NovelToon NovelToon
Senja Di Tapal Batas (Cinta Prajurit)

Senja Di Tapal Batas (Cinta Prajurit)

Status: sedang berlangsung
Genre:Dark Romance / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Cintapertama / Mengubah Takdir
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: khalisa_18

Kalea dan Byantara tumbuh bersama di sebuah asrama militer Aceh, bak kakak dan adik yang tidak terpisahkan. Namun di balik kedekatan itu, tersimpan rahasia yang mengubah segalanya. Mereka bukan saudara kandung.

Saat cinta mulai tumbuh, kenyataan pahit memisahkan mereka. Kalea berjuang menjadi perwira muda yang tangguh, sementara Byantara harus menahan luka dan tugas berat di ujung timur negeri.

Ketika Kalea terpilih jadi anggota pasukan Garuda dan di kirim ke Lebanon, perjuangan dan harapan bersatu dalam langkahnya. Tapi takdir berkata lain.

Sebuah kisah tentang cinta, pengorbanan, keberanian, dalam loreng militer.
Apakah cinta mereka akan bertahan di tengah medan perang dan perpisahan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon khalisa_18, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Elang merah di Taktakan

Pantai Permisan telah mematri karakter Kalea. Setiap tetes air laut yang asin, setiap jengkal lumpur yang menghisap alas kaki, dan kobaran api penderitaan selama penggemblengan telah mengubah seorang dengan gelar Anindya Wiratama. Letnan Dua Kodam Jaya yang santun dan terpelajar kini telah terlebur, meninggalkan sosok Letda Kalea Aswangga, perwira Komando yang disemat julukan 'Elang Merah', siap untuk diterbangkan ke medan juang mana pun.

Surat perintah penempatannya adalah sebuah pengakuan atas ketangguhannya, Grup 1/Para Komando, Taktakan, Serang, Banten. Sebuah markas yang memanggul panji Eka Wastu Baladhika, pasukan Direct Action, garda terdepan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD). Kalea ditugaskan sebagai Perwira Staf Operasi (Pasipers) di salah satu Batalyon Tempur, sebuah posisi strategis yang menuntut tidak hanya ketajaman taktis dan manajerial, tetapi juga naluri kepemimpinan yang dingin dan terukur.

Ruangan kerjanya kini menjadi kuil strategi, dipenuhi peta topografi yang rumit, rencana serbuan yang terperinci, dan dokumen intelijen yang dijaga ketat. Namun, Kalea adalah perwira yang menjunjung tinggi prinsip grounded. Ia menolak stigma 'Perwira Meja' yang hanya berurusan dengan tinta dan kertas. Ia memastikan baret merah Komando-nya selalu mencium debu dan tanah saat setiap latihan berlangsung, menegaskan bahwa kepemimpinannya lahir dari garis depan.

Sebagai perwira wanita dengan kualifikasi Komando, sebuah anomali yang masih jarang di tengah dominasi prajurit pria, Kalea sadar ia harus menaklukkan lebih dari sekadar rintangan fisik. Ia harus memenangkan hati dan respek setiap prajuritnya. Ia harus membuktikan bahwa kualifikasi Komando-nya ditempa oleh keringat dan darah yang sama, bukan sekadar pelengkap dari gelar lulusan Akademi Militer.

Suatu pagi yang membekukan, kabut tipis masih menyelimuti lapangan Taktakan. Batalyon bersiap untuk latihan tembak. Kalea, dengan langkah pasti, memimpin inspeksi mendadak di Detasemen Alpha. Aura kepemimpinannya terasa kuat saat ia berhenti di hadapan Sersan Mayor Parto, seorang bintara senior yang wajahnya diukir keras oleh pengalaman, jauh lebih sangar dari patung macan di gerbang kesatuan.

"Serma Parto, senapan Anda. Cek!" perintah Kalea, suaranya tajam dan tanpa kompromi, mengulurkan tangannya untuk menerima senjata.

Serma Parto menyajikan senapan laras panjang itu dengan gerakan yang sigap dan terlatih. Kalea memeriksa larasnya dengan mata teliti, lalu tanpa ragu, ia mencium ujung senapan, sebuah ritual inspeksi yang mengungkap kebersihan senjata. Wajahnya seketika berubah masam.

"Sersan, saya mencium bau yang tidak familier di sini. Ini bukan aroma standar minyak senjata," ujar Kalea, nadanya dingin dan menuduh.

Seketika, Sersan Mayor Parto menjadi kaku. Keringat dingin mulai membasahi seragam di punggungnya. "Siap, Komandan! Mohon izin. Itu... itu oli motor, Komandan!"

Kalea memicingkan mata, pandangannya menembus kejujuran bintara di depannya. "Oli motor? Anda mau senjata ini jadi mesin bubut, Sersan?"

"Siap, tidak, Komandan! Maksud saya, itu oli samping motor butut saya. Tadi pagi motor saya mogok. Saya buru-buru ke lapangan, Komandan. Oli motor itu saya pinjam dari Prada Mamat. Cuma kena di tangan saya saat perbaiki, Komandan, bukan di senjata. Izin!" Serma Parto menjelaskan dengan nada memelas yang berusaha mati-matian meyakinkan, membuat barisan Tamtama di belakangnya harus menahan tawa sampai bahu mereka berguncang-guncang.

Kalea menahan senyum tipis di bibirnya. Situasi ini lucu, sekaligus menjadi bukti kejujuran yang jujur, sebuah aset yang berharga dari prajuritnya.

"Baik, Sersan. Saya maafkan untuk kali ini. Saya percaya Anda. Tapi ingat baik-baik, di Komando, senjata adalah prioritas utama Anda. Perlakukan lebih baik daripada motor anda itu. Dan besok, lapor ke saya! Senjata harus bersih sampai bisa saya gunakan bercermin. Mengerti?"

"Siap, Mengerti! Perintah dilaksanakan!" Serma Parto menjawab, napas lega yang luar biasa. Senapan itu kembali disajikan dan dipegang dengan penuh hormat.

Pada malam evaluasi mingguan di Barak Staf, para perwira dan bintara senior berkumpul. Suasana tergolong santai, namun garis etika dan hierarki perwira-bawahan tetap terpelihara. Setelah membahas peta patroli dan rencana operasi yang mendesak, Sersan Satu Slamet, seorang prajurit yang dikenal lugu dan apa adanya, memberanikan diri menawarkan minuman.

"Izin, Komandan! Mau kopi atau teh, Komandan? Kalau kopi, saya buatkan yang manis saja. Tiga sendok gula. Jangan pahit-pahit. Komandan tidak boleh merasakan pahit terus," ujar Sertu Slamet dengan kepolosan yang menggemaskan.

Kalea mengambil cangkir itu dengan senyum tipis. "Terima kasih, Sersan. Saya justru suka yang pahit. Pahitnya penggemblengan di Batujajar sudah membuat lidah saya kebal."

Sertu Slamet terdiam sejenak, wajahnya menunjukkan ia sedang berpikir keras. "Kalau begitu, coba saya carikan yang semanis Lettu Ramdan, Komandan!"

Mendengar nama Lettu Ramdan, suasana mendadak hening membeku. Sersan Kepala Budi, bintara berpengalaman yang selalu menjunjung tinggi disiplin, langsung mencubit pinggang Sertu Slamet dengan keras.

"Sertu! Jaga mulutmu! Urusan pribadi Komandan adalah Top Secret! Itu bukan materi evaluasi!" bisik Serka Budi tajam, berusaha menutupi kebingungannya sendiri.

Kalea tersenyum lebar, menunjukkan kehangatan. Ia tahu para prajurit ini sangat menghormatinya, namun juga sangat manusiawi dengan keingintahuan mereka.

"Tenang, Sersan Budi. Sertu Slamet tidak salah. Saya akan jawab," kata Kalea. "Lettu Ramdan itu... beliau adalah OMSP paling penting yang saya jalankan, Sersan."

"OMSP, Komandan?" tanya Sertu Slamet bingung, matanya mengerjap lugu.

"Ya. Operasi Mempertahankan Suami Permanen. Dan saya memastikan Operasi ini harus sukses, seperti misi-misi saya yang lain," jawab Kalea santai, namun tatapan matanya memancarkan ketegasan yang tak terbantahkan. "Jadi, jangan khawatirkan yang manis-manis. Fokus pada peta! Di mana koordinat titik 2354? Jelaskan mengapa titik itu rawan infiltrasi!"

Dalam sekejap, suasana kembali tegang dan fokus. Humor OMSP yang dilontarkan Kalea membuat seluruh ruangan sempat tertawa, namun dengan cepat tawa itu diredam oleh kesadaran akan kedisiplinan dan tugas yang menanti. Kalea berhasil menanamkan rasa hormat yang mendalam, ia adalah perwira yang manusiawi dan mudah didekati, namun ia adalah Komandan yang wawasan dan otoritas taktisnya tak kalah jauh melampaui mereka.

Kehidupan di Grup 1 adalah siklus latihan yang tiada henti, sebuah mesin perang yang terus berputar, melompat dari pintu pesawat Hercules di ketinggian, menembak sambil bergerak dengan presisi mematikan, dan simulasi pembebasan sandera dengan kecepatan kilat. Kalea selalu berada di garis depan, memimpin setiap briefing dan evaluasi, baret merahnya selalu basah oleh keringat.

Lalu, datanglah panggilan yang sesungguhnya.

Perintah mendadak, Pergeseran Pasukan ke wilayah Timika, Papua. Sinyal intelijen menunjukkan eskalasi drastis gerakan kelompok bersenjata yang mengancam fasilitas vital negara dan keamanan masyarakat. Sebuah misi tempur sesungguhnya.

Kalea langsung menyusun rencana aksi yang ringkas dan mematikan. Saat itu, ponselnya bergetar. Kapten Byantara, sang kakak laki lakinya, yang masih bertugas di Nabire.

"Kalea! Kamu... kamu serius akan ke sini? Ini bukan penugasan Teritorial di Jakarta, Dek. Ini neraka yang lain, ini medan tempur sesungguhnya," suara Byantara terdengar khawatir, jauh lebih serius daripada saat Kalea mendaftar Kopassus.

"Siap, Bang. Justru ini yang saya cari. Kalau Kapten Byantara Aswangga saja betah di sana, kenapa Letnan Kalea tidak?" balas Kalea, nadanya mantap, mencoba menenangkan. "Saya datang sebagai bala bantuan untuk Abang. Anggap saja saya kargo logistik paling mahal yang dikirim dari Serang, Bang."

Telepon dari Ramdan menyusul tak lama kemudian, nadanya tenang, memancarkan keyakinan penuh yang selalu menjadi jangkar bagi Kalea. "Jaga dirimu, Elang Merah. Lakukan persis seperti yang kau pelajari di Batujajar. Ingat, kamu bukan hanya perwiranya tim alpha. Kamu adalah Jiwa Korsa-ku yang paling berharga. Saya akan menunggu kabar keberhasilan dan kepulanganmu."

Malam itu, di Taktakan, di tengah deru persiapan alat tempur, gemerincing amunisi, dan ransel yang penuh bekal tempur, Kalea menatap baret merahnya. Ia telah melewati fase ujian mental dan fisik yang paling brutal. Kini, ia memasuki ujian spiritual dan taktis yang sesungguhnya, medan pengabdian di mana kehormatan dipertaruhkan.

Gelar Anindya Wiratama telah membawanya dari kawah candradimuka Akmil ke belantara Batujajar. Baret Merah telah membawanya ke Grup 1/Komando. Dan ketiganya kini akan membawanya ke Timika.

Ia menarik napas panjang. Tidak ada lagi keraguan yang tersisa. Hanya ada kesiapan yang membara.

Ia telah siap. Letda Kalea Aswangga, perwira Grup 1/Para Komando, akan membuktikan bahwa harga sebuah kehormatan hanya dapat ditingkatkan dan dipertahankan di kancah pertempuran.

1
atik
lanjut thor... semangat 💪
Khalisa_18: Makasih KK, di tunggu update selanjutnya ya
total 1 replies
atik
bagus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!