SEQUEL "BUNDA UNTUK DADDY"
_____
Menceritakan kisah anak-anak Sandy dan juga Stella.
Pada salah satu situasi masa SMA. Mostwanted yang bertemu primadona sekolah.
Basket, cheerleader, dan segala sesuatu yang berbau remaja.
Baper, sedih, senang, persahabatan, konyol dan CINTA 😍
=> Bersiaplah, karena cerita ini memiliki efek ketagihan yang super dahsyat. 😘
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon saskavirby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16. Rumah Chiara
Galang menstandartkan kendaraannya saat tiba di tempat dimana anggotanya berkumpul untuk merayakan kemenangannya tadi malam. Pada awalnya ia hanya bercanda mengajak Clarissa untuk ikut, namun siapa sangka gadis itu tampak antusias dengan ajakannya. Halaman depan rumah dua lantai tersebut sudah penuh dengan motor dan mobil, yang menandakan teman-temannya sudah tiba dan mungkin hanya sedang menunggu dirinya. "Ayo," ajaknya mengalihkan perhatian Clarissa.
Clarissa menurut, mengikuti langkah kaki Galang memasuki rumah, ia sedikit terkejut menyadari banyaknya orang di dalam sana. Bangunan itu memang tidak terlalu besar, namun cukup untuk menampung mereka semua.
"Cewek lo, Lang?" tanya seorang teman menyambut kedatangan keduanya.
"Wuihh cakep amat."
"Kenalin dong, Lang? Jan diembat sendiri."
Galang tak menghiraukan ledekan teman-temannya, ia menuntun Clarissa untuk duduk di salah satu sofa. Kedua temannya Niko dan Joni sudah ada di sana tengah menikmati camilan.
"Eh, Clarissa serius ikutan?" seru Niko menyadari kedatangan Clarissa.
"Iya," jawab Clarissa tersenyum.
"Kenalin semua, ini Clarissa, adik ipar gue," ujar Galang memperkenalkan.
"Adik ipar?" hampir semua orang, kecuali Niko dan Joni saling tatap heran.
"Gue kira dia cewek baru lo, Lang."
"Bukan kok," bantah Clarissa agak canggung di tatap sedemikian rupa oleh para pria di sekitarnya, ia sedikit takut.
Galang menepuk kepala Clarissa pelan. "Tenang saja, mereka semua udah jinak," ujarnya seakan mengerti akan kegelisahan Clarissa.
"Lo kira kita Anjing pake jinak segala," protes temannya tak terima.
Galang terbahak, kemudian berdehem. "Lo udah siapin semuanya, ‘kan, Gus?" tanyanya menoleh pada Agus yang sibuk dengan ponsel.
Agus mendongak. "Udah, bentar lagi nyampek."
Clarissa menyenggol lengan Galang. "Ada apaan, sih?"
"Kita ngadain pesta, Cla."
"Pesta? Siapa yang ulangtahun?"
"Bukan ulangtahun, Cla. Ngerayain kemenangan Galang balap motor semalem," jawab Joni.
Pupil mata Clarissa membulat. "Elo balapan?" tanyanya terkejut.
Galang mengangguk, menaik turunkan alisnya.
"Udah biasa mah, selalu menang si bos," Agus menyahut.
"Seriusan?" seru Clarissa tak yakin.
"Yo'i."
Clarissa bertepuk tangan girang. "Keren lo, Lang. Gue mau, dong, sekali-kali lihat lo balapan."
Galang tersentak. "Apa?"
"Ajak gue lihat lo balapan,” pinta Clarissa tersenyum cerah.
Galang menghela nafas. "Banyak resiko, Cla. Bisa dibunuh Abang lo gue entar," jawabnya meneguk minuman isotoniknya.
Clarissa mencebik. "Kerjasama kita batal,” ketusnya melipat tangan.
Brrrrfff!!
Galang menyemburkan minumannya mendengar ucapan Clarissa. "Apa lo bilang?"
"Kerjasama kita batal."
"Jangan gitu lah, Cla. Tinggal dikit lagi, nih, gue dapetin Chiara.”
"Ajak gue nonton balapan," Clarissa mengancam.
Galang menyugar rambutnya ke belakang, memperhatikan gadis di sampingnya yang cemberut. "Oke, tapi lo harus ngomong sendiri sama Abang lo," putusnya kemudian.
Clarissa tersenyum lebar. "Siap bosskuhh,” tanggapnya riang.
"Cla.”
Merasa dipanggil Clarissa menoleh, ternyata teman Galang yang memanggilnya.
"Kalau Galang enggak mau sama lo, lo sama gue aja gimana?"
Galang melempar kulit jeruk ke wajah temannya itu namun berhasil menghindar.
“Gue kasihan aja cewek secantik lo dianggurin kek gitu, mending sama gue, lah, bakal gue sayang," imbuhnya menyengir.
"Muke lo, Babi."
"Woooo!!"
Clarissa tersenyum saja menanggapinya.
...***...
Seusai acara di basecamp, Galang mengantarkan Clarissa pulang. Tak sengaja mereka bertemu dengan beberapa geng motor yang diketahui adalah musuh dari gengnya Galang. Tidak ada baku hantam atau menghadang, saat berpapasan mereka hanya saling menatap tajam.
Clarissa yang awalnya memperhatikan wajah mereka seketika memalingkan wajahnya ke sisi kiri, sungguh wajah para preman itu tidak enak buat dilihat ataupun sekedar dilirik. "Lo kenal mereka, Lang?" tanyanya kemudian.
Galang mengangguk. "Musuh gue."
"Hah, serius?"
Galang terkekeh. "Bercanda, Cla,” bohongnya.
Clarissa mengelus dada. "Kirain."
Galang mengangkat ujung bibirnya, terpaksa ia berbohong agar tak membuat Clarissa khawatir. Ia tidak ingin Clarissa tahu bahwa dirinya mempunyai musuh, jangan sampai Clarissa tahu, bisa gagal rencananya mendekati Chiara.
Tak berapa lama motor sport berwarna putih itu berhenti di depan gerbang berwarna hitam yang menjulang tinggi.
"Ini rumah lo, Cla?" tanya Galang memastikan.
Clarissa mengangguk. "Lo mau mampir nggak?"
"Boleh?"
"Boleh, lah, tekan klakson gih," perintah Clarissa.
Galang menurut, menekan klakson motornya kemudian gerbang besar itu terbuka otomatis, ia kembali melajukan motornya dan berhenti di depan rumah Clarissa. Galang memperhatikan keseluruhan rumah Clarissa mulai dari halaman sampai lantai atas.
"Ayo masuk," ajak Clarissa.
Galang mengangguk, mengikuti langkah Clarissa memasuki rumah.
"Duduk, Lang. Gue ganti baju dulu, ya? Sekalian gue panggilin Kak Ara," ucap Clarissa mengedipkan sebelah mata.
"Sip, tau aja lo," balas Galang terkekeh.
Sebelum menaiki tangga, Clarissa berbelok ke arah dapur. "Bi, tolong bikinin minuman buat temen aku, ya? Dia ada di depan."
"Baik, Non."
Tok! Tok! Tok!
"Kak Ara,” panggil Clarissa.
"Masuk, Cla.”
Clarissa menyembulkan kepala di daun pintu. "Kak, di bawah ada Galang, temenin, ya, aku mau mandi dulu," pintanya.
Chiara yang sedang tiduran bangkit. "Galang di sini?"
Clarissa mengangguk.
"Dia, ‘kan, ke sini nemuin kamu, Cla."
Clarissa berjalan menghampiri. "Ish, dia pengen ketemu sama Kak Ara, ayolah lah, Kak, temuin bentar, kasihan dia di bawah sendirian,” rayunya menarik lengan Chiara.
Chiara menghela nafas. "Iya, iya, Kakak temuin dia, puas?"
Clarissa menyengir. "Makasih, Kak. Aku ke kamar dulu, mau mandi."
*
Galang sibuk memperhatikan isi rumah Clarissa, ia tertarik pada sebuah pigura besar berisi foto keluarga. Saat hendak meneliti lebih dekat suara deheman seseorang menghentikan aktivitasnya.
"Ehem!"
"Eh, Chia.”
"Udah lama, Lang?" tanya Chiara basa basi mengambil duduk berseberangan dengan Galang.
"Enggak, barusan kok."
"Kalian darimana? Kok baru pulang?"
"Oh, sorry, gue tadi ngajak Clarissa ke basecamp, ada pesta kecil-kecilan di sana."
Chiara membulatkan mulutnya.
"Itu bokap nyokap lo, Chi?" tunjuk Galang pada gambar yang tercetak besar di dinding.
"Iya, yang baju biru itu Alzayn, lo udah pernah ketemu, ‘kan? Nah, yang pakai kemeja hitam itu Abang gue, namanya Aiden,” terang Chiara.
Galang mengangguk-angguk. "Abang lo udah kerja, ya?"
Chiara mengangguk. "Udah, nerusin perusahaannya bokap gue."
"Gue kayaknya nggak asing sama wajah nyokap bokap lo,” komentar Galang mengamati wajah kedua orangtua Chiara.
Chiara gelagapan. "Di minum, Lang,” ucapnya mengalihkan tatapan Galang dari pigura di sampingnya.
"Seru banget, nih, ngomongin gue, ya?" seru Clarissa yang sudah rapi dengan baju santainya.
"Pede banget, sih,” Chiara mencibir.
Clarissa mendengus. "Eh, Kak. Kakak tahu nggak? Ternyata Galang punya geng motor, lho?"
Chiara terkesiap, ia memperhatikan Galang yang menyengir serta menggaruk tengkuknya.
"Nah, tadi itu dia lagi ngerayain karena dia menang balapan,” Clarissa menambahi.
Chiara melotot.
"Kakak harus tahu, selain ketua basket, Galang juga ketua geng motor."
Galang mengurut pangkal hidungnya. 'Ember banget ini bocah.’
"Lo serius, Lang?" tanya Chiara memastikan.
Galang tersenyum canggung, ia menyugar rambutnya ke belakang.
“Kak Galang, ya?" seru Alzayn yang baru memasuki rumah dan menghampiri Galang.
'Untung dia datang,’' bathin Galang senang, ia tidak perlu menjawab pertanyaan dari Chiara. Ia berdiri dan berhigh five dengan Alzayn. "Apa kabar, Al?"
"Seperti yang lo lihat, Kak, gue baik,” Alzayn menjawab. "Lagi ada acara apa, nih, pada ngumpul?" tanyanya kemudian.
"Enggak ada apa-apa, gue tadi nganterin Clarissa pulang, sekalian mampir."
Alzayn mengangguk-angguk.
"Abang mana, Al?" tanya Chiara.
Alzayn menggerakkan dagunya ke arah luar. "Masih di luar, Kak, ngangkat telepon.” Ia kembali menoleh pada Galang. "Lo punya hutang ke gue buat ngajak gue lihat balapan,” ujarnya.
Galang terkekeh. "Lo sama Clarissa sama aja, ya?"
Clarissa yang merasa disebut namanya mendongak dari ponselnya. "Dia, tuh, ikut-ikutan."
"Idih, siapa juga yang ngikutin lo," cibir Alzayn.
"Alll…" tekan Chiara memperingati.
Alzayn menyengir. "Sorry, Kak."
Clarissa menjulurkan lidahnya mengejek.
Alzayn menepuk lengan Galang. "Gue tunggu kabar baiknya, Kak. Gue tinggal ke atas dulu."
"Oke.”
Galang melirik jam di pergelangan tangannya. "Chi, Cla, gue balik, ya? Udah malem."
Chiara dan Clarissa mengangguk, kemudian bangkit dari duduknya. Di teras rumah mereka berpapasan dengan Aiden yang baru akan memasuki rumah.
"Bang, kenalin dia Galang, temen sekolah aku,” Clarissa berucap menyadari keterkejutan Aiden.
Galang mengulurkan tangannya. "Galang,” ucapnya memperkenalkan diri.
Aiden memperhatikan penampilan Galang dari bawah hingga atas, menatap wajah Galang lekat, memastikan sesuatu yang menggangu pikirannya. "Aiden,” jawabnya menyambut tangan Galang.
"Gue pulang dulu, Bang,” pamit Galang kemudian. “Duluan Chi, Cla,” imbuhnya.
"Hati-hati," sahut Chiara dan Clarissa bersamaan.
Sepeninggalan Galang.
"Jadi siapa, nih, yang jadi pacarnya Galang? Ara atau Cla,” goda Aiden.
"Kak Ara, Bang,” jawab Clarissa cepat.
Chiara menepuk lengan Clarissa. "Ih, bukan, Bang. Dia bukan pacar aku, lagian dia ke sini nganterin kamu, Cla,” bantahnya.
"Oh, jadi dia pacarnya Cla?"
"Bukan!” bantah Clarissa. “Dia itu sukanya sama Kak Ara, aku cuma bantuin jadi mak comblang, ups,” ia menutup mulutnya. 'Mampus gue keceplosan.'
Chiara melotot. "APA?!"
Clarissa menyengir, mengangkat jarinya membentuk huruf V. "Bercanda, Kak."
Aiden geleng-geleng kepala. "Tugas berat, nih, buat Abang, baru beberapa bulan di sini kalian sudah punya pacar aja."
"Abang apaan, sih?" tepis Chiara.
"Abang enggak keberatan kalian pacaran, asal tahu batasan dan bisa jaga diri, oke," nasehat Aiden, merengkuh kedua adiknya memasuki rumah.
Kedua gadis itu mengangguk patuh.
"Eh, iya, tadi Galang bilang Chi dan Cla? Chi itu siapa?"
"Itu panggilan sayang buat Kak Ara, Bang. Chi.a.ra, kalau orang-orang manggilnya Ara, kalau dia Chi atau Chia, biar beda katanya," terang Clarissa terkikik geli.
"Oh, ya?" sahut Aiden menoleh pada Chiara yang menekuk wajah.
"Haish, apaan sih, Cla. Dasar Galangnya aja, tuh, yang aneh," bantah Chiara cemberut.
"Tapi sepertinya Galang orangnya baik, Abang setuju kalau dia pacaran sama kamu," goda Aiden menatap Chiara.
"Abang, ih, nyebelin," Chiara menghentakkan kakinya kesal menuju kamarnya.
Sedangkan Clarissa dan Aiden terbahak-bahak.
📖
📖📖
^^^saskavirby^^^