang sudah lama macet, sudah lebih 4 tahun dia tidak bisa lagi melangkah lebih jauh dari tingkat ke lima.
Ayah dan Joan memandang kepada A Hui dan mereka mengerti apa yang sedang terjadi karena itu biasa bagi mereka yang baru pertama kali makan dari masakan mistik
Ayah Joan sendiri sudah ada di tingkat ke delapan. Ibu di tingkat ke tujuh, Adik ke dua dan ke tiga ada ditingkat ke enam dan adik bungsu yang justru mengejutkan karena dia ada ditingkat ke lima diusianya yang masih sangat muda dan Joan sendiri, mereka tidak tahu dia ditingkat berapa sekarang karena tingkat kultivasi nya tidak bisa dibaca.
Tubuh A Hui berkeringat deras dan mulai mengeluarkan kotoran yang berwarna hitam. Dia memandang dengan malu ke arah mereka tetapi ayah Joan mengajak dan mengantarnya untuk masuk ke kamar tamu yang memiliki ruang mandi sendiri untuk berkultivasi dan membersihkan tubuhnya setelah itu selesai.
Keluarga Joan tidak terganggu dengan hal itu dan melanjutkan makan mereka.
Berapa jam kemudian, A Hui sudah bersih dan berganti pakaian, rupanya dia membawa baju ganti dalam cincin ruangnya.
Ayah Joan cukup terkejut mengetahui hal ini dan merasa A Hui ini bukan orang yang sederhana, bukan sekedar pelayan rumah makan belaka karena tidak mungkin seorang pelayan dapat memiliki cincin ruang.
Tapi ayah Joan tidak suka mencampuri apa yang bukan urusannya dan juga dia bukan orang yang suka usil yang ingin tahu asal usul seseorang kalau orang itu tidak mengatakannya sendiri.
Mereka kembali ke ruang makan yang sudah dibersihkan dan A Hui menyatakan tujuan nya untuk datang mencari Joan...
"Begini tuan dan nyonya, saya diperintahkan oleh manajer untuk menanyakan apakah nona Joan bersedia untuk memasak bagi tuan muda kami karena tuan muda kami tidak bisa makan makanan selama ini dan baru tadi pagi dia bisa makan setelah tiga bulan karena dia diracuni yang menyebabkan dia mengalami penyimpangan tenaga dalam dan meridiannya rusak parah"
"Tetapi kalian kan sudah membeli bahan makanan mistis kami dan bubur yang kubuat tadi pagi juga dibuat dari bahan masakan yang sudah kalian beli".
Joan mencoba menolak hal ini
Siapa yang mau menjadi pelayan tuan muda yang sombong.
Joan teringat suatu pukulan di meja dan teriakan yang dia dengar dari ruang VIP.
A Hui tetap berusaha untuk meyakinkan Joan untuk menerima tawaran itu.
"Benar nona namun saat koki kepala di rumah makan kami mencoba untuk memasak makanan dengan bahan makanan yang sudah kami belum dari kalian. Tuan muda kami tetap tidak berselera makan bahkan saat koki kepala membuat bubur putih seperti yang nona buat, dia hanya bisa makan satu suap saja dan tidak lagi bisa makan setelah itu".
"Tolong lah nona kasihanilah tuan muda kami, dia.....".
Tiba-tiba A Hui berhenti melanjutkan perkataannya, hampir saja dia membocorkan hal rahasia yang harus dia jaga selama ini.
Ayah dan ibu memandang Joan tapi mereka tidak mau memaksanya untuk melakukan hal yang dia tidak mau kerjakan
"Maaf, sampaikan pada tuan mudamu aku tidak tertarik untuk menjadi tukang masaknya dan aku punya pekerjaan di sini yang tidak bisa kutinggalkan"
Joan mempertegas penolakannya.
A Hui belum mau menyerah;
"Nona tidak perlu pergi seharian, cukup masak sekali saja berapa menu makanan di pagi hari untuk makan tuan muda tiga kali sehari"
"Tidak, aku tetap tidak bersedia".
Joan bersikeras dan bersiap untuk kembali ke dalam ruang dimensi pertaniannya.
Saat dia mau beranjak dari tempatnya.
A Hui teringat dengan jurus pamungkas yang dipesankan oleh manajer.
"Nona kalau kamu bersedia, tuan muda siap untuk membayar 10 keping emas untuk setiap piring masakan mu".
Joan seperti disambar petir mendengar perkataan A Hui.
Dengan linglung, dia membalikkan badannya dan bertanya kembali;
"10 keping emas untuk setiap piring masakan ku, kau tidak sedang berusaha menipu ku kan. Benarkah itu dikatakan orang tuan mudamu".
Bukan hanya Joan tetapi semua orang di ruangan itu bahkan tukang-tukang yang menginap di ruang sebelah pun tidak ada yang mempercayai perkataan itu.
10 keping emas untuk setiap piring makanan, tiga kali sehari. Taruhlah sepiring saja sekali masak. Tiga piring kali 10, sejumlah 30 keping emas yang setara dengan 30.000 keping perak atau 3.000.000 keping tembaga.
Halo, apakah semua orang di ruangan itu menderita kerusakan telinga' Ini 3 jt keping tembaga.
Bisa digunakan untuk memberi makan satu desa selama bertahun-tahun.
Siapa tuan muda itu, sultan dari mana dia, seperti apa orangnya. Apakah dia masih lajang!
Suara rendah bersahutan di balik dinding rumah, rupanya banyak tetangga yang penasaran dengan tamu berkereta kuda yang datang di tengah malam itu.
"Benar sekali, itulah yang dikatakan oleh tuan muda ku, tidak salah lagi 10 keping emas untuk setiap piring masakan mu dan bahan makanan itu disiapkan dari bahan yang kami belum dari kalian".
Ayah, ibu dan Joan saling memandang. Joan membutuhkan banyak uang sekarang untuk membangun sebuah padepokan dan mensejahterakan masyarakat desa tersebut. Dia juga bercita-cita untuk mengembalikan posisi keluarga nya sebagai keluarga utama di ibukota.
"Baiklah aku setuju tetapi aku punya syarat, selama aku di sana, aku tidak mau bertemu dengan tuan muda mu. Setelah masak aku akan langsung pulang. Bagaimana dengan itu!".
A Hui mengingat tidak ada manajer nya mengatakan untuk tuan mudanya bertemu dengan Joan. Jadilah dengan syarat itu.
"Baiklah nona, aku akan memastikan bahwa tuan muda ku akan setuju dengan syarat itu. Kalau dia melanggarnya, nona boleh membatalkan kesepakatan itu dan aku yang menanggung konsekuensinya ".
Jawab A Hui yang menimbulkan pertanyaan di hati Joan. Apa kedudukan A Hui sehingga dia berani mengatakan hal seperti itu.
Baiklah kalau begitu, tugasku sudah selesai, kami akan menunggu kedatangan nona esok hari.
A Hui membungkuk sedikit untuk memberi hormat dan kemudian berbalik meninggalkan tempat itu dibawah tatapan penasaran setiap orang.
Sampai kereta nya meninggalkan debu di kegelapan malam, barulah orang-orang itu membubarkan diri.
paling aku suka gak perlu perang cukup di jadikan sodara lewat cap jiwa 👍👍