Disarankan untuk membaca ternyata aku Istri Kedua terlebih dahulu
"Aku benar-benar tidak bisa"
Pemuda itu segera berlari, menyambar apapun yang bisa digunakan menutup tubuhnya.
Sampai dikamar mandi Pemuda menguyur tubuh nya dengan air dingin.
Ini lali pertama mereka mencoba mendekat, mereka dua orang yang saling menyayangi tetapi dalam hal yang berbeda.
Si wanita dulunya adalah Kaka iparnya, mereka menikah demi dua anak yang sama-sama mereka sayangi.
" Aku merindukan mu Kak" Wanita itupun meremas selimut yang menutupi tubuhnya, belum terjadi apapun diantara mereka, bayangan masalalu tak bisa mereka tinggalkan begitu saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muhammad Yunus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ingin selalu berdekatan
" Ansel kok kamu menangis?" Rinjani menengadah menatap wajah Ansel, Rinjani menghapus sir mata yang mengalir di sudut mata Ansel
" Aku bersyukur bisa seperti ini bersama mu!" Ansel merangkul pinggang Rinjani semakin erat.
Rinjani kembali membenamkan wajahnya, rasa kantuknya berubah jadi rasa ingin tahu
" Ansel kenapa kamu bisa mencintai ku"
Rinjani beringsut agak ke bawah membawa pipinya menempel di dada Ansel.
" khem', khem' kau pernah dengar lagu ini??"
Cinta karena cinta____
Tak perlu kau tanyakan____
Tanpa alasan cinta datang dan bertahta____
Cinta karena cinta______
Jangan tanyakan mengapa_____
Tak bisa jelaskan_____
Karena hati ini telah bicara______
Ansel tertawa di akhir lagu nya.
Rinjani pun tersenyum
" Ansel nyanyi lagi, suara mu bagus!" ujar Rinjani
Ansel menghentikan telapak tangannya yang mengelus rambut Rinjani.
" Apa?" tanya pemuda itu sedikit menunduk
" Suara mu bagus" Rinjani sedang tidak berbohong, karena memang suara Ansel bagus dan sangat lembut enak di dengar.
" Kau tidak sedang mencibir kan??"
" Sungguh Ansel suaramu bagus"
" Kalau begitu biar aku masuk audisi tarik suara"
" Ngak ikut audisi juga " Runtuk Rinjani.
Pemuda itu tertawa , Rinjani yang menempelkan kepalanya di dada pemuda itu ikut sedikit terguncang.
Akhirnya sepanjang hari Rinjani menghabiskan waktunya hanya untuk berbaring di atas ranjang.
Malam hari, Ibu Maria yang menyiapkan makan malam, Rinjani tinggal menikmati bersama Ansel dan anak-anaknya
" Ansel ada apa?" Sejak selesai shalat Maghrib tadi Rinjani melihat Ansel yang gelisah, wajahnya tampak sedikit layu, dan terus mondar-mandir dengan ponsel yang tak pernah lepas.
Karena Ansel tidak mau membagi keresahannya akhirnya Rinjani mencoba bertanya
Ansel tersenyum dan segera menghampiri Rinjani yang masih berdiri di depan pintu.
" Tidak! hanya Ben yang baru saja menghubungi ku"
" Apa ada hal serius??" tanya Rinjani, karena tidak biasanya Asisten Nurry itu menghubungi Ansel jika tidak ada situasi yang genting, semenjak Nurry meninggal, perusahaan milik Nurry di pegang oleh Ben, yang berada di Indonesia, sedangkan yang di luar negeri Ansel lah yang mengambil alih, tentunya tatap nama sang Papa yang menjadi CEO bukanlah Ansel.
" Mama jatuh dari kamar mandi" pemuda itu menunduk lesu
Mata Rinjani terbelalak, mengapa Ansel tidak memberi tahu dirinya, ini masalah serius.
" Aku sudah mengurus persiapan kepulangan kita , kamu jangan khawatir" Ansel mengerti Rinjani mungkin mengira Ansel tidak melakukan apa-apa, nyatanya pemuda itu sedang menyiapkan kepergian mereka besok sore
" Aku juga sudah berpamitan pada Ibu Maria, kamu juga harus segera melakukan nya" Ansel membelai pipi Rinjani, sementara Rinjani masih terdiam.
" Bi Mary masih di kamar anak-anak??"
" Ya___ seperti nya akan menginap karena besok kita sudah harus pergi"
" Ansel boleh aku turun menemuinya??"
"Ya, tentu!" Jawab Ansel tersenyum.
Rinjani juga bergegas menemui Ibu Maria
"Sebenarnya Ansel bisa saja tidak musti turun tangan sendiri untuk mengurus permasalahan yayasan kemarin Rinjani"
Rinjani yang banyak bercerita mulai mengkhawatirkan Ansel yang mungkin pekerjaan nya belum selesai di sini.
" Maksud Bi Mary bagaimana?" Tanya Rinjani lirih.
" Dia sengaja membawa kalian agar kamu bisa lepas dari rasa kehilangan" Tutur Ibu Maria mengenggam tangan Rinjani
" Maksudnya Ansel hanya ingin aku pergi dari rumah kenangan ku bersama suami ku??" Tanya Rinjani sedikit ambigu, pasalnya kala itu alasan Ansel membawanya ke sini karena pemuda itu ada pekerjaan yang harus di kerjakan sedikit lama dan tidak mungkin untuk bolak-balik ke tanah air.
" Intinya Ansel ingin kamu melihat dunia luar Rinjani, tidak harus terkurung dalam kenangan masa lalu!" Tutur Ibu Maria sabar.
Rinjani menghela napas nya dalam " Aku tak pernah menyadari perasaan Ansel sebelum nya Bi" Lirih Rinjani menyesal
" Yang lebih penting sekarang kamu tau dan cobalah untuk menerimanya itu sudah cukup Rinjani, tidak perlu melupakan siapapun, cukup memberi ruang untuk tempat nya di hati mu"
Rinjani mengangguk, cinta dan kesabaran Ansel sangat luar biasa untuk nya, mustahil jika Rinjani tak memberi ruang untuk Ansel di hatinya, Rinjani akan terus berusaha untuk mencintai pemuda tampan yang saat ini menjadi suaminya.
" Kau tak akan rugi mencintainya, karena dia pemuda yang baik dan lembut"
Rinjani naik kekamarnya ketika sudah puas berbagi kisah dengan Ibu Maria, banyak sekali yang di nasehatkan Ibu Maria untuk nya dan Rinjani seperti di beri banyak pegangan dan arahan .
" Kau sedang apa??"
Rinjani menemukan Ansel yang terlihat bingung mencari sesuatu.
" Sikat gigi ku rusak, apa ada yang baru??"
Rinjani segera mengambilkan sikat gigi baru dari rak kabinet.
" Apa anak-anak sudah tidur??"
" Ya, Ibu Maria juga akan segera tidur, kau mau mandi?"
" Tidak, hanya mengosok gigi, kau mau ikut??"
Rinjani tidak bicara, tetapi langsung masuk mendahului Ansel.
Rinjani segera mencuci wajahnya dengan air dingin, Ansel memperhatikan nya dari belakang wastafel.
" Apa yang kau lihat Ansel??"
" Bidadari" Jawab Ansel sekenanya.
Rinjani membalik badannya dan melihat Ansel yang berdiri dengan gagahnya, mustahil wanita manapun tak tersihir dengan mata indah Ansel, bahkan saat pertemuan pertama mereka dulu, Rinjani sempat terpana karena binar indah di mata pemuda itu.
" Terimakasih atas cinta mu yang luar biasa" Rinjani mengenggam tangan Ansel yang masih memegang sikat gigi
Ansel menunduk sedikit untuk mengecup pipi Rinjani. Hanya kecupan singkat karena Ansel takut Rinjani merasa terganggu.
" Jangan terus berterima kasih, Karena itu aku melakukannya juga untuk kebahagiaan ku, dengan melihatmu tersenyum hatiku juga ikut bahagia"
Ansel kembali menyentuh pipi Rinjani yang basah dan terasa dingin.
Ansel keluar dari ruang wardrobe, saat melihat Rinjani yang sudah berbaring di atas ranjang.
" Ansel aku melihat jari-jari mu terluka" Rinjani mendudukkan dirinya
Ansel tersenyum dengan mata melihat jari-jari kanannya yang terluka bekas gigitan
" Bahkan aku rela jika seandainya mereka diamputasi setengah, asal itu kau yang mengigit nya!"
" Aku sungguh gila" keluh Rinjani
" Jangan mengatai diri sendiri sayang"
Ansel sendiri sangat mengakui, sangat-sangat menyukai percintaan mereka semalam, bahkan pemuda itu baru menyadari jika jemarinya terluka setelah dirinya selesai memandikan si kembar karena luka itu sudah membekas.
" Aku seperti Guk-guk"
" Rinjani!!" Ansel tak menyukai kata-kata Rinjani barusan.
Rinjani mengigit bibirnya dan Ansel ikut ngilu melihat nya.
Selama ini Ansel sudah jatuh bangun mencoba menghapus rasa cintanya untuk Rinjani, tetapi bertahun-tahun, perjuangan itu sia-sia, mungkin tak banyak yang tau tentang kepedihan, kesabaran dan keikhlasan yang ia miliki, tetapi Ansel memiliki ketulusan yang mungkin tidak bisa disaingi oleh siapapun, Ansel sudah bertekad akan membuat Rinjani kembali bahagia, meski perjuangan nya mungkin tidak mudah tetapi Ansel rela melakukan apapun untuk Rinjani.
" Seperti apa rasanya??" Tanya Rinjani saat Ansel membelai pipinya.
" Enak dan bikin ketagihan" Jawab Ansel polos.
" Maksud ku luka di jari-jari tangan mu, apa pedih??"
Ansel berkedip-kedip linglung
" Tidak! aku sama sekali tidak keberatan kalau kau ingin mengigit ku lagi"
Rinjani tersipu, biar bagaimanapun jawaban Ansel yang sebelumnya menjurus ke adegan mereka semalam kan, ahh bukan semalam bisa dibilang tadi menjelang pagi.
" Tolong maafkan aku" Rinjani meniup-niup jari-jari lentik Ansel yang terluka karena nya.
Sebagai Pasangan yang baru saja menikah, ah tepatnya baru saja mulai pendekatan, ah bukan pendekatan tapi baru saja saling menyelami hati, wajar jika Ansel dan Rinjani sedang ingin terus berdekatan, bahkan seperti malam ini setelah selesai saling bercanda Rinjani dan Ansel tidur berpelukan, Rinjani memeluk Ansel dengan Rasa nyaman, Ansel memeluk Rinjani dengan rasa kelegaan.
Apa sudah boleh end'???
tinggalkan jejak-jejak cinta untuk author
happy reading ❤️❤️❤️
bisakah ada cerita lagi tentang mereka di kehidupan ke2 kak nurry sama istri pertamanya dan rinjani sama ansel....
semangat terus dlm berkarya
nitip satu dong buat mantu yah...
kok bisa kecolongan sama tante sendiri...?
tetap semangatin Sel...