KENARA : The Love Of High School
Suasana sekolah begitu ramai membicarakan tentang murid baru yang kabarnya berjenis kelamin perempuan. Berita itu sudah menyebar sejak satu minggu yang lalu, seluruh siswa siswi penasaran seperti apa rupa dua perempuan itu.
Seorang gadis dengan rambut panjang yang digerai mengikuti langkah guru di depannya, guru tersebut adalah Bu Rosa, —wali kelas. yang akan mengantarnya menuju kelas barunya. Sepanjang koridor yang sepi gadis itu mencoba menghafal letak ruangannya. Tibalah di kelas XII-IPA 1. Murid yang awalnya gaduh perlahan sunyi, semuanya menatap ke arah pintu yang terbuka, menatap seseorang yang berjalan di belakang wali kelas.
"Pagi, anak-anak."
"Pagi, Buu," jawab serentak seisi kelas.
"Hari ini kalian kedatangan teman baru. Silahkan perkenalkan diri kamu,” ujar Bu Rosa menoleh pada gadis di sampingnya.
Sang gadis mengangguk. "Hai, nama gue Chiara Aprilly, panggil saja Ara."
"Nomor ponsel dong?"
"Rumahnya dimana, neng geulis?"
"Sudah punya pacar belum?"
Chiara tersenyum mendengar cuitan teman-teman barunya.
"Subhanallah senyumnya manis banget."
"Gila... bikin gue meleleh, ‘njir.”
"Sudah semuanya diam,” Bu Rosa menengahi kegaduhan yang ditimbulkan anak didiknya. “Ara, silahkan kamu duduk di sana,” sambungnya menunjuk pada kursi yang kosong.
"Terimakasih, Bu.”
"Jam pelajaran siapa sekarang?" tanya Bu Rosa setelah Chiara duduk di kursinya.
"Pak Hadi, Bu.”
"Julio, kamu panggil Pak Hadi di ruangannya."
"Yaah.. Bu, saya belum kenalan sama murid baru,” keluh Julio memprotes.
"Huuuuuu!!"
"Bisa kenalan nanti, sekarang kamu panggil Pak Hadi."
Bu Rosa menoleh pada Chiara. "Ara, yang betah, ya, sekolah di sini."
Chiara mengangguk. "Iya, Bu. Terimakasih."
"Kenalin, gue Mila." Ara menyambut uluran tangan teman sebangkunya. "Ara,” balasnya.
Chiara mendengarkan seksama gadis sebangkunya yang tengah memperkenalkan teman sekelasnya satu persatu saat Pak Hadi meminta mencatat pada buku tugas.
Chiara menoleh ke kiri, kebetulan siswa di sampingnya itu melihat ke arahnya, ia tersenyum ramah namun siswa itu justru membuang muka dan menatap papan tulis. Ia menyernyit, kemudian menggeleng pelan. "Mila, dia siapa?" bisiknya pelan, menunjuk tempat duduk di sebelah kirinya.
Mila mengikuti arah tunjuk Chiara. "Dia Ken. Manusia salju."
Jawaban Mila justru membuat Chiara bingung.
"Lo harus tahu, Ra. Dia itu cold ketos, irit ngomong, minim ekspresi, dan pentolan SMA VH 21. Gue akuin dia itu ganteng, banyak fans, tapi sifat dinginnya yang gue enggak suka," terang Mila panjang lebar dengan berbisik.
Chiara hanya mengangguk dan membulatkan mulutnya mendengar penjelasan dari Mila.
...***...
Kringg.... (Bunyi bel istirahat)
"Ra, ke kantin yuk?" ajak Mila.
Chiara mengangguk. “Iya."
Keduanya keluar dari kelas menuju kantin, beberapa murid melihat ke arah Chiara, berbisik-bisik mengenai dirinya. Chiara itu cantik, jadi tak jarang banyak yang memuji kecantikannya ditambah ia anak baru, sudah pasti jadi bahan incaran.
"Gue ke toilet bentar, ya?” Mila berbelok ke arah toilet, meninggalkan Chiara yang berdiri menunggu dirinya.
Setelah selesai dengan panggilan alamnya, Chiara dan Mila kembali berjalan menuju kantin.
"Kita duduk di sana yuk, Ra." Mila menunjukkan meja yang sudah diduduki beberapa siswa.
"Yank, kamu bawa siapa?" tanya Putra, —ia adalah pacar Mila.
"Kenalin semua, dia Ara, anak baru. Ra, kenalin ini Putra, cowok gue," ujar Mila tersenyum malu-malu memperkenalkan sang kekasih.
Chiara mengangguk saja. Mengambil duduk di kursi kosong.
"Kenalin, gue Alex, temen sekelas lo. Gue duduknya sebangku sama Ken,” ujar seorang siswa yang duduk bersebelahan dengannya, siswa itu menggerakkan kepalanya menunjuk siswa yang duduk diseberang.
Chiara terkesiap, ternyata ada Ken di sana, tapi sepertinya siswa itu terlalu sibuk dengan dunianya sendiri. Bahkan saat teman-temannya menggoda Chiara, dirinya hanya diam tidak menanggapi, serius dengan makanan di hadapannya. Chiara merasa heran dengan manusia dingin bernama Ken itu.
"Ken, elo dipanggil bagian kesiswaan tuh," salah seorang murid laki-laki menghampiri meja mereka.
Kenneth mengangguk kemudian berlalu begitu saja.
"Ada apa?" tanya Mila penasaran.
"Biasalah, mungkin ada anak bolos,” jawab Gio sekenanya.
"Ara, lo dipanggil kepsek di ruangannya."
Chiara yang merasa dipanggil menoleh. "Gue?" tunjuknya pada diri sendiri.
"Iya, lah, elo Chiara, ‘kan?"
Chiara mengangguk. "Makasih, ya.”
"Woii.. Ken!”” tiba-tiba Alex berseru nyaring.
Kenneth yang masih berada di area kantin berbalik.
"Ara mau ke kantor nih, temenin sekalian!” sambungnya masih berteriak.
Chiara melotot protes.
“Udah, lo bareng Ken aja, Ra. Entar lo nyasar lagi,” ujar Mila membenarkan usul Alex.
"Bener tuh kata cewek gue,” sahut Putra diangguki yang lain.
Mau tidak mau, Chiara bangkit dan mengikuti ketua osis itu menuju kantor, ia memilih berjalan di belakangnya. Sepanjang koridor telinganya terus saja dihujani beberapa kalimat yang membuat pendengarannya sedikit terganggu.
"Kegatelan, ngikutin Ken mulu."
"Fans baru Ken, kali."
"Tapi cantik banget sih."
"Siapa cewek itu?"
"Anak baru keknya."
"Primadona baru nih, Vanya mah lewat."
Chiara tidak mengerti kenapa anak-anak membicarakan dirinya. Ia berhenti melangkah saat siswa di hadapannya berhenti, ia menatap bingung seakan bertanya ‘kenapa berhenti?’
"Jangan kayak siput,” ujar Kenneth datar.
Chiara melongo. 'Dia bisa ngomong?' bathinnya.
"Buruan." Masih dengan intonasi datar, Kenneth berjalan meninggalkan Chiara yang masih terbengong.
...***...
Chiara keluar dari ruang kepala sekolah saat jam istirahat sudah berakhir, ia berjalan menuju kelasnya, mencoba mengingat-ingat letak kelasnya. Sesekali melihat beberapa ruangan yang ia lewat. "Bagus juga sekolah punya Daddy,” komentarnya. "Ada ruang musik juga." Ia melongok pada pintu yang sedikit terbuka ada tulisan Music Room di atasnya. Ia tersenyum melihat ruangan musik yang lengkap dengan beberapa alat musik. "Daddy benar-benar hebat,” gumamnya tersenyum bangga.
Sedang asyik berjalan, tiba-tiba tangannya ditarik seseorang, tubuhnya terdorong di lorong yang sepi. Punggungnya menghentak tembok. Kepalanya mendongak melihat tiga siswi di depannya.
"Heh! Lo anak baru, ‘kan? Enggak perlu basa basi, gue cuma mau ngingetin, elo jangan coba-coba deketin Kenneth, karena dia cowok gue.”
Kerutan dalam terlihat di dahi Chiara, merasa bingung dengan apa yang dikatakan gadis di hadapannya. Entah apa maksudnya, dan siapa Kenneth?
"Sekali lagi gue lihat lo jalan bareng sama Kenneth, gue bakal bikin hidup lo nggak betah sekolah di sini,” ancam siswi itu lagi.
Chiara menatap heran gadis di depannya, tidak nampak ketakutan terukir di wajah cantiknya, justru kebingungan yang dominan. 'Kalau lo tahu gue anak pemilik sekolah, bisa jantungan kali,' bathinnya mencibir.
"Oh, iya, gue lupa, kenalin, gue Vanya, primadona SMA VH 21, semua yang ada di sini harus nurut sama gue," ujar siswi itu pongah.
Chiara memperhatikan ketiganya yang telah berlalu, ia berdecih kecil, “Belagu banget jadi primadona doang, sok berkuasa,” cibirnya kesal.
...***...
Tok! Tok! Tok!
"Maaf, Pak. Saya terlambat, habis dari ruangan kepala sekolah,” ujar Chiara ketika memasuki kelas.
"Ya sudah, kembali ke tempat duduk."
Chiara berjalan menuju kursinya, sedikit mencuri tatap pada ketua osis yang juga melihat ke arahnya, atau papan tulis di depan? Entahlah ia tidak tahu.
"Lo kemana aja, Ra. Elo nyasar?" tanya Mila khawatir.
"Gue ketemu sama cewek gila."
"Hah, siapa?"
Chiara mengendikkan bahu. "Namanya Vanya, dan lo tahu, dia ngancem gue, katanya jangan deketin Kenneth, pacarnya. Lah, gue mana tahu pacar dia, siapa Kenneth aja gue enggak kenal.” mengingat kejadian beberapa menit yang lalu membuatnya kesal.
Kenneth yang merasa namanya disebut sedikit menguping pembicaraan gadis di sampingnya itu.
"OMG, demi apa lo ketemu Vanya?" kejut Mila tertahan.
Chiara mengangguk.
"Tadi lo bilang siapa Kenneth?" Mila bertanya, kemudian menunjuk dengan dagunya ke arah kiri Chiara. "Tuh, itu tuh yang namanya Kenneth, alias Ken,” tambahnya.
Chiara memutar kepalanya mengikuti arah tunjuk Mila, ia terkesiap. "Dia Kenneth?" tanyanya pelan.
Mila mengangguk. "Lo harus tahu, selain ketos dingin, dia itu mostwanted, banyak fans, salah satunya si Vanya. Lagipula Vanya bukan pacar si Ken, dia cuma ngaku-ngaku doang. Lo harus hati-hati sama mak lampir itu, ratu bully," tekan Mila pelan.
Chiara mendengarkan dengan hikmat petuah dari Mila.
"Kalau bisa, lo jangan cari masalah sama tuh anak, cara dia ngebully sadis, sudah banyak korban di sini."
"Dia primadona sekolah?" tanya Chiara memastikan.
Mila mencibir. "Yaaa emang, sih, dia itu cantik, tapi gue rasa posisinya sekarang udah ke geser."
"Maksud lo?"
Mila tersenyum lebar melihat penampilan Chiara. "Gue rasa elo yang bakal gantiin posisi dia jadi primadona,” ujarnya terkekeh.
Chiara mencubit lengan Mila. "Jangan ngomong sembarangan."
"Aduh sakit, Ra,” Mila meringis mengelus lengannya.
Chiara menghadap lurus ke papan tulis, tak sengaja dirinya melirik ke arah Kenneth. 'Apa iya cowok yang bahkan enggak bisa bicara ini jadi pentolan sekolah?' gumamnya dalam hati.
Kenneth yang merasa diperhatikan menoleh ke arah Chiara. Sedangkan Chiara yang ketahuan sedang mencuri tatap pada Kenneth jadi gelagapan, merebut bolpoin di tangan Mila.
"Ra, itu punya gue."
"Pinjem bentar,” ujar Chiara berpura-pura menulis di buku, ia malu ketahuan ketos bernama Kenneth itu.
Sedangkan Kenneth yang memperhatikan tingkah Chiara hanya menggeleng pelan.
📖
📖
📖
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Ummu Sakha Khalifatul Ulum
Lanjut
2022-10-25
1
MeyMey
hahahahahah
2022-02-07
0
Rama Akram
seru nih Thor
kisah anak SMA
2021-03-26
0