Takdir yang mempertemukan mereka berdua, takdir pula yang membawa mereka kedalam hubungan yang rumit.
Faiha Azkiya, seorang muslimah yang mempunyai mimpi menjadi wanita yang kuat dan tangguh. Pundaknya saat ini dituntut menjadi kokoh, untuk menghidupi dirinya dan sang nenek. Ingin rasanya ia menyerah pada takdir, namun semuanya itu berbanding terbalik. Dimana, takdir itu malah merubah kehidupannya.
Azzam Arsalaan. Pemberontakkan, kejam dan ditakuti oleh hampir semua orang dalam dunia bisnis. Bahkan dunia hitam pun sangat tidak ingin terlibat sesuatu dengannya. Ia akan sangat murka jika kehidupannya terusik, tiada kata 'ampun dan maaf' darinya. Jika tidak, maka nyawa mereka akan lenyap saat itu juga.
Akankah takdir itu dapat menyatukan mereka dan bahagia? Atau sebalinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tsabita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
Diruangannya, Azzam sedang mengamati hasil kerja dari para anak buahnya dari dunia hitam. Dengan senyuman yang penuh dengan kemenangan, dan sudut bibirnya tertarik.
" Permainan masih belum selesai Zaffar, menggangguku sama saja dengan mencari mati. Heh! Selamat menikmati hasilnya." Azzam menyeringai dengan sangat tenang.
Tok
Tok
Tok
" Masuk!." Jawab Azzam dengan adanya suara pintu diketuk.
" Permisi tuan, ada perwakilan dari perusahaan Z ingin bertemu anda tuan." Daffa memberitahukan kedatangan utusan dari klien mereka.
" Heh! Suruh masuk ". Titah Azzam kepada sang asisten.
Daffa setengah menundukkan badannya dan segera berlalu, tak lama kemudian. Masuklah orang yang telah di utus dari perusahaan tersebut, wajah dingin Azzam kembali menyelimuti pertemuan mereka.
" Silahkan duduk!" Azzam dengan angkuhnya berbicara kepada orang tersebut.
" Selamat siang tuan Azzam, saya Indra, utusan dari perusahaan Z." Indra memperkenalkan dirinya, namun tangannya itu tidak mendapatkan sambutan dari Azzam yang masih dengan angkuhnya bertopang dagu.
Orang ini, kalau bukan untuk perusahaan. Sungguh sangat malas bertemu dengannya. Indra.
" Hem, ada apa?!." Tegas Azzam.
" Baiklah tuan, saya di utus oleh perusahaan untuk membicarakan masalah investasi anda pada perusahaan kami. Saat ini, perusahaan kami sedang mengalami penurunan nilai saham dan sepertinya anda sudah mengetahuinya. Kami harap, anda tidak menarik saham terasebut." Jelas Indra kepada Azzam, mereka berharap saham itu tetap berada diperusahaan mereka.
" Heh! Atas dasar apa, aku tidak menariknya?." Menyilangkan kaki kanan pada kaki kiri, sangat terlihat angkuh dan sombongnya Azzam saat itu.
" Kami berjanji, akan segera mengembalikan keadaan seperti sedia kala, tuan. Perusahaan kami tidak akan bangkrut, tolong anda percayakan hal tersebut kapada kami." Kini, wajah Indra sudah sangat pucat dengan tatapan Azzam kepadanya.
" Keluarlah!!!." Jawab Azzam singkat dan tanpa ekpresi.
" Ba bagai mana tuan? Anda tidak akan menarik saham itu bukan? Kami sangat berharap untuk semuanya itu." Indra masih mempertahankan negoisasinya kepada Azzam.
" Keluar!!! Apa kau tuli, hah!!." Azzam terlihat murka dengan perkataan dari Indra.
Sedangkan Indra, rasanya ia ingin berlalu saja dari hadapan Azzam. Namun, nasibnya dan seluruh karyawan lainnya berada di ujung tanduk. Kemana lagi mereka akan mendapatkan pekerjaan. Terlihat Daffa memasuki ruangan tersebut, setelah mendengar teriakan dari bosnya. Ia segera menarik Indra untuk keluar dari sana, jika ia masih ingin nyawanya tetap utuh.
" Sungguh tidak tau diri!!!." Tegas Azzam, disaat Indra dan Daffa telah berlalu dari ruangannya.
......................
" Kiya! Bantuin dong. Ini, kok nggak balance ya dengan data yang ada." Nabila bingung dengan laporan yang ia kerjakan, terdapat ketidakseimbangan dengan berkas yang ada.
Kiya yang saat itu juga sedang mengerjakan laporan, laporan tersebut ternyata sama. Lalu mereka mencari letak kesalahan yang ada, bagaimana bisa laporan tersebut tidak sama.
" Sepertinya, ada laporan yang tidak ada atau belum diserahkan deh! Coba kamu lihat Bil, dari sini saja tidak ada pernyataan jika laporan tersebut masuk." Kiya menunjukkan kepada Nabila, apa yang ia temukan.
" Wah, bener Ki! Kok gue nggak sadar ya? Untung saja otaklu encer dan nggak beku kayak gue, hufh!." Nabila melihat apa yang Kiya tunjukkan, merasa sangat tertolong dengan hal itu.
Dddrrttt...
Dddrrttt...
" Assalamu'alaikum..." Jawab Kiya, menerima panggilan telfon.
"Keruanganku, sekarang!." Ternyata panggilan tersebut dari Azzam.
Tut tut tut...
" Eh, astaghfirullah halazzim..." Kiya sungguh sangat kaget.
" Siapa Ki?." Tanya Nabila, melihat Kiya yang sedikit kesal.
" Manusia Fir'aun modern, gue tinggal dulu ya. Nanti kita lanjutin lagi." Kiya beranjak dari duduknya.
" Loh, emngnya lu mau kemana? Lagian, siapa tu Fir'aun modern??? Ngadi-ngadi lu." Nabila merasa penasaran dengan apa yang Kiya katakan.
" Sssttt! Nanti saja gue ceritain, gue keruang bos dulu." Kiya pun berlalu.
Nabila merasa sangat penasaran dengan apa yang Kiya bicarakan tadi, tapi percuma saja. Saat ini, orangnya sedang tidak ada.
Tok
Tok
Tok
" Permisi tuan." Sapa Kiya, saat memasuki ruangan Azzam.
Terlihat saat itu, Azzam sedang memainkan ponsel yang berada ditangannya. Dengan kehadiran Kiya, ia segera memasukannya ke dalam saku di jasnya. Azzam kemudian memberiakn kode dengan jarinya, agar Kiya segera mendekat.
" Ada apa tuan memanggil saya?." Tanya Kiya yang mulai jenggah dengan sikap bosnya itu
" Duduklah." Perintah Azzam kepada Kiya, dan Kiya pun tidak dapat menolak.
Azzam berdiri dari kursinya, berjalan memutar dari mejanya dan mendekati Kiya. Tanpa ragu, Azzam kini duduk jongkok bertekuk di samping kursi Kiya.
" Tu tuan, anda mau apa? " Tanya Kiya dengan perasaan yang sedikit takut.
" Tidak mau apa-apa, hanya ingin memandangi wajah kekasihku ini dari jarak yang dekat." Senyum Azzam menggoda Kiya.
Wajah Kiya kini berubah menjadi kemerahan, ia tersipu malu dengan perkataan yang Azzam lontarkan untuk dirinya. Namun, hal itu segera Kiya sadari. Ia pun beranjak dari tempat duduknya, bermaksud untuk menjauh dari kegombalan bosnya.
" Tunggu! Mau kemana sayang?." Azzam sudah mempatenkan panggilan tersebut untuk Kiya.
" Apa?!! Sayang? Anda sudah gila tuan." Kiya meninggikan nada bicaranya setelah mendengar ucapan dari bosnya.
" Ya, aku memang sudah gila. Dan itu hanya berlaku sama kamu!." Tangan kecil Kiya sudah berada dalam genggaman tangan Azzam.
Kiya memberontak untuk melepaskan tangannya dari genggaman tangan Azzam, walaupun Azzam tidak menggunakan semua kekuatannya. Tangan Kiya tetap tak terlepas, dan itu pun membuat Kiya murka.
" Lepas!!! Ingat tuan, kita bukan mahram." Teriakan Kiya itu tidak di indahkan oleh Azzam.
Ia malah merasa sangat menyukai wajah Kiya yang sedang marah, terlihat begitu natural dan menggemaskan baginya. Tanpa sepengetahuannya, Kiya sudah mengambil kuda-kuda untuk memberikan tendangan. Dan akhirnya...
Bugh!!!
" Aakkhhh!!!" Azzam meringis dan melepaskan genggaman tangannya pada tangan Kiya.
" Heh! Rasain, dasar manusia mesum dan somplak." Kiya pun berlalu meninggalkan Azzam yang masih meringis menahan rasa sakit pada aset masa depannya, yang terkena hantaman dari kaki Kiya.
" Hei, tunggu sayang!!! " Azzam berusaha berdiri, namun rasa sakit itu masih sangat terasa. Membuat dirinya menyerah atas hadiah dari Kiya.
Sungguh dia menjaga dirinya dari hal-hal yang seperti itu, aih kenapa main tendang segala. Apa dia mau nanti bibitku menjadi kurang berkualitas? Aaakkhh, lihat saja nanti. Tidak akan kubiarkan kau dimiliki oleh orang lain, kau hanya milikku, Kiya. Selamanya menjadi milikku! Azzam.
Azzam perlahan-lahan berdiri, dan ketika akan duduk kembali di kursi kerjanya. Masuklah seorang wanita, yang tak lain adalah Jessica. Salah satu karyawan di perusahaan tersebut, lebih tepatnya satu tim dengan Kiya dan Nabila.
" Maaf tuan, saya lancang memasuki ruangan anda tanpa permisi. Saya hanya ingin menyampaikan hal yang penting tuan." Jessica mencoba menarik perhatian Azzam, agar ia percaya.
......................