NovelToon NovelToon
Jangan Salahkan Aku Mencintainya

Jangan Salahkan Aku Mencintainya

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Cinta Terlarang / Pelakor / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Penyesalan Suami
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: ANGGUR

Hans dan Lily telah menikah selama 2 tahun. Mereka tinggal bersama ibu Meti dan Mawar. Ibu Meti adalah ibu dari Hans, dan Mawar adalah adik perempuan Hans yang cantik dan pintar. Mawar dan ibunya menumpang di rumah Lily yang besar, Lily adalah wanita mandiri, kaya, cerdas, pebisnis yang handal. Sedangkan Mawar mendapat beasiswa, dan kuliah di salah satu perguruan tinggi di kota Bandung, jurusan kedokteran. Mawar mempunyai sahabat sejak SMP yang bernama Dewi, mereka sama-sama kuliah di bagian kedokteran. Dewi anak orang terpandang dan kaya. Namun Dewi tidak sepandai Mawar.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ANGGUR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

15

Hans menatap bi Sita dengan tatapan tajam. Hans mulai curiga kepada bi Sita.

Hans: "Aku mencari sesuatu, bi." ucapnya. Bi Sita berjalan beberapa langkah, dia menghampiri meja rias milik Lily dan mengambil tissue itu.

Bi Sita: "Apakah benda ini yang tuan cari?" tanyanya sambil menunjukkan tissue itu di hadapan Hans.

Hans: "Iya." sahutnya dengan singkat. "Terima kasih, bi." ucapnya. Hans kembali keluar dari dalam kamarnya, lalu melangkah dengan terburu-buru masuk ke dalam mobilnya. Di dalam mobil Hans tersenyum dengan puas kerena telah menemukan barang yang dia cari. Dengan penuh semangat Hans melaju dengan mobilnya pergi ke kantor dan sorenya Hans berencana akan ke rumah Dewi lagi.

Hans: "Aku sengaja membeli benda ini sepulang dari rumah Dewi tadi pagi. Dewi adalah wanita yang sangat liar di ranjang, aku tidak boleh kalah darinya." gumannya di dalam mobil. Hans mulai melaju dengan mobilnya, setelah mendapatkan benda yang merupakan tissue khusus dewasa yang ketinggalan di saku bajunya. Hans ketagihan bercinta dengan Dewi, bahkan Hans berencana akan ke rumah Dewi saat sehabis pulang dari kantor. Semenjak telah bercinta dengan sahabat adiknya itu, Hans melupakan jati dirinya yang telah beristri. Setibanya di kantor, Hans mencoba menghubungi Dewi melalui panggilan telpon.

Hans: "Hai, sayang." sapanya dengan mesra.

Dewi: "Jangan panggil aku dengan sebutan itu. Aku tidak suka." sahutnya dengan ketus.

Hans: "Kenapa?" tanyanya dengan rasa heran. "Kamu sekarang adalah kekasih gelapku." ucapnya dengan penuh keyakinan.

Dewi: "Pasti kamu memanggil istrimu dengan sebutan itu juga. Aku tidak mau disamakan." ucapnya lagi dengan ketus.

Hans: "Baiklah. Aku panggil nama kamu saja, ya." ucapnya.

Dewi: "Iya, mas. Itu lebih baik." sahutnya dengan pelan. Hans menelpon Dewi dan berjanji akan ke rumah Dewi sore nanti.

Hans: "Kamu tunggu aku, ya, Wi. Aku juga membawa baju ganti, loh." ucapnya.

Dewi: "Sering-seringlah nginap di rumahku, mas. Aku sangat kesepian." ucapnya dengan manja.

Hans: "Iya, Wi. Aku kerja dulu, ya." ucapnya lagi. Hans tersenyum lebar saat selesai menelpon Dewi. Di kantor Hans bekerja dengan penuh semangat, Hans tidak sabar menunggu sampai sore harinya. Sekitar pukul 3.20 sore, Lily yang berada di kota Batam menelpon Hans.

"Tiiit... Tiiit." suara ponsel Hans berdering. Hans buru-buru menjawab panggilan Lily.

Hans: "Hallo, Lily." sahutnya.

Lily: "Hallo, mas." sapanya dengan ramah. "Kamu sedang apa, mas?" tanyanya dengan rasa ingin tahu.

Hans: "Aku sedang di kantor, Lily. Aku sibuk mengerjakan beberapa tugas kantor." ucapnya dengan dingin. "Ada apa, Lily?" tanyanya. Lily kaget dan heran, untuk pertama kalinya Hans menyebut namanya. Biasanya Hans selalu memanggilnya dengan panggilan mesra.

Lily: "Sejak kapan kamu memanggil namaku, mas?" tanyanya dengan heran. "Biasanya kamu memanggilku dengan mesra." ucapnya lagi dengan rasa penasaran.

Hans: "Aku lupa, sayang. Maafkan aku, ya." ucapnya dengan perasaan bersalah. "Ada apa, sayang?" tanyanya. "Aku sedang sibuk saat ini." ucapnya dengan dingin.

Lily: "Kok gitu, mas?" tanyanya dengan heran. "Semenjak aku pergi, kamu belum menelponku." ucapnya.

Hans: "Akhir-akhir ini aku sedang sibuk, sayang." ucapnya dengan membela diri. "Aku akan menelponmu nanti malam." ucapnya dengan penuh keyakinan.

Lily: "Baiklah, mas. Kamu kerja saja dulu. Jangan lupa makan, istirahat yang cukup, ya." ucapnya dengan penuh perhatian. Lily mematikan ponselnya, Lily terheran-heran dengan perubahan kata-kata dan sikap Hans terhadap dirinya.

Lily: "Ada apa dengan mas Hans? Biasanya dia sangat mesra padaku. Ada yang berubah dalam dirinya." gumannya dengan rasa penasaran. Saat itu Lily berada di rumah neneknya di kota Batam. Lily telah selesai meresmikan pembukaan cabang tokonya yang lain di kota Batam. Neneknya yang biasa dipanggilnya dengan sebutan oma itu menatap wajah Lily dengan tatapan dalam.

Oma: "Ada apa, Li?" tanyanya dengan rasa penasaran.

Lily: "Tidak apa-apa, oma. Aku hanya heran dengan perubahan mas Hans." ucapnya.

Oma: "Katakanlah dengan jelas, Li." pintanya dengan lembut. Lily mulai mengatakan tentang perubahan sikap dan perkataan Hans saat di telpon, namun Lily selalu berusaha berpikir positif terhadap Hans.

Lily: "Mungkin mas Hans sedang sibuk, oma." ucapnya dengan rasa percaya.

Oma: "Mungkin saja, nak. Jangan terlalu dipikirkan, ya." ucapnya.

Lily: "Iya, oma." ucapnya sambil tersenyum kecil.

Oma: "Bolehkah oma memberimu saran, Li?" tanyanya dengan ragu-ragu. Lily menatap wajah omanya yang cukup serius.

Lily: "Saran apa, oma?" tanyanya dengan rasa ingin tahu. "Katakan saja, oma." ucapnya lagi.

Oma: "Sebaiknya kamu pulang besok, ya. Jangan terlalu lama meninggalkan suamimu sendiri." pintanya dengan suara yang pelan.

Lily: "Kenapa, oma?" tanyanya dengan rasa penasaran.

Oma: "Ikuti saja saran dari oma, ya." ucapnya dengan penuh keyakinan.

Lily: "Aku sudah memesan tiket, oma. Jadwal keberangkatannya 3 hari lagi." ucapnya.

Oma: "Jangan berpergian lagi, ya. Selesaikan semua urusan kamu, nak." ucapnya dengan lembut.

Lily: "Iya, oma. Aku akan pulang 3 hari lagi." sahutnya dengan penuh keyakinan. Perkataan oma membuat Lily bertanya-tanya dalam hatinya, namun Lily selalu berusaha berpikir positif terhadap suaminya. Baginya, Hans adalah suami yang setia dan bertanggung jawab. Di kota Batam Lily sangat menikmati suasananya, baginya keberadaannya di kota Batam adalah sekaligus sebagai liburannya dalam mengunjungi neneknya yang sudah bertahun-tahun tak bertemu. Siang berganti sore, Lily berencana untuk berjalan-jalan menyusuri kota Batam yang cukup indah di matanya. Lily menemui neneknya di halaman belakang rumah yang merupakan kebun sayur milik neneknya atau biasa Lily panggil oma.

Lily: "Apakah oma mau ikut denganku?" tanyanya.

Oma: "Ke mana, nak?" tanyanya dengan rasa ingin tahu.

Lily: "Aku ingin mengunjungi kampung Vietnam, oma. Aku ingin mencari kuliner enak di sana." ucapnya dengan penuh semangat.

Oma: "Kamu pergi sendiri saja, Li. Oma sudah bosan ke sana." ucapnya sambil tersenyum lebar.

Lily: "Baiklah, oma. Aku akan bawakan makanan buat oma nanti." ucapnya.

Oma: "Tidak usah, Li. Persediaan makanan banyak di kulkas." sahutnya.

Lily: "Iya, oma. Aku pergi dulu, ya." ucapnya. Lily melambaikan tangannya kepada oma sambil tersenyum kecil. Oma hanya menggelengkan kepalanya, sambil kembali melanjutkan pekerjaannya yaitu merawat tanaman sayuran dan buah-buahannya. Oma juga memetik sayuran dan buah yang sudah matang. Lily berjalan pelan sampai di depan rumah neneknya, Lily sedang menunggu taksi online yang telah dipesannya. Lima menit kemudian, taksi online Lily datang dan berhenti tepat di depan rumah neneknya. Supir taksi itu membuka kaca mobilnya, lalu tersenyum ramah pada Lily.

Supir taksi: "Mbak Lily, ya." ucapnya.

Lily: "Iya, pak." sahutnya.

***

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!