Sekar Ayu, gadis sederhana lulusan SMK, hidup di bawah naungan paman dan bibinya yang sukses di dunia fashion. Meski tumbuh di lingkungan materialistis, Sekar tetap menjaga kelembutan hati. Hidupnya berubah ketika bertemu Arumi, istri seorang konglomerat, yang menjodohkannya dengan Bayu Pratama, CEO muda dan pewaris perusahaan besar.
Namun, Bayu menyimpan luka mendalam akibat pengkhianatan cinta masa lalu, yang membuatnya membatasi dirinya dari kasih sayang. Pernikahan mereka berjalan tanpa cinta, namun Sekar berusaha menembus tembok hati Bayu dengan kesabaran dan cinta tulus. Seiring waktu, rahasia masa lalu Bayu terungkap, mengancam kebahagiaan mereka. Akankah Sekar mampu menyembuhkan luka Bayu, atau justru masa lalu akan menghancurkan hubungan mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dina Sen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
keputusan Bayu
Senyum tulus terulas lembut di wajah Sekar, kedatangan Arifal baginya adalah penenang.
"Siang, Nyonya Bayu... Sudah segar hari ini?" sapa Arifal penuh ketulusan. Langkahnya tenang menenangkan.
Sekar menghela nafas, sedikit mengangkat bahunya. "iya ... Seperti yang kamu lihat sekarang."
Arifal tersenyum kecil, mendekat sambil mengangkat kantong kertas coklat yang dibawanya. “Aku bawain ini buat kamu. Katanya kalau orang sakit dikasih yang manis-manis, bisa bikin cepat sembuh,” ucapnya santai, meletakkan kantong itu di meja kecil di samping tempat tidur Sekar.
Arifal lantas mengeluarkannya dan memberikan pada Sekar.
Sekar menatapnya dengan mata berbinar, senyum manis terbit di wajahnya. “Wah, kamu bawain brownies? Dari mana nih? Wanginya enak banget…” ia membuka kotak kue itu perlahan, aroma coklatnya langsung menyebar di ruangan, lembut dan menggugah selera.
“Cobain aja dulu,” kata Arifal, menarik kursi dan duduk di samping ranjangnya. “Kalau gak enak, aku gak tanggung, ya.”
Sekar terkekeh kecil, mengambil sepotong brownies, lalu menggigitnya pelan. Lembut, manisnya pas, ada sedikit aroma mentega dan kacang panggang yang membuat rasanya sempurna. Ia menutup mata sebentar, menikmati gigitan itu.
“Ya ampun, ini enak banget, Fal!” katanya dengan ekspresi terkejut dan tulus. “Aku baru kali ini makan brownies selembut ini. Kamu beli di mana? Eh kamu coba deh.”
Arifal tersenyum samar, mengangkat sebelah alisnya. “Kamu suka, ya? Sudah buat kamu saja.”
“Banget!” Sekar mengangguk cepat. “Serius, ini enak banget! Aku mau beliin juga buat Tante Susan nanti. Biar gak marah-marah mulu.” Ia tertawa kecil, tapi tawa itu segera mereda ketika ia sadar sesuatu. “Tapi, di mana kamu beli ini, Fal? Aku harus tahu tempatnya.”
Arifal menyandarkan tubuhnya ke kursi, menatap Sekar dengan tatapan teduh namun penuh rahasia kecil. “Tempatnya agak jauh, sih… Ya di pusat kota. Tapi aku kenal baik sama pemiliknya.”
Sekar menatapnya penasaran. “Kamu kenal sama pemiliknya? Wah, kamu banyak kenalan juga, ya. Namanya siapa, Fal?”
Arifal tertawa kecil, menatapnya lama sebelum menjawab. “Pemiliknya aku sendiri.”
Sekar terdiam, mematung sesaat. “Kamu… apa?”
“Aku yang punya,” jawab Arifal tenang, tanpa nada sombong sedikit pun. “Al's bakery nama Toko Roti itu dan ada juga di Restoran serta hotel kecil di daerah dekat pantai. Nama restonya Riff’s Bake & Dine. Brownies ini salah satu produk unggulanku. Biasanya cuma disajikan buat tamu hotel atau pesanan khusus.”
Sekar menatap Arifal dengan kagum. “Fal… kamu hebat banget. Aku gak nyangka, kamu bisa sampai punya Toko, hotel dan restoran sendiri. Aku kira kamu masih kerja di tempat dulu.”
Arifal tersenyum samar. “Ya… hidup harus jalan terus, Sekar. Setelah aku keluar dari kantor dulu, aku putuskan buat buka usaha. Awalnya kecil, tapi lama-lama berkembang juga. Aku suka lihat orang bahagia waktu makan sesuatu yang aku buat. Mungkin… itu kepuasan yang gak bisa diganti uang. Juga itu adalah keinginan papa ku, sebelum tiada. Beliau belum lama pergi ... Baru lima bulan.”
Sekar menunduk, menggenggam kotak brownies di tangannya dengan lembut. “E... Ya ampun Fal, aku turut bersedih fal. Em... Tapi Aku iri, Fal. Kamu bisa ngelakuin hal yang kamu suka dan berhasil. Sementara aku…” ia berhenti sejenak, menghela napas panjang. “Aku cuma duduk di rumah, nunggu suami pulang yang kadang gak tahu dia di mana.”
Arifal menatapnya lekat. “iya Sekar, terimakasih. Dan makanya aku bilang, kamu harus kerja, Sekar. Kamu punya kemampuan, cuma belum dikasih kesempatan. Kalau kamu mau, aku bisa bantu.”
Sekar menoleh cepat, matanya memancarkan cahaya harapan kecil. “Maksud kamu… bantu gimana?”
“Kalau kamu gak keberatan,” ujar Arifal lembut, “kamu bekerja di Toko Roti aku, selain tempatnya tidak begitu jauh juga buat latihan sama kamu. Aku butuh seseorang buat bantu urus bagian Pengawas toko, Gak berat kok, dan kamu bisa belajar banyak hal di sana. Anggap aja langkah pertama buat mandiri.”
Sekar menatapnya dengan perasaan campur aduk antara kagum, ragu, dan rasa hangat yang belum ia pahami. “Fal… aku gak tahu harus bilang apa. Aku belum pernah kerja, dan aku gak mau nyusahin kamu.”
“Nyusahin gimana?” balas Arifal cepat. “Aku malah senang kalau kamu mau. Aku tahu kamu orang yang rajin dan hati-hati. Kamu cuma butuh tempat buat mulai.”
Sekar terdiam. Di wajahnya tergambar jelas rasa bimbang, tapi juga secercah semangat baru.
Ia lalu tersenyum kecil, lirih berkata, “Terima kasih, Fal… mungkin ini memang saatnya aku mulai belajar berdiri sendiri.”
Arifal menatapnya, senyum lembut tersungging di wajahnya. “Itu baru Sekar yang aku kenal.”
Semenjak hari itu, Sekar merasa harinya lebih semangat, meski dalam hati ia masih berharap Bayu memberinya kabar dan perhatian sama seperti Arifal.
***
Di rumah Alira. Sore sunyi menyelimuti seluruh ruangan, hanya suara detik jam dinding yang terdengar pelan memecah keheningan.
Bayu duduk sendirian di ruang kerja kecil yang disediakan Alira, lampu meja menyala redup. Di depannya, ponsel yang baru saja ia aktifkan bergetar terus-menerus, notifikasi demi notifikasi masuk tanpa henti.
17 panggilan tak terjawab dari Joni.
9 panggilan dari Rama.
Pesan dari Sekar, belum terbaca.
Bayu terdiam, jantungnya seolah berhenti berdetak sesaat. Jemarinya bergetar saat ia menatap layar. Ia tak sanggup langsung membuka pesan-pesan itu. Dalam dadanya, rasa bersalah dan sesak beradu begitu keras.
“Sudah… lima hari,” gumamnya lirih, suara itu nyaris pecah. “Lima hari aku di sini… dan aku bahkan gak tahu, Sekar sekarang bagaimana.”
Ia menekan ponsel erat-erat ke dadanya, matanya memejam. Ada desir aneh di dadanya, semacam luka yang mulai membuka diri setelah lama ditutup paksa.
Namun di tengah rasa bersalah itu, tiba-tiba muncul sesuatu yang mengganggu pikirannya, sekelebat bayangan, samar namun jelas.
Ia teringat malam-malam sebelumnya, saat ia tak bisa tidur, tubuhnya lemas, pikirannya seolah dikurung dalam kabut berat. Setiap kali ia mencoba menjauh dari Alira, sesuatu dalam dirinya menolak. Ia selalu ingin kembali, meskipun hatinya menjerit.
Dan kini, di tengah sunyi, potongan ingatan itu datang begitu kuat.
Suara tawa Alira menggema di kepalanya.
Bisikan lembut di telinganya. “Bayu, kamu gak bisa ninggalin aku. Aku yang paling kamu butuhin, ingat?”
Bayu memegangi kepalanya, wajahnya menegang. “Tidak… suara itu lagi.”
Ia mengerang pelan, tubuhnya sedikit gemetar. Nafasnya tersengal, seolah dadanya diremas sesuatu yang tak terlihat.
Namun kali ini berbeda. Dalam kabut ingatannya, ada sesuatu yang menonjol, sesuatu yang dulu tak pernah ia perhatikan.
Bayangan Alira berdiri di depan meja rias, menuang sesuatu ke dalam gelasnya. Lalu senyum manis Alira, menatapnya dengan mata berkilat.
“Minum ini dulu, sayang. Biar kamu tenang.”
Bayu membuka matanya lebar-lebar, wajahnya pucat. “minuman itu…” desisnya dengan napas tercekat. “Aku baru ingat sekarang. Alira pasti menuangkan sesuatu dalam minuman ku. Sejak itu… pikiranku selalu kabur, aku halu, aku bahkan hampir gila karena itu …”
Ia berdiri cepat, menatap sekeliling ruangan dengan pandangan tajam. “Aku harus cari tahu, apa sebenarnya yang dia kasih ke aku. Aku harus temukan sesuatu. Pasti gak akan sekedar minuman.”
Langkahnya cepat, tanpa suara. Ia keluar dari ruang kerja menuju kamar Alira. Pintu kamar itu masih sedikit terbuka. Aroma parfum khas Alira langsung menyergap begitu ia masuk, wangi bunga melati bercampur vanila yang dulu menenangkannya, tapi kini membuatnya muak.
Bayu mulai membuka laci meja rias satu per satu, tangannya menyusuri setiap sudut, setiap tempat yang mungkin bisa menyembunyikan rahasia.
Ia menemukan berbagai botol kecil, kosmetik, hingga sekotak perhiasan. Tapi matanya tertumbuk pada satu botol kaca bening kecil di pojok laci, tanpa label, hanya ada sisa cairan bening di dalamnya.
Ia mengambilnya perlahan, menatapnya di bawah cahaya lampu.
Tangannya bergetar. “Pasti ini dia…” gumamnya. “Ini yang selama ini dia kasih ke aku.”
Bayu membuka tutup botol, mencium isinya. Bau kimia tajam langsung menusuk hidung, membuatnya menahan napas.
“Apa ini? Ini bukan obat biasa…”
Ia menatap botol itu lama, lalu menggenggamnya erat.
“Aku harus buktikan. Kalau ini adalah cairan yang membuatku selama ini seperti orang tidak waras."
Napasnya berat, wajahnya tegang. Ia tahu langkah berikutnya berisiko. Tapi kali ini, ia tak akan lagi jadi boneka dalam permainan Alira.
Ia menatap pantulan dirinya di cermin kamar, wajahnya tampak asing, lebih dingin, lebih tajam.
“Jadi ini permainan mu, Alira.”
Bayu menaruh botol itu ke dalam saku jasnya dengan hati-hati, lalu menatap ke arah tempat tidur kosong.
Sebelum Alira pulang dari kantor, Bayu berinisiatif untuk meminta Rangga' sopir Alira, agar mengantarnya ke rumah sang pengacara yang tak lain Hasan.
Bayu melangkah cepat menuruni tangga rumah Alira. Langit Sore tampak mendung, udara lembab menggantung di halaman depan yang sunyi, hanya terdengar tangisan bayi di dalam rumah Alira bersama baby sitter. Ia menatap sekeliling memastikan Alira belum pulang mobil Alira memang belum terlihat di garasi. Aman.
Dengan langkah mantap, ia berjalan ke arah taman belakang, tempat di mana biasanya Rangga, sopir pribadi Alira, menunggu panggilan. Dari jauh terlihat Rangga sedang duduk di kursi besi di dekat garasi, tengah memeriksa ponselnya.
“Rangga,” panggil Bayu pelan namun tegas.
Rangga segera berdiri dan menunduk sopan. “Iya, Pak Bayu. Ada yang bisa saya bantu?”
Bayu menatap ke kanan dan kiri memastikan tak ada pembantu di sekitar mereka, lalu menepuk bahu Rangga dengan pelan, nada suaranya merendah. “Kamu masih bisa dipercaya, kan?”
Rangga menegakkan tubuh, wajahnya sedikit tegang. “Tentu, Pak. Saya selalu di pihak Bapak.”
Bayu mengangguk kecil, "Aku minta, Antar aku ke rumah Pengacara Hasan ... Aku tidak akan lagi kembali ke sini, dan untuk uang tutup mulut semua orang di rumah ini, akan tetap berjalan, selama kamu masih saya butuhkan, kamu mengerti?"
Rangga sedikit ragu, namun akhirnya mengangguk, "baik pak, Saya mengerti."
Bayu tak perduli lagi apa yang akan terjadi nanti, ia siap menerima segala resiko. Pikiran Bayu, kini hanya bagaimana ia mampu memecahkan masalahnya dengan Alira.
Sekar jgn percaya begitu saja sama Alira dong 🥲🥲 Bayu cuma di jebak 🥲🥲
Alira pelakor stress 😅😅😅
kasihan Sekar semoga Sekar percaya begitu saja sama perkataan Alira 🥲🥲
akhirnya Sekar bakal kerja di toko nya Arifal 😄😄
penasaran sama lanjutannya...
di tunggu updatenya Author kesayangan kuuuu tetap semangat terus yaa Sayyy quuu lanjut kan karya mu 💪💪🥰🥰🤗🤗
penasaran dg lanjutannya..
di tunggu updatenya Author Kesayangan kuuu tetap semangat terus Sayyy 🤗🥰💪💪
semoga nnt Sekar bisa kerja di Toko..
bagus juga Sekar Mandiri 😁😁
penasaran dg lanjutannya...
di tunggu updatenya ya Author kesayangan kuuu tetap semangat terus yaa Sayyy quuu 💪💪🤗🤗🥰🥰
gmn jika nnt Bayu tau yaa 😆😆
penasaran dg lanjutannya...
di tunggu updatenya yaa Author kesayangan kuuu tetap terus semangat ya Sayyy 🥰🤗💪💪🤗
di tunggu updatenya Author kesayangan kuuu Emak Ncingg si Gemoyyy tetap semangat Sayy 🤗🥰💪
penasaran dg lanjut nya gmn yaa nnt jika Bayu tau Sekar kecelakaan?? di tunggu updatenya Author kesayangan kuuu tetap semangat Sayyy 🤗🥰💪
duhh kira² berhasil gk yaa Bayu...
gmn hasilnya nnt??
di tunggu updatenya author kesayangan kuuu Emak Ncinggg si Gemoyyy tetap semangat ya Sayyy 💪💪🥰🥰🤗🤗
semoga Sekar baik² saja 🥲🥲
gmn nnt reaksi Bayu setelah tau Sekar kecelakaan??
di tunggu updatenya Author Kesayangan kuuu Semangat ya Sayyy 🐱🤗🥰💪
kira² berhasil gk yaaa??
di tunggu updatenya Author Kesayangan kuuu tetap semangat Sayyy 🥰🐱💪
di tunggu updatenya ya Author Kesayangan kuuu terus semangat Sayyy 💪🥰🐱☺🤗