Semua orang di sekolah mengenal Jenny: cantik, modis, dan selalu jadi pusat perhatian tiap kali ia muncul.
Semua orang juga tahu siapa George: pintar, pendiam, dan lebih sering bersembunyi di balik buku-buku tebal.
Dunia mereka seolah tidak pernah bersinggungan—hingga suatu hari, sebuah tugas sekolah mempertemukan mereka dalam satu tim.
Jenny yang ceria dan penuh percaya diri mulai menemukan sisi lain dari George yang selama ini tersembunyi. Sedangkan George, tanpa sadar, mulai belajar bahwa hidup tak melulu soal nilai dan buku.
Namun, ketika rasa nyaman berubah menjadi sesuatu yang lebih, mereka harus menghadapi kenyataan: apakah cinta di antara dua dunia yang berbeda benar-benar mungkin?
Spin off dari novel Jevan dan Para Perempuan. Dapat di baca secara terpisah 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sitting Down Here, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15 Mission Accomplished
"Crash ... Joey ... Aku sampai lupa sama kalian. Tolong tetap di sini ya sampai George kembali!"
"Oke siap, Jen" ucap Crash.
"Tapi kalau Clarice lagi butuh bantuan, aku ke mejanya dulu ya" ucap Joey.
"Oke, Joey" Jenny lalu tersenyum pada Joey. Jenny merasa sepertinya Joey suka kepada Clarice yang menurut Jenny jika Clarice didandani dan mengganti kacamatanya dengan soft lens akan terlihat cantik dan menarik.
Beberapa murid lalu mendatangi meja George dan Jenny. Dan seperti yang Jenny duga, mereka menanyakan banyak hal pada Jenny. Crash yang selalu berada di dekatnya lalu dengan senang hati membantu Jenny.
"Terima kasih ya Crash udah bantu aku"
"Sama-sama, Jen"
Jenny dan Crash lalu sama-sama terdiam. Crash seperti hendak menanyakan sesuatu tapi tidak jadi.
"Tanya aja Crash daripada kamu penasaran" ucap Jenny.
"Ehehehe ... Aku tak tahu harus mulai darimana"
"Kabarnya baik, kok. Sehat secara fisik, tapi secara mental aku tak tahu. Kalau soal bahagia atau tidak mungkin kamu tahu sendiri jawabannya, Crash"
"Ka-kamu ternyata tahu ya, Jen?"
"Iya, aku tahu dari Louisa"
"Tahu tentang apa, Jen?"
George tiba-tiba muncul dan bertanya kepada Jenny.
"George! Syukurlah akhirnya kamu balik juga!"
"Kamu belum jawab pertanyaanku, Jen"
"Oh, itu. Mm ... Aku kebetulan kenal sama mantan pacarnya Crash waktu SMP"
"Hah? Emangnya kamu pernah punya pacar waktu SMP, Crash?" Tanya George yang memandang tak percaya kepada Crash.
"Punya dong, aku kan tampan"
"Dih, tampan dari mana sih? Kamu sih bukannya tampan, tapi culun"
"Ga dong, aku ga culun tapi tampan maksimal. Lebih tampan dari kamu, George"
"Dasar narsis!"
Crash lalu terkekeh senang melihat George yang kesal padanya. Jenny lalu mencoba untuk melerai mereka.
"Guys, sudahlah jangan bertengkar. Anyway George, aku tadi udah jawab pertanyaan kamu loh. Sekarang giliran kamu yang jawab pernyataan aku. Kamu tadi darimana? Ga tau apa kalau tadi aku panik?"
"Hehehe ... Sorry, Jen. Tadi aku beli ini buat kamu" George kemudian mengulurkan kedua tangannya yang penuh dengan permen coklat yang tadi Bryan berikan kepada Jenny. Belum juga Jenny bereaksi, George sudah lebih dulu mengatakan hal lain.
“Tunggu, masih ada lagi”
George lalu mengeluarkan sekantong penuh permen coklat kepada Jenny, membuat Jenny sampai melongo karena merasa terkejut.
‘’George, apakah ini semua untukku?”
“iya, Jen”
“Tapi ini banyak sekali, George! Aku tak mungkin bisa menghabiskan ini sendirian”
Crash kemudian menimbrung percakapan antara Jenny dan George.
‘’Kalau soal menghabiskan makanan sih aku jagonya Jen, nanti aku akan bantu kamu”
“Thanks, Crash”
“You’re welcome, honey”
George kemudian melirik ke arah Crash dengan tatapan tajam.
“Hei, jangan sembarangan bilang honey!”
“Yeah, tenang aja George. Aku cuma bercanda kok”
Crash kemudian menepuk pelan pundak George. Setelah itu ia pergi meninggalkan George dan Jenny menuju meja Clarice.
"George, kenapa sih kamu lakukan ini?"
"Lakukan apa?"
"Membeli banyak permen coklat seperti yang Bryan telah berikan padaku"
"Mana coklat yang dari Bryan?"
"Jawab dulu pertanyaanku, George!"
"Hhh ... Baiklah, aku tak ingin kamu memakan coklat dari Bryan karena sepertinya dia punya niat tak baik padamu"
"Memangnya apa sih yang akan dia lakukan padaku? Itu hanya permen coklat, George. Bisa jadi kan dia cuma sedikit naksir padaku?"
"Lalu kalau dia benar-benar naksir padamu bagaimana? Dia kan pacarnya Amanda, Jen! Jangan macam-macam sama mereka!"
"Kenapa sih kamu senang banget ikut campur urusanku? Kamu cemburu ya?"
"Cemburu? Ngapain juga aku cemburu? Aku kan bukan pacar kamu"
"Aah ... Kalian sweet banget sih ... Kayaknya cocok nih kalian... "
Salah satu murid yang sedang mendatangi meja George dan Jenny ternyata dari tadi mendengar perdebatan kecil mereka.
"Eh ... Maaf... Kami hanya sedang latihan drama, Kelly. Benar kan namamu Kelly?"
"Iya benar, namaku Kelly. Kamu masih inget aja, George"
"Eh iya aku ingat karena kita pernah satu kelompok kan tahun lalu?"
"Betul, George. Aku senang deh kamu masih ingat aku. Sayang ya, kamu tinggal kelas karena sakit. Kalau ga kan kita sekarang udah sama-sama kelas 11"
"Well ... Iya sih ... "
"Aku suka proyek kamu ini, George. Tenang aja, aku pasti pilih kamu kok"
Murid yang bernama Kelly tersebut lalu tersenyum kepada George lalu kembali ke kelasnya.
"Dia cantik" ucap Jenny kepada George.
"Iya, dia memang cantik. Tapi ada sih yang lebih cantik dari dia"
"Oh ya? Siapa?"
"Kamu, Jen"
"Huuh ... Dasar gombal!"
George tertawa melihat Jenny yang terlihat kesal tapi pipinya bersemu merah.
"Jen, coba deh lihat ke arah kaca yang ada di sebelah sana"
"Iya aku lihat. Emang ada apa di sana?"
"Ada gadis yang paling cantik di sekolah ini"
"Tapi gadis yang ada di kaca itu cuma aku, George"
"Exactly"
"Diih ... Kamu kenapa sih dari tadi ngegombal terus!" Jenny kemudian mencubiti lengan George karena gemas pada George. Jenny baru berhenti setelah George mengaduh kesakitan. Bertepatan dengan itu, Mr. Stern lalu bicara kepada seluruh peserta lomba yang berada di ruangan itu.
"Hari ini pengumpulan suara untuk memilih juara lomba akan ditutup sampai jam sekolah berakhir. Besok, setelah selesai dihitung, saya akan mengumumkan nama para pemenang. Apa kalian semua paham sampai di sini?"
"Paham, Sir" jawab para murid secara bersamaan.
"Baiklah, beberapa menit lagi lomba akan selesai jadi sebaiknya kalian segera merapikan peralatan eksperimen kalian"
"Baik, Mr. Stern"
George dan Jenny lalu sama-sama merapikan meja mereka. Setelah selesai dan waktunya untuk pulang, George kembali menawarkan untuk mengantar Jenny pulang, tetapi Jenny menolak dan kali ini George tak memaksa.
***
Keesokan harinya, Mr. Stern menepati janjinya untuk mengumumkan nama para pemenang. Tiga kelompok terbaik akan mendapatkan predikat sebagai pemenang. Namun yang akan diikutsertakan untuk mengikuti lomba antar sekolah hanyalah juara pertama.
"Kamu gugup, George?"
"Sangat"
Tidak seperti kemarin, George hari ini terlihat sangat serius dan sepertinya Jenny tahu penyebabnya. Lalu Jenny memutuskan untuk menggenggam tangan George yang dingin untuk menghiburnya.
George menoleh ke arah Jenny karena merasa heran dengan perbuatan Jenny. Kemudian ia memandangi tangannya yang sedang digenggam oleh Jenny. Tanpa berkata apa-apa lagi, George lalu membalas genggaman tangan Jenny.
Mr. Stern mengumumkan para pemenang mulai dari juara ketiga yang dimenangkan oleh siswa yang bernama Quinto dan rekannya yang bernama Perry.
"Wow, si jelly boy dapat juara ketiga" ucap Jenny.
"Jelly boy?"
"Iya, George. Aku menjulukinya begitu karena dia pernah memberiku sepiring jelly waktu aku lagi ga mau makan di kantin"
"Oh, begitu. Perhatian juga dia. Fyi, Quinto juga anak klab sains, Jen. Dia memang pintar"
"Tapi sepertinya kamu lebih pintar darinya, George"
"Ga juga kok. Sepertinya Joey, Clarice, dan Crash lebih pintar dariku"
"Terus saja merendah, George. Aku tahu yang sebenarnya kok"
"Dasar cewek sok tahu"
Jenny hanya menanggapi ucapan George dengan tersenyum. Mereka berdua kemudian terdiam ketika Mr. Stern mulai mengumumkan juara kedua yang dimenangkan oleh Clarice dan rekannya. George semakin merasa tertekan karena namanya belum disebutkan di antara nama pemenang.
"Bagaimana jika kita tak menang, Jen?"
"Kalau aku sih tak apa-apa, tapi yang jelas aku bangga pada diriku sendiri karena telah menjalankan tugasku dengan baik sebagai partner kamu dan yang lebih penting lagi eksperimen kita nantinya bisa berguna untuk orang banyak, George. Mendapatkan air bersih itu kan penting"
"Andai aku bisa se-antusias kamu, Jen"
"Bisa saja kalau kamu mau, George"
Mr. Stern lalu mulai mengumumkan juara pertama dan akhirnya rasa tegang George berakhir ketika Mr. Stern mengumumkan kelompok George dan Jenny yang mendapatkan juara satu sekaligus mendapatkan kesempatan untuk mengikuti lomba antar sekolah.
Para murid ikut merasa senang kecuali sebagian kecil murid seperti Amanda dan teman-temannya. Lalu dimulai dari Mr. Stern dan para guru menyelamati George dan Jenny, disusul dengan para murid lainnya. Seorang pria yang bukan bagian dari sekolah tiba-tiba muncul dan mendekati George.
"Selamat, George. Untuk tahap selanjutnya di lomba antar sekolah nanti kamu harus mendapatkan juara satu lagi. Setuju, George?"
George terkejut melihat pria itu. Ia sungguh tak menyangka kalau pria itu mau meluangkan waktunya ke sekolah demi mengetahui apakah George mendapatkan juara atau tidak.