DI NIKAHI PRIA BERISTRI

Julian kaget dengan ucapan istrinya itu. Bagaimana bjsa Nila tidak ingat akan dirinya. Wajahnya kotor penuh debu dan kotoran, rambutnya berantakan dan tak terurus. Apa lagi bajunya yang sudah lama tidak berganti selama sebulan.

Air mata Julian sempat menetes melihat keadaan istrinya, dia tercekat tak bisa berkata. Ingin dia memeluknya namun seakan tertahan.

Namun kemudian dia hanya memegang pundak Nila, tapi Nila bergeser badannya menghindar dan seperti ketakutan. Dia ingin lari, tapi di tahan oleh Julian. Dia harus membawa pulang istrinya untuk di sembuhkan dan di rawat secara intensif.

"Pak Detektif, mohon bantu saya untuk membawa istri saya untuk saya bawa pulang" kata Julian.

Dia memegang lengan Nila dengan kuat agar tidak lepas karena Nila berontak sekuat tenaga agar terlepas dari cengkraman Julian.

Julian menggiring paksa istrinya untuk masuk ke dalam mobil, di bantu oleh dua detektif itu. Tapu dati jauh dua orang melihat ketiganya memaksa Nila masuk. Nila melihat ada dua orang lewat dia sgera berteriak minta tolong.

"Toloooong, saya mau di culik!" teriak Nila dengan kencang.

Dua orang itu berlari ke arah Julian dan dua detektif itu. Julian kaget, istrinya benar-benar tidak ingat padanya.

"Tuan Julian, tenanglah. Biar saya yang menghadapi kedua orang itu." kata detektif itu.

Julian mengangguk, lalu dia memaksa Nila untuk segera masuk ke dalam mobil. Nila tetap berontak, Julian memeluk istrinya dengan erat agar Nila tidak berontak terus. Dia tidak peduli bau menyengat dari baju serta rambut Nila.

" Sayang, ini aku. Aku Julian suamimu." kata Julian.

Dia masih mendekap istrinya erat. Ada rindu menyergap hatinya meski dia jarang berinteraksi dengan Nila, namun dia benar-benar rindu istrinya itu.

Kini Nila terdiam, tatapannya masih kosong namun dia tetap tidak mengenal Julian.

Setelah tenang, Julian melepas dekapannya. Menatapnya dalam, membelai pipinya. Hatinya menjerit, merasakan sakit yang teramat melihat keadaan istrinya sekarang.

Kedua detektif itu sudah meyakinkan warga yang kewat itu, mereka akhirnya pergi. Lalu keduanya masuk ke dalam mobil duduk di depan. Dan akhirnya mobil melaju meninggalkan kampung kumuh tersebut.

_

Sampai di kota, Nila langsung di bawa ke rumah sakit dan di rawat oleh dokter. Awalnya Nila menolak karena dia masih belum sadar. Setelah di periksa secara intensif secara fisik dan psikis, akhirnya di ketahui juga penyebab istri Julian itu.

"Bagaimana dokter dengan istri saya?" tanya Julian pada dokter psikiater yang menangani Nila.

"Begini pak Julian, istri anda ternyata awalnya di bius lalu mungkin di bawa keluar kota. Dan kemungkinan juga istri anda di hipnotis sampai di sana menjadi seorang maaf, gelandangan." kata dokter psikiater.

"Apa? Istri saya di hipnotis jadi gelandangan? Jadi selama di sana istriku jadi gelandangan, dok?" tanya Julian tidak percaya.

Dia geram siapa yang membuat istrinya seperti itu. Tangannya mengepal, wajahnya merah padam.

"Pak Julian, tenang dulu. Istri anda bisa di sembuhkan secara perlahan. Tapi nanti jika sudah sadar sepenuhnya anda bisa menanyakan pada istri anda secara perlahan. Jangan memaksanya." kata dokter lagi.

Julian mengangguk, dia lalu keluar dari ruangan dokrer psikiater itu menuju ruang rawat istrinya. Dia masuk dan duduk di sisi bangsal, menatap sedih dengan keadaan Nila. Di pegangnya tangannya, lalu membelai pipinya dengan lembut.

Sekali lagi air matanya menetes, tidak seharusnya Nila seperti ini. Niat membantu dirinya malah jadi seperti itu, di culik lalu jadi gelandangan di kota kumuh dan banyak gunungan sampah. Julian membayangkan bagaimana istrinya itu makan dan tidur. Sudah pasti dia makan makanan di jalanan dan juga tidur di jalanan pula. Serta bajunya tidak pernah ganti karena hanya itu yang dia punya.

Kembali Julian terisak membayangkan hal itu, dia tidak tahan dengan keadaan istrinya. Isakannya semakin terdengar, hingga orang di belakangnya keluar lagi. Memberi waktu Julian untuk menemani istrinya.

Bi Marni, Susi dan Paijo masih ada di luar kamar rawat inap Nila. Dia tidak berani masuk karena Julian belum berhenti untuk menangisi istrinya yang masih terbaring lemah.

Baru setelah setengah jam, Julian keluar dari kamar itu. Di depan pintu dia melihat ketiga pembantunya sedang dudul menunggu untuk masuk ke dalam kamar, menengok majikannya yang masih terbaring tidur karena reaksi obat tidur dari dokter.

"Tuan bagaimana keadaan nyonya Nila?" tanya bi Marni, dia khawatir dengan keadaan Nila.

"Sudah lebih baik, kalian kalau mau menjenguk masuk saja. Tolong jaga istriku, aku akan menemui detektif dulu." kata Julian.

"Iya tuan." jawab bi Marni.

"Dan kalau Nila bangun, hubungi aku secepatnya bi Marni." kata Julian lagi.

Ketiganya mengangguk, kemudian Julian langsung pergi meninggalkan ketiga pembantunya itu.

Ketiganya masuk ke dalam kamar Nila, mereka melihat majikannya itu berbaring tidur dengan sangat tenang sekali. Mereka tidak menyangka ketika Julian bercerita kalau Nila jadi gelandangan di kota yang jauh. Sungguh tega penculik itu.

_

Dua hari Nila baru bangun dari tidur panjangnya karena reaksi obat tidur dari dokter. Mungkin karena tidak pernah tidur atau jarang tidur Nila jadi tidur lama di rumah sakit. Dia kini semakin segar dan cerah kembali wajahnya.Di sampingnya ada Julian yang tertidur merunduk di kakinya, tangabnya memegang tangan Nila.

Nila menatap suaminya itu, kini dia sudah sadar setelah terapi dari dokter psikiater beberapa hari lalu sebelum tidur panjangnya.

Karena kaki Nila bergerak-gerak, Julian pun terbangun dan menatapnya kaget.

"Kamu sudah bangun?" tanya Julian.

Nila menatap suaminya dengan datar tanpa menjawab pertanyaannya, membuat Julian heran dan mengerutkan dahinya.

"Nila?" panggil Julian.

"Iya mas?" sahut Nila, menatap suaminya yang merasa cemas akan keadaannya.

"Syukurlah, kamu sudah ingat aku." ucap Julian menghela nafas lega.

Tiba-tiba Nila terisak, dia menangis membuat Julian kembali panik. Lalu Julian mendekat dan menenangkan Nila dengan pelukannya.

"Sudah jangan menangis, aku ada di sini. Kamu sekarang aman." kata Julian.

Isakan Nila semakin kencang hingga pundaknya berguncang. Julian semakin mengeratkan pelukannya, memberi ketenangan dan kenyamanan.

Setelah lama menangis, kini Nila kembali tenang dan melepaskan pelukan Julian.

"Aku takut."

"Ada aku yang akan menjagamu. Apa yang kamu takutkan? Bisa kamu ceritakan?" tanya Julian ragu.

Kemudian mengalirlah cerita awal mula dia bisa sampai ada di luar kota kumuh itu. Dia sudah merasa sedang di ikuti, namun untuk meminta bantuan sepertinya terlambat ketika kedua orang menyeretnya masuk ke dalam mobil. Kedua orang itu membawanya bertemu dengan orang yang bernama Franky yang dia dengar ketika sadar dari biusannya.

Setelah bertemu Franky, Shela datang mengancamnya dan langsung membawanya ke luar kota. Sampai luar kota itu, Nila malah di hipnotis menjadi orang gelandangan selama satu minggu lebih. Dia selalu menghindar ketika ada orang yang mendekatinya, ketakutan jika ada yang mencoba memaksanya ikut.

Ingatannya saat itu dia di paksa ikut dengan orang lain. Dan ketika Julian memaksanya masuk ke dalam mobil dia juga ketakutan setengah mati, takut akan di buang lagi meski sudah dalam keadaan compang camping.

Sampai di situ Nila berhenti bercerita, dia kembali menangis ketakutan.

Julian yang mendengar cerita Nila, menjadi geram. Dia akan membuat perhitungan dan akan menjebloskan Shela ke dalam penjara.

Dia juga akan menceraikan Shela yang sudah keterlaluan menyiksa dan membuat Nila seperti gelandangan.

"Sudah jangan menangis, aku akan selalu melindungimu. Aku janji tidak akan ada yang berani mengganggumu dan membuatmu jadi seperti itu." kata Julian.

Kini Nila kembali tenang, dia lalu duduk bersandar. Berharap bayangan dulu ketika jadi gelandangan hilang dari ingatannya. Dia pejamkan matanya lagi, membuat Julian yang ingin bicara di urumgkan niatnya. Membiarkan istrinya untuk beristirahat lagi dengan tenang.