Lady Seraphine Valmont adalah gadis paling mempesona di Kekaisaran, tapi di kehidupan pertamanya, kecantikannya justru menjadi kutukan. Ia dijodohkan dengan Pangeran Pertama, hanya untuk dikhianati oleh orang terdekatnya, dituduh berkhianat pada Kekaisaran, keluarganya dihancurkan sampai ke akar, dan ia dieksekusi di hadapan seluruh rakyat.
Namun, ketika membuka mata, ia terbangun ke 5 tahun sebelum kematiannya, tepat sehari sebelum pesta debutnya sebagai bangsawan akan digelar. Saat dirinya diberikan kesempatan hidup kembali oleh Tuhan, mampukah Seraphine mengubah masa depannya yang kelam?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Celestyola, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kecurigaan
...**✿❀♛❀✿**...
Awan gelap menggantung di cakrawala. Menghantarkan rasa berat yang seakan menyelimuti seluruh istana. Gemuruh hujan yang tertahan di udara menambah sunyi yang tidak biasa.
Upacara pemakaman yang mulia Kaisar beberapa jam lalu kini meninggalkan kesunyian panjang di lorong-lorong istana kekaisaran.
Di salah satu sudut terdalam Istana, di balik pintu kayu jati yang terukir lambang naga kekaisaran, Frederick duduk termenung. Pangeran kedua itu kini dipaksa menelan kenyataan pahit, bahwa ayahnya, sosok Ayah yang tercinta, telah tiada.
Frederick duduk di kursi panjang dekat jendela, wajahnya setengah tersembunyi dalam ruangan yang gelap. Pikirannya melayang, mencoba memahami bagaimana ayahnya bisa pergi begitu cepat.
Meski sehari sebelumnya, Kaisar memang tampak lemah, tetapi masih sanggup bercanda singkat dengannya. Tidak ada tanda-tanda bahwa ajalnya telah dekat.
Pikirannya berkelana. Memikirkan segala macam kemungkinan yang ada, tapi sungguh, yang terlintas di kepalanya hanya sosok Wilhelm yang seolah tersenyum menyeringai.
Tak lama kemudian, pintu kamarnya berderit pelan. Dari celah pintu, cahaya lilin dari luar menerobos masuk, menyorot sosok yang berdiri di sana dengan ragu.
“Yang Mulia,” panggilnya dengan suaranya yang lembut, hampir seperti bisikan.
Frederick tidak menoleh. Hanya bahunya yang sedikit menegang, seakan enggan diganggu. Namun Seraphine melangkah masuk juga, lalu menutup pintu di belakangnya.
Ia menatap punggung lelaki itu, napasnya terdengar berat. “Saya dengar dari Tuan Virrel, Anda tidak makan apa pun sejak pagi. Semua orang cemas. Saya…” ia berhenti sebentar, lalu melanjutkan dengan hati-hati, “Saya Khawatir, Yang Mulia.”
Frederick akhirnya memutar tubuhnya hingga kini mereka berhadapan. Ia menarik napas panjang, lalu bersuara dengan nada rendah yang penuh rasa lelah.
"Aku tidak berselera, Seraphine."
Seraphine mendekat. Gaunnya bergemerisik ringan saat kain satin itu menyapu lantai marmer. Ia berhenti tepat di samping kursi panjang itu, menunduk sejenak sebelum duduk di ujung kursi.
“Saya tahu Anda begitu terpukul, Yang Mulia. Namun, Kita harus segera fokus pada situasi saat ini, tapi sebelum itu Anda harus makan sesuatu,” katanya pelan.
Ia meletakkan nampan berisi sepiring makanan yang sengaja ia bawa tadi.
“Bukankah kepergian Kaisar yang tiba-tiba terasa janggal dan tidak wajar?” celetuk Seraphine setelah ia meletakkan nampan ke atas meja.
Frederick mengangkat alis. “Tidak wajar?”
Pria itu bertanya, seolah ia tak menyadari bahwa kematian sang Ayahanda memang tak wajar. Ia ingin mendengar pendapat dari sang Tunangan.
“Ya.” Seraphine menatap ke luar jendela, ke arah langit malam yang muram.
“Bukankah aneh jika Kaisar yang selama ini sehat-sehat saja tiba-tiba meninggal dengan penyebab yang tidak jelas?”
Frederick menyahut, "Ayah sempat sakit beberapa minggu ini."
Seraphine terdiam, lalu ia bertanya, "Apakah parah sampai sakitnya itu mengancam nyawa beliau, Yang Mulia?"
Pangeran kedua itu menggeleng, "Beliau hanya sakit ringan karena kelelahan."
"Kalau begitu, hal ini malah menjadi semakin aneh Yang Mulia. Bisa saja kondisi kesehatan Yang Mulia Kaisar beberapa minggu ini hanya dijadikan ... kedok," ucap Seraphine kemudian yang otomatis membuat tubuh Frederick jadi menegang.
Keheningan menyelimuti mereka. Lilin di sudut ruangan bergetar, seolah ikut menyimak percakapan mereka yang mengalir berbahaya.
Frederick mendongak, sorot matanya tajam menatap gadis itu. “Maksudmu… ada yang sengaja memperburuk keadaannya?”
Seraphine mengangguk perlahan.
“Ya. Semua orang tahu beliau memang sedang tidak sehat. Tapi kelemahan itu bisa dimanfaatkan untuk menutupi sesuatu yang lebih jahat, racun mungkin, atau obat yang sengaja dimanipulasi. Karena meski kematian beliau begitu mendadak —padahal sehari sebelumnya masih sanggup memberi perintah dan bercakap dengan jelas—sangat sedikit orang yang akan menyadarinya.”
Frederick mengepalkan tangannya di atas meja. Rahangnya menegang, terlihat jelas bahwa terdapat amarah yang sedang berusaha ia tekan.
“Selain itu, bukankah Putra Mahkota juga mencurigakan Yang Mulia?" tanya Seraphine dengan melirihkan suarnya.
Meksi ia tengah berada di kamar seorang pangeran, tak ada yang menjamin bahwa apa yang akan ia katakan tak bocor keluar. Sebab, perlu di garis bawahi, dinding istana itu mempunyai telinga.
"Kau juga menyadarinya?" tanya Frederick sedikit tak percaya. Gadis ini sungguh pengamat handal, ditengah suasana duka seperti itupun ia bahkan masih mampu menyadari gelagat Putra Mahkota.
Seraphine mengangguk, bukan hanya menyadari, ia bahkan telah membuat begitu banyak spekulasi mengenai sikap Putra Mahkota. Tidak, bukan hanya Putra Mahkota tetapi juga sikap Permaisuri yang terlampau lempeng.
"Sejujurnya, Saya mencurigai Putra Mahkota dan Permaisuri, Yang Mulia."
Frederick menatap Seraphine lekat-lekat. Sorot matanya berkilat dingin. “Jelaskan apa maksudmu, karena kau tahu sendiri ucapanmu saat ini secara tidak langsung menuduh anggota keluarga Kekaisaran.”
Seraphine menghela napas dalam, berusaha menjaga nada suaranya tetap terkendali. “Saya tidak menuduh, Yang Mulia. Namun jika kita melihat dari sudut pandang politik, keduanya adalah pihak yang paling diuntungkan dari wafatnya Kaisar.”
Frederick menyipitkan mata. “ Jika dipikirkan lagi, memang begiu. Tapi bukankah tanpa perlu mengotori tangan, dia sudah dekat dengan tahta? dia seorang putra mahkota jika kau lupa.” ucapnya sembari menopang kepalanya dengan tangan.
Seraphine mengangguk kecil. “Benar. Namun justru itulah yang membuat saya semakin curiga. Karena, Yang Mulia, bila beliau begitu dekat pada takhta, sedikit saja gangguan bisa menunda atau bahkan menggagalkan penobatannya," jelas Seraphine.
"Kaisar yang masih hidup, sekalipun beliau tengah sakit, tapi beliau tetap bisa membuat keputusan, bahkan bisa saja menunjuk penerus lain bila beliau menilai Putra Mahkota tidak layak," lanjutnya kemudian.
"Anda pasti paham maksud saya, Yang Mulia. Baginda Kaisar pasti menimbang ulang Putra Mahkota ketika beliau mendengar berita penyetopan pasokan gandum yang dilakukan oleh Putra Mahkota, mungkin ada suatu kejadian yang tak kita ketahui telah terjadi di antara keduanya." Seraphine berujar dengan tatapan tajam.
Kata-kata itu membuat Frederick terdiam. Ia sadar betul, ayahnya adalah sosok yang adil meskipun berwatak keras. Tak jarang beliau menguji Putra mahkota dan dirinya, seolah sedang menimbang siapa yang benar-benar pantas menjadi pewaris kekaisaran.
“Dan Permaisuri?” tanya Frederick akhirnya. Suaranya rendah, nyaris seperti gumaman.
“Permaisuri,” Seraphine menekankan kata itu dengan hati-hati.
“Terlalu tenang, Yang Mulia. Saya tahu bahwa setiap orang memiliki caranya sendiri dalam mengekspresikan duka. Namun, Permaisuri bahkan tak terlihat menitikkan satupun air mata," jawab Seraphine tenang.
Frederick terdiam, namun jari-jarinya mengetuk meja dengan ritme tegang.
Seraphine melanjutkan, “Apalagi, hubungan Permaisuri dengan Yang Mulia Kaisar sudah lama renggang. Semua orang di istana tahu itu. Jadi, kehilangan Kaisar barangkali tidak menimbulkan luka yang berarti bagi beliau. Malah, bisa jadi menjadi keuntungan.”
“Keuntungan apa?” potong Frederick tajam.
...**✿❀♛❀✿**...
...TBC...
bikin dadas dikit thur creakter ceweknya biar semangat bacanya
ya sampah
bisa buat sedikit badas biar semangat bacanya😂😅