NovelToon NovelToon
Istri Rahasia Dosen Killer

Istri Rahasia Dosen Killer

Status: sedang berlangsung
Genre:Dosen / Nikahmuda / Hamil di luar nikah / Nikah Kontrak
Popularitas:5.5k
Nilai: 5
Nama Author: Qwan in

bercerita tentang seorang gadis buruk rupa bernama Nadia, ia seorang mahasiswi semester 4 berusia 20 tahun yang terlibat cinta satu malam dengan dosennya sendiri bernama Jonathan adhitama yang merupakan kekasih dari sang sahabat, karna kejadian itu Nadia dan Jonathan pun terpaksa melakukan pernikahan rahasia di karenakan Nadia yang tengah berbadan dua, bagaimana kelanjutan hidup Nadia, apakah ia akan berbahagia dengan pernikahan rahasia itu atau justru hidupnya akan semakin menderita,,??? jangan lupa membaca 🥰

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qwan in, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

15

Mobil Jonathan melaju mulus di tengah keramaian kota. Ia berusaha mengalihkan pikirannya dari Nadia dan pesan ancaman itu, setidaknya sampai ia bisa memastikan Dewi tetap merasa aman dan tak curiga.

Namun jauh di lubuk hatinya, Jonathan tahu, ini hanyalah ketenangan sebelum badai yang lebih besar.

Setelah hampir satu jam berkeliling, mereka tiba di sebuah pusat perbelanjaan mewah. Dewi turun lebih dulu, semangatnya tak luntur sedikit pun. Sementara itu, Jonathan tetap waspada, matanya mengamati sekeliling. Ada perasaan tidak nyaman yang terus mengusik naluri pelindung dalam dirinya.

Mereka berkeliling di beberapa butik. Dewi mencoba beberapa pakaian, sambil sesekali mengundang tawa kecil dari Jonathan yang berusaha tersenyum.

Namun di tengah keramaian, Jonathan menyadari sesuatu: ada sosok yang sejak tadi mengikuti mereka. Seorang pria berjaket hitam, mengenakan topi dan masker, berpura-pura sibuk melihat-lihat barang, namun langkahnya tak pernah jauh dari mereka.

Jonathan mengepalkan tangannya diam-diam.

"Ada apa, Mas?" tanya Dewi saat melihat perubahan sikap Jonathan.

"Enggak, mas cuma capek," jawab Jonathan, berusaha tenang.

"Ayo kita cari tempat makan saja."

Mereka bergerak menuju lantai atas, menuju area restoran. Tapi Jonathan sengaja mengambil jalur memutar, memperhatikan dari ekor matanya apakah pria itu masih mengikuti. Benar saja, pria itu tetap membuntuti, sembari menjaga jarak.

Setelah memastikan keberadaan pria itu, Jonathan mengambil keputusan cepat.

"Sayang, kamu tunggu di sana ya. Mas ke toilet sebentar," katanya sambil menunjuk sebuah area dekat food court.

Dewi mengangguk patuh. Ia duduk di bangku panjang, mengeluarkan ponsel, sibuk memeriksa sosial media.

Jonathan berbelok ke lorong kecil menuju toilet pria, namun bukannya masuk, ia bersembunyi di balik pilar. Begitu pria berjaket hitam itu mendekat, Jonathan bergerak cepat. Ia menangkap pria itu dari belakang, membantingnya dengan keras ke dinding.

"Apa tujuanmu mengikuti kami?" gertaknya tajam.

Pria itu mengerang, berusaha melepaskan diri. Tapi Jonathan lebih kuat dan lebih terlatih. Ia menekan bahu pria itu lebih keras.

"Jawab!" bentaknya sekali lagi.

Pria misterius itu hanya menyeringai menantang,

"Bagaimana kalau aku tidak mau memberitahumu?" balasnya dengan nada mengejek.

"Keparat," geram Jonathan, matanya menyala marah.

Tanpa ragu, Jonathan menghantamkan tinjunya ke wajah pria itu.

Buk! Buk! Buk!

Setiap pukulan terdengar berat, menghasilkan semburan darah dari hidung dan mulut korban. Wajah pria itu terhuyung ke samping, namun Jonathan belum berhenti. Amarahnya membutakan akal sehat.

Dengan wajah babak belur, pria itu hampir ambruk ke lantai, namun Jonathan tetap menahan tubuhnya berdiri dengan kasar. Meski nyaris pingsan, pria itu tertawa kecil, suara seraknya penuh perlawanan.

"Ha... ha... ha... Meski kau membunuhku sekalipun," katanya terengah-engah, darah menetes dari bibir pecahnya,

"aku tidak akan membuka suara. Kau tak akan pernah tahu siapa yang menyuruhku."

Mata Jonathan menyipit. Ia tahu, pria ini bukan sekadar tukang suruhan biasa. Ada seseorang di balik semua ini,  seseorang yang tak takut mempertaruhkan nyawa orang lain demi sebuah tujuan.

Jonathan menarik napas berat, mencoba menahan amarah yang hampir meledak. Ia memutar otaknya cepat. Memukuli pria ini tidak akan menghasilkan apa-apa. Ia butuh cara lain.

Tanpa berkata-kata, Jonathan merogoh ponsel dari saku dan mengetik cepat sebuah pesan:

("Alex, datang kesini sekarang .") Ucap Jonathan dalam pesan tersebut sembari mengirim lokasi dimana dia berada.

Beberapa detik kemudian, ponselnya bergetar.

( "Baik, Tuan. Dalam perjalanan.")

Jonathan memutar tubuh pria itu, membantingnya ke lantai dengan sekali hentakan, lalu menahan lengannya dengan posisi kunci yang membuat pria itu tak bisa bergerak.

Tak lama kemudian, langkah kaki berat terdengar mendekat. Alex muncul dari ujung lorong, wajahnya tanpa ekspresi.

"Bawa dia," perintah Jonathan singkat.

Alex mengangguk, lalu menarik paksa pria berjaket hitam itu bangkit. Pria itu mengerang, namun sudah terlalu lemah untuk melawan.

"Apa kita bawa ke tempat biasa, Tuan?" tanya Alex tanpa banyak basa-basi.

Jonathan menatap pria itu lama sebelum akhirnya menjawab dengan suara berat,

"Ya. Aku ingin dia hidup cukup lama untuk melihat sendiri betapa salahnya dia menantangku."

" Alex," panggil Jonathan.

" Iya, tuan."

" Bagaimana kondisi Nadia, apa di baik-baik saja,?"

" Nona, dalam keadaan baik tuan, beliau sedang tidur saat saya kemari," jawab Alex .

" Bagus, pastikan dia selalu dalam kondisi aman. Dan jangan meninggalkan nya terlalu lama," printah Jonathan pada alex.

" Baik, tuan."

" Kau boleh pergi, dan printah anggota mu untuk mengurus orang ini,"

" Baik, saya permisi." ucap Alex dan berlalu pergi dari sana.

Setelah memastikan semuanya aman. Jonathan kembali ke tempat Dewi menunggu, tak lupa ia membersihkan diri terlebih dahulu dari bercak darah yang menempel ditubuhnya. Ia memasang senyum tenang, seolah tidak ada yang terjadi.

"Mas, kok lama banget?" tanya Dewi manja.

Jonathan mengusap kepala Dewi pelan.

"Maaf ya, tadi antriannya panjang."

Dewi tertawa kecil, lalu berdiri dan merangkul lengan Jonathan.

"Yaudah, yuk, aku udah laper banget nih."

Mereka berjalan menuju restoran pilihan Dewi, sementara Jonathan diam-diam terus mengawasi sekitar. Nalurinya tetap waspada. Ia tahu, ini belum berakhir.

Setelah makan siang dengan Dewi dan memastikan perempuan itu pulang dengan aman, Jonathan segera meluncur ke lokasi persembunyian tempat anak buahnya menahan pria berjaket hitam itu.

Sebuah gudang tua di pinggiran kota, jauh dari keramaian. Lokasi itu sudah lama Jonathan siapkan untuk kondisi darurat seperti ini.

Begitu memasuki gudang, aroma lembap dan besi karatan langsung menyambut. Di tengah ruangan, pria berjaket hitam itu diikat erat pada sebuah kursi besi. Wajahnya lebam dan berdarah, namun sorot matanya tetap penuh perlawanan.

Jonathan berjalan mendekat dengan langkah perlahan, suara sepatunya bergema di lantai beton yang kosong. Ia berhenti tepat di hadapan pria itu, menatapnya dalam-dalam.

"Kesempatanmu untuk bicara masih terbuka," ucap Jonathan datar.

"Kalau tidak... aku punya banyak waktu untuk membuatmu bicara."

Pria itu hanya menyeringai, darah mengalir dari sudut bibirnya.

"Kau tidak akan mendapatkan apapun dariku."

Jonathan menghela napas pelan, lalu mengisyaratkan kepada salah satu anak buahnya yang sudah menunggu di sudut ruangan. Seorang pria bertubuh kekar maju, membawa tas kecil berisi berbagai alat yang membuat bulu kuduk meremang.

"Aku tidak suka kekerasan," kata Jonathan sambil berjongkok agar sejajar dengan wajah pria itu.

"Tapi aku juga tidak suka dibohongi."

Dia menarik keluar sebuah pisau kecil, mengamatinya sejenak, lalu berbicara dengan nada hampir berbisik,

" siapa namamu?"

Pria itu tetap diam.

Tanpa ragu, Jonathan menyayat tipis bagian lengan pria itu. Pria itu meringis, tapi tetap tidak mengeluarkan suara.

Jonathan tersenyum tipis.

"Baiklah. Kita lakukan dengan cara lambat."

---

Sementara itu, di tempat lain, seseorang sedang mengamati kejadian itu lewat rekaman CCTV tersembunyi. Sosok tersebut duduk di sebuah ruangan gelap, hanya diterangi layar komputer.

Dia mengetik pesan singkat:

("Rencana berjalan sesuai jadwal. Jonathan mulai terjebak dalam permainan ini. Siapkan langkah selanjutnya.")

Pesan itu terkirim. Sosok itu menyandarkan diri ke kursi, senyuman tipis terlukis di wajahnya.

"Permainan baru saja dimulai," gumamnya pelan.

---

Kembali di gudang, setelah beberapa menit interogasi brutal, akhirnya pria berjaket hitam itu berbicara, suaranya serak, penuh penderitaan.

"Aku... aku hanya... disuruh mengawasi... bukan menyerang."

Jonathan menajamkan pendengaran. "Siapa yang menyuruhmu?"

Pria itu menggeleng lemah, seolah bergumul antara ketakutan dan kesetiaan. Namun sebelum ia bisa mengucapkan lebih jauh, tiba-tiba tubuhnya kejang hebat.

Jonathan kaget, begitu pula anak buahnya. Mulut pria itu berbusa, tubuhnya menggeliat liar, lalu jatuh tak bergerak.

Jonathan segera memeriksa denyut nadinya. kosong.

"Racun," gumam Jonathan dengan rahang mengeras. Seseorang telah memastikan pria ini tidak akan pernah membuka mulut.

Jonathan mengepalkan tangannya. seseorang mencoba untuk bermain-main dengan nya.

1
dede imel
dewi??
mungkinn
partini
enak bener kamu
partini
lah malah bundir,,kasih karma dulu tu si Jo Thor biar dah nyesel tapi dia salah
Ma Em
Benarkan itu perbuatan Dewi yg akan balas dendam pada Jonathan , semoga Nadia dan kandungannya baik2 saja serta bisa diselamatkan oleh Jonathan
sutiasih kasih
masa lalumu mmbuat hidup nadia hncur jo....
partini
wow
sutiasih kasih
smoga km segera mnyadari musuhmu adalah wanita pujaanmu jo...
jgn bodoh trlalu lm jo.... kekuasaan jga hrtamu slm ini tk mmpu mngendus jejak musuhmu yg trnyata org trsayangmu🙄🙄
partini
hai Jo be smart,itu tlfn dari papa ngapain pergi ga terima tlfn di depan kamu ga lucu kan ,,come on Jo do something lah
sutiasih kasih
sepndapat..... sprtinya dewi dalang dri smua ini... dan nadia yg tak tau apa" hrus mnjadi korbannya....
sutiasih kasih
nadia ungsikn di tmpat lain dlu.... biar aman...
sutiasih kasih
awas y jonatan.... klo kelak km mnjilat ludahmu sndiri..... km taunya Nadia itu jelek... dekil... hitam...
klo nnti nadia bnyak uang.... bkalan balik lgi tuh wujud asli nadia....
krna sejatinya nadia dlunya cantik... hnya krna keadaan yg mmbuat dia tak mungkin merawat dirinya....
jdi kurang"i mncaci & merendhkn ibu dri ankmu....
Ma Em
Semoga Nadia selalu terlindungi dari niat orang2 yg akan mencelakakan Nadia, serta segera tertangkap orang yg sering teror Jonathan maupun Nadia .
Ma Em
Dewi mungkin yg dendam pada Jonathan , kalau bkn Dewi siapa lagi masa Nadia saja selalu diteror sedangkan Dewi calon istri Jonathan aman2 saja .
Ma Em
Berarti benar Dewi adiknya Sintia kalau dipikir lagi masa kekasih tercinta Jonathan aman2 saja malah Nadia yg diancam kalau bkn Dewi siapa lagi .
Ma Em
Semangat ga siapapun penjahatnya bisa segera ditemukan serta Nadia dan kandungannya baik2 saja , apa mungkin Dewi yg dendam pada Jonathan mungkin Wanita masa lalu Jonathan adalah saudaranya Dewi .
Ma Em
Jangan sampai Nadia celaka Thor , semoga Jonathan bisa melindungi Nadia dari marabahaya .
Ma Em
Jonathan benar2 bertanggung jawab dan takut kehilangan anak yg dikandung Nadia makanya Jonathan melakukan dan turuti semua permintaan Nadia .
Ma Em
Seru Thor aku suka karakter Nadia meskipun dari kampung tapi Nadia berani melawan ketidak Adilan berani melawan Jonatan yg sombong yg selalu menghinanya 👍💪😘
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!