Pernikahan paksa yang sama sekali tidak diinginkan oleh Rakha, membuat pria berusia 27th itu membalas kekesalannya pada Elvira sang istri.
Rakha mengira jika wanita 20th itu sengaja mendekati Neneknya hingga berhasil menikah dengannya hanya untuk mengincar harta mereka.
Namun dibalik itu semua, tersimpan rahasia besar di masa lalu yang memaksa Elvira harus melakukan berbagai cara untuk bisa menikah dengan pria yang dianggapnya baj1ngan itu.
Lalu apa rahasia masa lalu itu, dan bagaimana Rakha dan Elvira menjalani pernikahan yang diawali dengan keterpaksaan dan kebencian?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noor Hidayati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penyesalan
"Meninggal kamu bilang, bagaimana itu bisa terjadi?" Rakha bertanya dengan rasa penasaran, hatinya merasa nyeri membayangkan wanita yang telah melahirkan anaknya, yang tidak pernah dia temui lagi setelah pertempuran malam itu, kini dia harus mendengar jika wanita itu sudah meninggal dunia.
"Benar Tuan, untuk alasan pasti saya tidak tahu, tapi yang saya dengar dari percakapan Nyonya Besar dan Nyonya Elvira, Dia meninggal setelah melahirkan."
"Ouh... ssttt!" Rakha memukul stir mobil memikirkan penderitaan yang harus di alami oleh wanita itu seorang diri. Dan kini dia juga telah menyakiti adiknya? Memikirkan itu, Rakha jadi teringat akan perbuatan yang dia lakukan pada Elvira.
"Elvira," lirih Rakha.
"Ada apa Tuan?"
"Kamu tahu kemana Elvira pergi, apa dia menemui Nenek sebelum pergi?"
"Sayangnya tidak Tuan, Nyonya Elvira hanya berpamitan melalui telpon sambil menangis, tapi begitu saya datang mengantar Nyonya besar, Nyonya Elvira sudah tidak ada dirumah."
Mendengar itu, Rakha semakin yakin jika Elvira benar-benar sudah pergi karena perbuatan yang sudah dia lakukan kepadanya.
Sebenarnya Rakha masih ingin bertanya banyak hal pada Rendi, termasuk kenapa Nenek tidak memberitahukan hal ini sejak awal, tapi karena Rakha ingin segera menemukan Elvira, Rakha meminta Rendi turun dari mobil dan melanjutkan perbincangan ini di lain waktu.
"Tolong jaga Nenek selama aku pergi," ucap Rakha, begitu Rendi turun dari mobilnya.
"Tentu Tuan."
Tujuan pertama, Rakha langsung menuju rumah Elvira. Meskipun baru sekali membuntuti Elvira ke rumahnya, tapi Rakha masih ingat betul jalan menuju rumahnya.
Begitu sampai gang pemukiman Elvira tinggal, Rakha turun dari mobil dengan debaran jantung yang luar biasa mengingat anak kecil yang pernah dia lihat ternyata adalah anaknya. Selain itu, Rakha juga merasa tidak memiliki muka didepan Elvira mengingat apa yang sudah dia lakukan di malam itu. Tapi Rakha harus tetap menemui mereka demi untuk mendapat pengampunan dari Nenek.
Setelah menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskan perlahan, Rakha melangkah menulusuri gang menuju rumah Elvira. Tapi begitu sampai di depan rumahnya, rumahnya sudah terlihat sepi tak berpenghuni. Sampah dedaunan yang berserak di teras, sendal dan juga mainan yang berantakan, seakan menandakan rumah itu sudah kosong beberapa hari. Dan untuk memastikan, Rakha mencoba mengetuk pintu, tapi berkali-kali di ketuk tak ada satupun jawaban.
"Orangnya sudah pergi."
Jawaban itu terdengar dari tetangga depan rumah.
"Pergi kemana Bu, kapan mereka pergi?"
"Kemarin, gak tau pergi kemana."
Mendengar itu, Rakha merasa lemas, kemana lagi dia harus mencari Elvira dan anaknya sementara dia tidak tahu apapun tentang mereka.
Rakha tak punya pilihan lain selain pergi dari sana, tapi baru saja dia melangkah, kakinya menendang mobil-mobilan di depannya.
Melihat itu, Rakha berjongkok dan mengambil mobil-mobilan itu dan memperhatikan dengan seksama. Dia membayangkan bagaimana anaknya bermain sendirian tanpa adanya seorang ayah dan ibu yang mendampinginya. Hal itu mengingatkan Rakha yang juga tak pernah mendapat kasih sayang dari kedua orang tuanya karena sejak kecil dia hanya tinggal bersama Neneknya. Beruntung Neneknya memiliki segalanya sehingga dia tidak pernah merasa kekurang. Tapi putranya?
Memikirkan itu semua, tak terasa air matanya menetes membasahi pipi. Sebuah perasaan aneh yang tidak pernah dia rasakan mengingat selama hidupnya dia tidak pernah menginginkan pernikahan apalagi memiliki anak. Tapi kini kenyataan telah memberinya anak dan kini dia merasakan kesedihan itu ketika membayangkan anaknya serba kekurangan dan tumbuh tanpa kasih sayang kedua orang tua kandungnya.
"Apakah ini tanda kasih sayang seorang Ayah pada anaknya?" Rakha bertanya pada diri sendiri. Setelah beberapa saat, Rakha menghapus air matanya dan bangkit dari sana.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Tidak mendapat hasil apapun, Rakha memutuskan pulang ke rumah. Suasana yang biasanya terasa hangat meskipun tak jarang terjadi pertengkaran, kini terasa dingin sepi menusuk hati. Rakha masuk ke kamar dan mengingat bagaimana dia pertama kali memperlakukan Elvira.
""Kamu menginginkan ini kan!?" dengan kasar, dia menyingkirkan tangan Elvira yang menyilang menutupi dada untuk mempertahan diri. Tapi dia memaksa dengan menekan ke kedua sisi kanan kirinya, lalu membenamkan kepalanya di ceruk lehernya.
Mengingat itu, Rakha memejamkan mata dengan penuh sesal, di malam pertama Rakha hanya mengancamnya karena merasa sangat kesal padanya, tapi kemarin malam dia sudah benar-benar melakukan itu dengan sangat brutal pada Elvira, bahkan dia tidak peduli Elvira menjerit kesakitan.
Rakha kembali mengingat saat dia menaburkan banyak uang ke atas tubuh Elvira dan menilainya sebagai wanita murahan yang mata duitan. Tidak hanya itu, Rakha juga mengingat bagaimana dia mengajak Linda turut dalam bulan madu mereka yang berakhir meninggalkan Elvira sendirian di Bali. "jika kamu ingin melanjutkan bulan madu, lakukan sendiri saja, atau kamu bisa sewa pria lain untuk menemanimu. Lumayan kan tidak perlu lagi bayar kamar hotel."
"Aaarrrggghhhhh...." mengingat itu semua Rakha mengambil Vas bunga diatas nakas lalu melemparnya ke cermin.
PRAAANNNKKK....
"Rakha! begitu banyak kesalahan yang kau buat pada Elvira. Kau memang baj1ngaaaan!!!" teriak Rakha yang kembali memecahkan semua barang di kamarnya.
Setelah merasa puas, dan dengan nafas terengah-engah, Rakha berlari keluar. Dia menuju ke kamar dimana Elvira tidur setelah melihatnya bermain gila dengan wanita lain di kamarnya.
Dengan langkah sedikit terhuyung, Rakha membuka pintu dan melihat kamar yang begitu rapi dan bersih. Namun lagi-lagi Rakha mengingat saat dia mengatakan berapa banyak pria yang sudah Elvira sewa, hingga dirinya mendapat tamparan keras dari Elvira.
"Elvira benar, mulutku memang sampah. Bahkan bukan mulutku saja, otakku juga penuh sampah, aku selalu menilainya sama seperti yang ku lakukan, padahal yang kenyataannya dia masih... " Rakha tak dapat meneruskan kata-katanya. Tubuhnya yang sejak kemarin tidak mendapat asupan makanan kini terasa begitu lemas.
Perlahan Rakha menggapai Ranjang lalu duduk di atasnya. Sementara tangannya membuka laci Nakas, memeriksa masihkah ada barang Elvira yang tertinggal disana.
Melihat barang-barang Elvira yang masih banyak tertinggal disana. Rakha mencari-cari sesuatu yang dia sendiri tidak tahu. Namun begitu dia melihat buku catatan kecil, Rakha langsung mengambil dan membukanya, berharap ada petunjuk disana, tapi bukannya petunjuk, Rakha justru menemukan catatan tentang rasa cintanya pada Rasya.
[Kakak... hari ini aku sudah menikah dengan pria yang seharusnya bertanggungjawab akan keadaan kakak. Aku tidak tahu apakah kakak setuju dengan keputusan ku atau tidak, tapi untuk memenuhi keinginan terakhir kakak, menyatukan Rasya dengan Ayah kandungnya, hanya cara ini yang bisa ku lakukan. Laki-laki itu dikelilingi banyak wanita, akan sangat sulit jika aku hanya memberitahu Rasya adalah anaknya tanpa melalui ikatan pernikahan. Lagipula kini Rasya sudah mulai besar, Setiap hari dia menanyakan kapan Ayahnya akan pulang kerja. Mungkin dengan aku menikah dengannya, aku bisa membawa Ayahnya pulang dan membuatnya meninggalkan semua kebiasaan buruknya] tulisan itu di akhiri dengan emoticon senyum dan tangan tanda semangat.
Setelah membaca semua itu, Rakha menutup buku catatan kecil itu, dia terhenyak memikirkan bagaimana Elvira, kakaknya dan juga kakaknya menjalani hidupnya karena perbuatannya. Rakha berpikir kenapa selama ini dia tidak pernah memikirkan akibat dari perbuatannya dia hanya berpikir mereka sama-sama senang dan selesai begitu saja tanpa perlu ada yang dipikirkan apalagi dipermasalahkan.
Bersambung...
Alur ceritanya bagus dan konfliknya tidak begitu terlalu rumit...
pemilihan kosakata sangat baik dan mudah untuk dipahami...
terimakasih buat kk othor,
semoga sukses ❤️
ini udah happy nanti yg pernah di masukin PD datang minta pertanggungjawaban
lanjut thor makin penasaran
lanjut thor jangan kelamaan
lanjut thor penasaran nih
lanjut thor semangat
menunggu konflik selanjutnya masih hangat" kuku bukan panas membara jadi masih so so only