Ziyanada Umaira, biasa dipanggil Nada jatuh cinta untuk pertama kalinya saat dirinya berada di kelas dua belas SMA pada Abyan Elfathan, seorang mahasiswa dari Jakarta yang tengah menjalani KKN di Garut, tepatnya di kecamatan tempat Nada.
Biasanya Nada menolak dengan halus dan ramah setiap ada teman atau kakak kelas yang menyatakan cinta padanya, namun ketika Abyan datang menyatakan rasa sukanya, Nada tak mampu menolak.
Kisah mereka pun dimulai, namun saat KKN berakhir semua seolah dipaksa usai.
Dapatkan Nada dan Biyan mempertahankan cinta mereka?
Kisahnya ada di novel ''Kukira Cinta Tak Butuh Kasta"
Selamat membaca!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lailatus Sakinah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rasa Yang Semakin Dalam
Matahari pagi menyinari halaman Hotel Nirwana dengan kehangatan yang menenangkan. Di balik pintu staf bagian belakang, Nada memulai harinya seperti biasa, mengecek jadwal shift, menyapa rekan kerja, dan menyalakan laptopnya untuk menyusun laporan kebersihan lantai atas.
Tak ada yang berbeda dari hari-hari sebelumnya, kecuali satu hal. Hari ini Nada akan menjalani tahap kedua dari seleksi administrasi hotel yang diikutinya diam-diam.
Setelah beberapa hari berlalu sejak pertemuannya dengan Kakek Akbar, Nada memilih untuk tetap tenang. Ia tak terintimidasi, tak pula gentar. Baginya, ancaman hanya akan jadi batu ujian dan ia memilih melompati batu itu, bukan menyingkir.
Tak ada surat pemecatan. Tak ada teguran. Sebaliknya, Nada justru mendapat kabar internal bahwa HRD sedang membuka lowongan untuk staf administrasi hotel. Tanpa pikir panjang, ia mendaftar dan mengikuti seleksi sesuai prosedur, seperti pelamar lainnya.
“Kenapa nggak ajak aku aja sih?” ujar Rosa suatu malam saat mereka menutup warung seblak bersama. Nada tersenyum kecil.
"Aku udah ajak kamu, inget? Tapi kamu bilang kamu bahagia jadi cleaning service dan jualan seblak.” Rosa nyengir.
“Iya sih. Tapi kalau kamu keterima, nanti kerjaanku jadi makin banyak dong!” Nada tertawa ringan.
“Kalau aku keterima, kamu yang pertama aku traktir. Sepuluh porsi seblak level 5.” Rosa langsung pura-pura pingsan sambil tertawa.
Sementara itu, di lantai eksekutif Hotel Nirwana, Abyan duduk dalam diam di ruang kerjanya. Matanya menatap kosong ke luar jendela, ke arah taman kecil yang baru selesai direnovasi.
Rendi datang membawa dua cangkir kopi dan duduk di seberangnya.
“Masih kepikiran pertemuan keluarga kemarin?” tanya Rendi pelan. Abyan mengangguk.
“Aku tahu ini konsekuensinya. Tapi tetap aja rasanya berat. Terutama ke Ibu. Beliau selalu jadi penengah.”
“Yah, Bro. Namanya juga hidup. Nggak semua orang siap dengan pilihan kita, meskipun itu pilihan yang paling kita yakini.” Abyan menghela napas panjang.
"Aku cuma takut, pilihan ini malah nyakitin orang yang aku jaga.”
“Gimana kalau… kamu tanya langsung ke orang itu?” sindir Rendi dengan senyum nakal.
Abyan sempat tersenyum tipis, tapi senyum itu lenyap saat pintu ruangan diketuk dari luar. Arya, sepupunya, muncul sambil sedikit ngos-ngosan.
“Bro!” katanya cepat.
“Tadi Mama baru pulang dari rumah Kakek. Dan dia bilang… Kakek sempat datang ke kontrakan Nada beberapa hari lalu.” Abyan berdiri kaget.
“Apa?”
“Iya. Mama sempat tanya tentang kelanjutan perjodohan kamu sama Indira, dan Kakek jawab singkat. Tapi dia sempat nyebut kalau dia udah melihat sendiri siapa itu Nada.” Rendi menatap Abyan cemas.
“Bro jangan-jangan… Kakek sempat ancam Nada?” Lanjut Arya. Abyan langsung bergerak cepat.
“Aku harus cari dia sekarang.” Nada baru saja keluar dari ruangan interview tahap dua saat ia menerima panggilan dari Rosa.
“Nad, kamu lagi di mana?”
“Baru selesai wawancara. Kenapa?”
“Kamu cepet ke restoran hotel deh. Ada tamu... yang aku rasa kamu harus temui.” Nada mengernyit, lalu mempercepat langkah.
Restoran hotel saat itu belum terlalu ramai. Nada mendapati seorang wanita duduk sendirian di sudut ruangan, dengan wajah manis dan anggun yang tidak asing baginya.
Indira.
Nada menghampirinya dengan tenang.
“Assalamualaikum, ada yang bisa saya bantu?” Indira tersenyum lembut.
"Waalaikumsalam. Duduklah, Ziya. Aku ingin bicara, hanya sebentar.” Indira sekilas menatap nama yang ada di dada kiri Nada.
Nada menarik napas pendek, lalu duduk berhadapan.
“Aku tahu mungkin ini tidak pantas,” Indira membuka suara,
“tapi aku tidak bisa lagi menyimpan semua ini sendirian.”
Nada diam. Mendengarkan.
“Aku mencintai Abyan,” lanjut Indira lirih.
“Sejak lama. Dari kami masih sekolah. Dan aku pikir… perjodohan kami akan menjadi jalan untuk menyatukan kami.” Nada menatap wajah Indira yang tampak rapuh. Ia tidak menyela.
“Tapi kemudian kamu datang. Tanpa gelar, tanpa nama keluarga terpandang. Tapi kamu mencuri hatinya…” suara Indira gemetar.
“Aku mohon, Ziya. Tolong… lepaskan dia. Beri aku kesempatan.”
Hening panjang. Nada memejamkan mata sejenak, lalu membuka kembali dengan senyum kecil.
“Mbak Indira… aku tidak tahu harus menjawab apa. Karena dari awal aku tidak pernah merasa menggenggam Abyan.” Indira tampak kebingungan.
“Apa maksudmu?”
“Aku tidak pernah meminta Abyan untuk mencintai aku. Tidak pernah menahannya untuk pergi. Dan tidak pernah mengikatnya dengan janji. Aku hanya menjadi diri sendiri… dan Abyan memilih tetap tinggal.” Indira tercekat. Tak ada lagi kata yang bisa keluar dari mulutnya. Nada melanjutkan, lembut namun tegas,
“Cinta itu bukan soal siapa yang lebih layak. Tapi siapa yang saling menguatkan. Aku tidak ingin merebut siapa pun dari siapa pun. Tapi jika cinta itu memang ditakdirkan untukku, aku juga tidak akan melepaskannya hanya karena rasa tidak enak.”
Seketika, suasana di antara mereka menjadi hening. Tapi bukan hening yang canggung. Melainkan hening yang penuh pemahaman.
Tanpa mereka sadari, dari kejauhan, Abyan berdiri mematung. Ia menyaksikan semuanya. Mendengar semuanya. Jantungnya berdetak begitu keras, nyaris menembus dadanya.
Nada… gadis yang selama ini ia jaga dari jauh… menghadapi semuanya dengan anggun dan terhormat.
Beberapa menit kemudian, saat Indira pergi tanpa berkata apa-apa lagi, Abyan menghampiri Nada.
“Kamu baik-baik aja?” tanyanya, suaranya pelan namun penuh kekhawatiran.
Nada menoleh dan tersenyum. “Alhamdulillah, baik.”
“Kakek sempat temui kamu ya?” Nada mengangguk.
“Iya. Tapi aku nggak apa-apa, Pak.” Abyan mengedarkan pandangannya, beberapa karyawan menatap ke arah mereka. Abyan lalu beralih memandangi wajah Nada.
“Kami bicara. Aku baik-baik saja. Bapak juga harus begitu.”
“Kamu bikin aku makin yakin, Nad.” Tatapan Abyan begitu teduh, menunjukkan rasa yang mendalam. Nada hanya tersenyum.
“Teruslah jadi versi terbaik dari dirimu, Pak. Itu sudah cukup.”
"Aku takut kakek menyakitimu.”
“Tenang.” Nada menatap lurus ke matanya.
“Aku sudah cukup kuat untuk tahu siapa diriku dan apa yang layak aku perjuangkan.” Abyan tak mampu menahan senyumnya.
"Kamu luar biasa, Nad.” Nada tersenyum kecil.
"Aku cuma… tetap berjalan.”
Mereka terdiam sejenak. Sama-sama tahu bahwa hidup masih akan panjang. Tapi mereka juga tahu di setiap langkah, ada keberanian, ada keteguhan, dan ada cinta yang tumbuh dalam diam.
Beberapa Hari Kemudian
HRD mengumumkan hasil seleksi. Nama Nada tertera sebagai salah satu kandidat terbaik yang lolos ke tahap akhir.
Di balik layar, Abyan dan Rendi baru tahu dari tim HRD tentang partisipasi Nada.
“Kenapa dia nggak bilang?” gumam Rendi. Abyan tersenyum kecil.
"Karena dia tahu, kalau dia bilang ke kita… akan ada bias. Dan Nada nggak pernah mau menang karena belas kasihan.” Rendi mengangguk.
"Dia memang beda.”
"Eheuummm" Raut wajah Abyan berubah saat mendengar Rendi memuji Nada.
"Hee ...Peace boss." Rendi mengacungkan dua jarinya, telunjuk dan jari tengah sambil nyengir.
Abyan menatap nama Nada di daftar seleksi itu. Hatinya penuh haru. Ia tahu, tak peduli seberapa kuat dunia ingin menjatuhkan, cinta sejati selalu menemukan jalannya dengan diam, dengan bijak, dengan elegan.
Abyan semakin yakin, cinta seperti ini tidak butuh kata-kata manis, tidak butuh pengakuan terbuka, tidak butuh status.
Cinta seperti ini cukup kuat untuk dipahami dalam diam.
"I love you, Ziyanada Umaira." gumamnya dalam hati.
terimakasih double up nya kak🥰
kira kira apa lagi rencana indira
lanjut kak