NovelToon NovelToon
MENGUNGKAP SEJARAH PETENG

MENGUNGKAP SEJARAH PETENG

Status: tamat
Genre:Spiritual / Duniahiburan / Reinkarnasi / Matabatin / Sistem / Tamat
Popularitas:746
Nilai: 5
Nama Author: Artisapic

Dengan sisa-sisa tenaganya, akhirnya Anggapala berhasil membuat tempat untuk berteduh. Ia menyekah keringatnya dengan sebuah kain lusuh. Dalam kondisi seperti itu, terdengar dari samping suara langkah beberapa orang yang mendekatinya.
Mereka akhirnya hidup bersama dengan tujuan membangun sebuah tatanan kehidupan yang pada akhirnya banyak orang-orang yang hidup di daerah itu. Hingga dalam beberapa bulan saja, daerah itu menjadi tempat persinggahan para pedagang yang hendak ke arah Barat.
Pada akhirnya daerah itu sekarang menjadi sebuah daerah yang mempunyai banyak unsur seni dan budaya, bahkan daerah Cikeusik atau Gegesik mendapat julukan Kampung Seni.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Artisapic, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB XV BUMI TANAH SEGANDHU

     Menjelang pagi tubuh lunglai Pandanala telah duduk dengan lemas dan bersandar di bawah pohon Jati. Ki Bugulun duduk dihadapannya sambil menuangkan wedang bandrek secangkir. Di minumlah wedang itu mambuat semakin enak tubuhnya. Hingga pada akhirnya tubuh itu pulih.

    Kenangan itulah yang Pandanala merasa hutang budi kepada Sang Bugulun.

    Di bangsal pedukuhan , Pandanala bersama para santrinya berpamitan untuk kembali ke padepokan. Selepas kepergian para santri Pandanala , Ki Sura selaku ketua adat atau Ki Dukuh atau Mahdi bersama Bulhun , Mahdi dan para kerani lainnya , berencana untuk membuat proyek lain yaitu pengurukan alun-alun Sapta Raga.

    " Para sedulur , mengingat setiap kali musim hujan , sering kali alun-alun kita menjadi genangan air , bahkan sampai di depan gerbang Swantipura , untuk itu kalian undang ke sini di bangsal ini , tiada lain untuk membahas masalah tadi ," kata Ki Sura.

    Beberapa orang terdiam hanya Bulhun dan Mardi yang menjawab.

    " Sebaiknya kita ambil tanah urugan saja Ki , di sebelah utara padepokan itu ada gundukan tanah bekas galian Balong Bakung yang tersisa , mudah-mudahan cukup untuk mengatasi banjir di alun-alun ," kata Mardi.

     " Kalau bisa tanah dari pesawahan saja , dengan alasan bahwa kalau bekas balong bakung itu banyak tanah yang kurang bagus auranya , nanti banyak hal-hal yang menjadi masalah lagi , bukan begitu Ki ?" tukas Bulhun sambil makan srabi.

     " Ya sudah bagaimana baiknya saja , terus pesawahan mana yang akan diambil tanahnya ?" tanya Ki Sura.

    " Ada dua tempat Ki , pertama di blok si Bata dan si Beubeuran , yang kedua di blok Gempol dan blok Rancang. Di situ bisa diambil tanahnya", tegas Bulhun.

    Setelah terjadi kesepakan , esok harinya para warga Cikeusik dikerahkan untuk mengambil tanah di sawah blok beubeuran , dengan cara setiap orang dewasa wajib membawa tanah seberat gandhu. Dengan cara seperti itu , pekerjaan yang berat pun akan terasa ringan.

       Proyek pun segera dimulai , pagi yang cerah saat itu , musim kemarau sedang melanda kawasan Cikeusik , warga pedukuhan Cikeusik , laki-laki dan perempuan yang sudah dewasa , berduyun-duyun menuju lokasi sawah blok si beubeuran. Setiap orang membawa tanah seberat gandhu , mereka berjalan sambil membawa tanah tersebut dan meletakkan di alun-alun. Dalam sehari saja separuh alun-alun sudah teruruk. Rata-rata mereka dalam sehari membawa tiga gandhu.

     Selesai sudah alun-alun Sapta Raga teruruk tanah dari sawah blok si beubeuran , dalam dua hari mereka selesaikan proyek tersebut.

    Tetapi..........

    Saat malam tiba , tanah di alun-alun itu tepatnya di tengah malam , para kerani dan para beukeul yang telah selesai membagi upah kepada warganya , dikejutkan dengan banyaknya tanah yang terbang untuk kembali ke asalnya , yakni sawah blok si beubeuran. Bahkan Ki Sura sendiri merasa heran akan kejadian itu. " Tidak masuk akal ", katanya sambil mengusap-usap matanya. Semua yang berada di bangsal merasa penasaran atas semua kejadian. Sebagian orang lari menuju sawah blok si beubeuran. Di sana tampak tanah yang terbang tadi tersusun rapih seperti sedia kala.

     Pagi harinya , mereka yang semalam tidak menyaksikan hal aneh tersebut saling bertanya. Kejadian itu menjadi fenomena alam yang sampai sekarang belum ada penjabaran atau argumentasi yang kuat.

     Banyak warga berkumpul di pinggir alun-alun , mereka semuanya hampir tidak percaya atas segala keanehan itu.

      " Ajaib ,.....tanah-tanah bisa mabur ", kata seseorang.

       " Iya ya...padahal kemarin saya bawa tanah sambil lari , sekarang malah balik lagi ke sawah ," jawab yang sebelah orang tadi.

       " Wajar saja , wong si baurekso tidak mengizinkan ya begini lah jadinya ," sambung si gendut.

        " Sudah....sudah , jangan banyak bicara, nanti malam giliran orangnya yang terbang", sahut yang lain.

      " Apa iya ?," kata si pertama.

       " Bisa saja terjadi , kata si Darkum saja yang lewat ke sana waktu cari ikan , katanya banyak orang , pas dilihat malah kosong blong ," jawab si gendut.

"*Wah , itu sih sama saja dengan kita diperdaya bangsa siluman ", jawab orang kedua.*

*Perbincangan seperti itu tiap hari menjadi berita di pelosok pedukuhan. Sementara di bangsal pedukuhan , Ki Sura dan seluruh perangkatnya berkumpul untuk membahas fenomena itu.*

*" Bagaimana menurut kalian tentang kejadian semalam ," tanya Ki Sura membuka percakapan.*

*" Alangkah baiknya kita segera mungkin ke sawah blok si beubeuran Ki , dengan tujuan antisipasi akan hal-hal yang merugikan warga kita ", jawab Mardi.*

*" Ya.....sebaiknya kita selesaikan di sana saja , nanti malam kita ke sana , persiapkan segala sesuatunya supaya kita selamat ," perintah Ki Sura.*

*Malam itu , sawah blok beubeuran begitu sepi , sunyi senyap , hanya terdengar suara hewan-hewan malam. Sekelompok orang dari pedukuhan Cikeusik tampak berjalan beriringan seraya membawa berbagai senjata yang semuanya terdiri dari keris , parang , trisula dan juga senjata lain. Beberapa saat kemudian sampailah mereka di sawah blok beubeuran. Tampak Bulhun dengan senjata Trisula nya berdiri sambil membaca mantra-mantra ajibanda , diikuti oleh Pandanala dan juga beberapa santri.*

*Dalam situasi sepi dan penuh keangkeran , seiring selesainya bacaan mantra tadi , tiba-tiba.......tanah di depan mereka terbelah dan tampak ada jalan setapak yang begitu terang. Semua yang hadir di tempat itu , merasakan hawa dingin yang aneh , lalu sambil memegang trisula , Bulhun melangkah di jalan itu diringi oleh Pandanala dan juga lainnya. Jalan yang terbuat dari bahan sejenis batu pualam itu terbentang begitu terangnya , kanan kiri jalan itu banyak air menetes dari celah batu , tidak licin dan baunya seperti asap rambut yang terbakar. Perjalanan itu sekitar setengah jam , barulah mereka menyaksikan sebuah kawasan yang berkilauan , di sana tampak kehidupan yang dapat mendirikan buluh roma. Banyak manusia lalu layang dengan kondisi yang tak utuh. Ada yang berjalan dengan satu kaki , ada yang punya satu tangan , ada yang wajahnya penuh luka , ada pula yang perutnya mengeluarkan darah dan masih banyak keanehan lain. Tetapi penghuni di situ seperti tidak ada kekurangan sama sekali dengan tubuhnya.*

*" Ini alam bunian Ki , tapi yang menghuni mereka yang mengalami cacat fisik , bisa jadi ini sebuah alam bunian yang terbuang Ki ," kata Bulhun. " Pokoknya waspada saja untuk semuanya ," lanjutnya.*

*" Kalau begitu kita temui saja raja atau ketuanya ," sahut Ki Sura.*

*" Iya betul .....di sana ada bangunan besar , mungkin itu singgasananya ," kata Pandanala.*

*Akhirnya mereka menuju ke bangunan besar itu. Yang menjadi keanehan lagi , penghuni di tempat itu tidak terganggu , seolah-olah mereka tidak melihat Ki Sura dan kawan-kawan.*

*Mereka terus berjalan menuju bangunan itu , dalam beberapa saat sampailah di depan pintu gerbang yang dijaga oleh beberapa sosok menyeramkan , kepala mereka ada yang berbentuk babi , kera , buaya dan jenis hewan lain , sementara badannya manusia.*

*Bulhun membuka pintu gerbang itu tapi tidak terbuka , padahal baru saja ada orang dengan kaki satu keluar. Tapi kenapa saat Bulhun membukanya begitu sulit. Tanpa pikir panjang Bulhun segera membaca mantra . Begitu selesai tubuhnya terbanting ke tanah. Ia merasa kesakitan dadanya. Kemudian disambung oleh Pandanala , hal serupa pun terjadi , bahkan sampai keluar darah dari mulutnya. Beberapa orang juga mencoba tapi hasilnya nihil , malah jauh semakin buruk , semua yang mencoba tadi , terpelanting hingga beberapa meter.*

*Tiba-tiba ada seseorang berkata ," kalau saja Ki Bugulun masih ada , tentu semuanya bisa teratasi," kata orang itu.*

*Di luar nalar , tubuh Pandanala tiba-tiba bergetar hebat dan setelah itu ia melangkah maju dan " brak....brak....brak". Pintu itu hancur dan terbuka. Anehnya para penjaga hanya diam saja tak bergeming. Ki Sura dan yang lain segera masuk lalu menuju pintu depan bangunan itu. Ki Sura dan Bulhun segera melihat dari balik jendela. Ki Sura membaca tulisan di dinding kamar depan itu " WISMA TUMBAL PESUGIHAN ".*

*Setelah membaca tulisan itu dirinya merasakan getaran hebat , tiba-tiba beliau muntah. Dari dalam mulutnya keluar darah segar , beliau limbung lalu terkapar di serambi bangunan itu. Siapa dan apa yang ada di dalam bangunan itu. Simak kelanjutannya*.

1
ArtisaPic
Sebagai generasi muda perlu untuk mengenal sejarah, baik sejarah lokal maupun sejarah negara atau benua atau sejarah alam semesta. Dengan sejarah kita akan mengenal diri kita dengan norma-norma yang ada, tidak gegabah dan tidak rakus akan dunia. Hanya kedunguan yang menjadikan diri kita sebagai budaknya. Manusia bukan BUDAK DUNIA.
Jihan Hwang
salam kenal thor... yuk saling dukung
ArtisaPic
Gegesik kota asyik , Desa wisata , Gudangnya seni dan budaya.
Q.Sambling Gegesiklor
Cirebon
Jawa Barat
Kaylin
Bikin baper, deh!
ArtisaPic
ok , makasih , semoga sukses sll
Aiko
Hebat!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!