NovelToon NovelToon
Dicintai Penguasa Posesif

Dicintai Penguasa Posesif

Status: sedang berlangsung
Genre:Kriminal dan Bidadari / Penyesalan Suami / CEO / Mafia / Nikah Kontrak / Konflik etika
Popularitas:6.5k
Nilai: 5
Nama Author: Aida

Naora, seorang wanita yang dijadikan taruhan oleh suaminya yang sering menyiksanya selama dua tahun pernikahan. Ia dengan tega menyerahkan Naora pada lawannya yang seorang penguasa.

Damian, seorang Bos mafia yang kejam seketika menaruh rasa iba pada Naora saat melihat luka-luka di tubuh Naora.

Sikap Damian yang dingin dan menakutkan tidak ada ampun pada lawannya tapi tidak sedikitpun membuat Naora merasa takut. Hatinya sudah mati rasa. Ia tidak bisa merasakan sakit dan bahagia. Ia menjalani hidup hanya karena belum mati saja.

Namun tanpa diduga, hal itu malah membuat Damian tertarik dan ingin melepaskan Naora dari jerat masa lalunya yang menyakitkan.
Akankah Damian bisa melakukannya dan terjebak dalam rasa penasarannya ?

Minta dukungan yang banyak ya teman-teman 🫶 Terimakasih 🙏

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kucing

Damian melangkah masuk ke dalam mansion dengan menenteng sebuah kotak yang tertutup oleh kain.

Hari sudah tengah malam. Naora pasti sudah tidur. Pikirnya. Jadi ia memutuskan untuk menyimpan kucing beserta kandangnya itu di dalam kamarnya. Esok saja ia berikan.

Damian menaiki tangga untuk masuk ke dalam kamarnya. Tapi matanya yang tajam menangkap sesuatu dalam kegelapan di ruang tengah.

Ia masih diam di tengah-tengah tangga. Melihat siapakah yang berani keluyuran di dalam mansion nya.

Saat sosok itu mendekat kearah tangga, barulah ia bisa melihat sosok Naora yang berjalan dalam kegelapan itu.

Naora tidak menyadari keberadaan Damian. Tujuannya adalah dapur untuk mengambil minum. Ia berjalan perlahan takut menyenggol sesuatu.

"Apa yang kau lakukan ?" Tanya Damian dengan suara beratnya.

Naora terkejut. Ia mencari dimana sumber suara yang bertanya padanya. Atau pada siapa ?

Damian menuruni tangga dengan sengaja membunyikan langkah kakinya. Barulah pada saat itu Naora sadar, ada Damian di tengah-tengah tangga yang sedang menuju kearahnya.

"Tuan, kau sudah pulang ?" Tanya Naora dengan nada datar seperti biasanya. Tapi entah mengapa suara Naora terdengar sangat lembut dan mendayu-dayu di telinga Damian.

"Hem". Jawab Damian. Ia menatap Naora dalam kegelapan. Dan ia yakin, Naora pun juga melakukan hal yang sama.

"Sedang apa kau ?" Tanya Damian lagi.

"Aku ingin mengambil air di dapur. Air di kamarku habis". Jawab Naora dengan memperlihatkan botol kaca yang dipegangnya. Tapi Damian tidak terlalu bisa menangkap benda apa itu.

"Kenapa tidak menyalakan lampu dan malah berjalan di kegelapan ? Bagaimana jika kau menabrak sesuatu yang berharga ?" Tanya Damian lagi berusaha membuat Naora takut. Entah mengapa ia begitu ingin membuat Naora tunduk padanya.

"Aku tidak tau dimana letak saklar lampunya. Tapi kau tenang saja, aku berjalan dengan perlahan. Tidak akan menabrak apapun". Jawab Naora dengan tenang.

Damian merasa kalah. Tidak berhasil mendominasi keadaan membuatnya kehabisan kata-kata. Padahal biasanya lawan bicaranya yang mati kutu berhadapan dengannya.

"Kau mau ke dapur, bukan ? Kalau begitu buatkan aku kopi". Kata Damian setelah beberapa detik mereka saling diam.

"Baik". Jawab Naora segera berbalik dan melanjutkan langkahnya kearah dapur dengan langkah pelan dan hati-hati.

Damian menuju sebuah rak disudut ruangan, kemudian mengeluarkan remot kontrol dan menekan tombolnya membuat ruangan yang dilalui oleh Naora menjadi terang benderang dengan seketika.

Naora menoleh kearah Damian yang berada jauh dibelakangnya. Ia menundukkan kepalanya seolah mengatakan terimakasih.

Damian mengikuti Naora ke dapur masih dengan membawa kucing. Ia bingung, harus memberikannya sekarang atau besok. Dan lagi, bagaimana cara mengatakannya ? Alasan apa yang sesuai.

Ia tiba-tiba ragu. Takut ditolak. Padahal hanya ingin memberi hadiah. Bagaimana jika ternyata Naora tidak suka kucing, atau dia takut, atau dia alergi dengan bulu kucing. Semua pertanyaan itu berputar di benak Damian dan membuat kepalanya berdenyut.

'Harusnya aku membelikannya berlian saja. Tidak ada wanita yang tidak menyukai benda itu. Kenapa juga aku harus mendengarkan Lukas sialan'. Gumamnya dalam hati.

Sibuk bergelut dengan pikirannya sendiri membuat Damian tidak menyadari bahwa Naora sudah meletakkan kopi hitam kesukaan Damian di depan pria itu.

Setelah itu tanpa suara, Naora pergi kearah dispenser dan mengisi botolnya.

Damian baru tersadar dari lamunannya saat mendengar suara air yang keluar dari dispenser. Ia menggaruk kepalanya sendiri. Bagaimana mungkin ia tidak menyadarinya ada Naora meletakkan kopi di depannya.

"Apa kau butuh sesuatu lagi, Tuan ?" Tanya Naora. Ia sudah memeluk botolnya dan seperti akan bersiap untuk kembali ke kamar.

Lidah Damian kelu. Ia sebenarnya ingin mengatakan disini dulu, temani aku. Tapi itu semua hanya berputar-putar di kepalanya saja.

"Kalau tidak ada aku akan kembali ke kamarku". Lanjut Naora saat tidak mendapatkan jawaban dari Damian.

"Kau sangat tidak sopan. Membiarkanku menghabiskan kopi sendirian. Bagaimana jika rasanya kurang pas ? Apa aku harus membuatnya sendiri ?" Tanya Damian dengan tatapan tajamnya pada Naora.

Dahi Naora terlihat mengerut mendengar pertanyaan atau lebih mirip sebagai pernyataan itu dari Damian. Bukankah tadi ia sudah menanyakan pada Damian apa lagi yang pria itu butuhkan. Tapi tidak ada jawaban juga.

"Lalu aku harus bagaimana ?" Tanya Naora bingung.

"Duduk disini sampai aku selesai menghabiskan kopiku". Kata Damian menunjuk sebuah kursi di sebelahnya.

Naora mengangguk. Ia tidak membantah sama sekali. Ia menarik kursi yang ditunjuk oleh Damian dan duduk disana.

Damian meneguk kopinya sekali. Dua kali bahkan berkali-kali sampai Naora menguap. Dan selama itu pula tidak ada komentar apapun dari Damian mengenai kopi buatan nya.

Itu adalah kopi yang biasa Damian minum. Naora belajar takarannya dari pelayan yang biasanya membuatkan kopi untuk Damian. Sejak Naora menyiapkan segala kebutuhan Damian, Naora mulai belajar membuat kopi juga.

'meonggg...'

Suara kucing mengejutkan Naora. Ia segera membuka matanya lebar-lebar yang hampir tertutup.

Damian melihat itu. Rasanya ia ingin tertawa. Lucu sekali wanita ini.

"Aku seperti mendengar suara kucing. Apa aku bermimpi ya ?" Tanya Naora pada Damian sambil menoleh kesana dan kemari. Tapi ia tidak mengharap jawaban dari Damian sebab pria itu sangat dingin dan irit bicara.

"Mungkin". Jawab Damian datar sambil menghabiskan sisa kopinya.

"Apa kau suka kucing.?" Tanya Damian ingin memastikan dulu sebelum Naora menolaknya.

Naora menganggukkan kepalanya. Ia memang menyukai kucing. Dan kucingnya yang ia rawat sejak kecil sudah mati hampir satu tahun yang lalu karena menolongnya dari serangan ular kobra yang akan mematuknya.

Naora menceritakan hal itu pada Damian. Entah mengapa ia bicara banyak malam ini. Tapi kemudian ia menyesali semua ucapannya sebab tidak mendapatkan jawaban dari Damian.

'Naora, kau bodoh sekali. Kenapa bercerita omong kosong'. Rutuk Naora pada dirinya sendiri.

"Kalau begitu rawatlah ini. Anggap sebagai ganti kucingmu yang sudah mati. Tapi ingat jangan biarkan dia buang kotoran sembarangan di dalam mansion. Semua keperluan nya sudah dibeli oleh Lukas. Besok ia akan membawakan nya padamu". Kata Damian sambil mendorong kotak bertutup kain itu dengan kakinya kearah Naora.

Naora melihat benda yang mengenai kakinya itu. Tanpa bertanya Naora membuka penutupnya dan matanya seketika berbinar saat melihat seekor kucing ras Persia berbulu cokelat.

Kucing itu mengeluarkan suaranya yang besar saat melihat Naora. Mungkin sebagai tanda sapaan atau perkenalan.

"Hai kucing manis". Naora berjongkok di depan kandang kucing itu.

"Tuan, apa ini benar untukku ? Kau tidak mau ?" Tanya Naora berdiri lagi dan menghadap kearah Damian. Ia ingin benar-benar memastikan apa yang Damian katakan tadi.

"Hem". Jawab Damian singkat. Ia lebih tertarik mengamati gestur tubuh Naora yang memperlihatkan kesenangannya. Wanita itu tiba-tiba saja membuka matanya yang tadinya seperti mengantuk berat.

...

1
Reni Anjarwani
doubel up thor
partini
apa sih yg ga bisa di lakukan tuan Damian semua bisa dan kilat
Reni Anjarwani
doubel up
Gustinur Arofah
pembalasan blm setimpal dan buat damian sadar bahwa itu cinta.
Gustinur Arofah
lanjutttttttt
Gustinur Arofah
typo
Pemimpi yang lelah: Makasih, akan author🤭🙏
total 1 replies
ms. S
lagi. ..
Gustinur Arofah
💪💪💪💪
Reni Anjarwani
lanjut thor
partini
hemmmm kakak kandungku kan Thor
sakit parah dianya yah
ms. S
up.. up..up
Reni Anjarwani
semanggat thor upnya
partini
hemmm cemburu
Gustinur Arofah
selalu di tunggu thor jd semangat💪💪💪💪💪
ms. S
lanjut lagi Thor.. aku sng cerita Damian dan naora ini soalnya penasaran dgn kebucinan Damian dan penyesalan aldrich
Reni Anjarwani
lama ya upnya
ms. S
lagi. lagi.. aku ga sabar Damian bucin
𝙋𝙚𝙣𝙖𝙥𝙞𝙖𝙣𝙤𝙝📝: Halo kak baca juga d novel ku 𝘼𝙙𝙯𝙖𝙙𝙞𝙣𝙖 𝙞𝙨𝙩𝙧𝙞 𝙨𝙖𝙣𝙜 𝙜𝙪𝙨 𝙧𝙖𝙝𝙖𝙨𝙞𝙖 atau klik akun profil ku ya. trmksh🙏
total 1 replies
partini
bos mu aneh
Reni Anjarwani
up trs thor bagus bgt ceritanya
ms. S
Damian jatuh cinta..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!