Bayangmu di Hari Pertama
Cinta yang tak lenyap meski waktu dan alam memisahkan.
Wina Agustina tak pernah mengira hari pertama OSPEK di Universitas Wira Dharma akan mengubah hidupnya. Ia bertemu Aleandro Reza Fatur—sosok senior misterius yang ternyata sudah dinyatakan meninggal dunia tiga bulan sebelumnya. Hanya Wina yang bisa melihatnya. Hanya Wina yang bisa menyentuh lukanya.
Dari kampus berhantu hingga lorong hukum Paris, cinta mereka bertahan menantang logika. Namun saat masa lalu kembali dalam wajah baru, Wina harus memilih: mempercayai hatinya, atau menerima kenyataan bahwa cinta sejatinya mungkin sudah lama tiada…
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sarifah31, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15: Yang Belum Dipulangkan
{ CUPLIKAN SEKILAS UNTUK BAB SELANJUTNYA: Wina mulai mencari jejak Ale yang tersisa di dunia nyata, berharap menemukan semacam pengakuan atau penghubung terakhir: ibunda Ale. Tapi kabar yang diterima dari Pak Kebun membuat hatinya kembali guncang… Ale belum ditemukan. Bahkan, sang ibu masih menyimpan keyakinan bahwa putranya belum pergi sepenuhnya.}
💥💥💥
Yang Belum Dipulangkan
Pagi itu, aku dan Nayla duduk di bawah pohon beringin di belakang kampus. Suara sapu lidi terdengar dari kejauhan. Pak Sabar, si penjaga kebun kampus yang usianya sudah di atas 60-an, tengah menyapu daun-daun kering sambil bersenandung lagu lawas.
Setelah cukup lama mengamati, aku akhirnya berdiri dan menghampirinya.
“Pak Sabar... boleh tanya sesuatu?”
Pak Sabar mendongak, senyumnya ramah. “Wina, ya? Mahasiswi baru itu toh. Boleh, Nak. Mau tanya apa?”
Aku ragu sejenak. “Bapak kenal dengan... Aleandro Reza Fatur?”
Ekspresi Pak Sabar tak berubah, tapi sorot matanya tiba-tiba dalam. Tangannya berhenti menyapu.
“Ale...” bisiknya, seperti menyebut nama dari mimpi yang lama hilang.
“Iya, Pak. Saya... saya pernah bertemu dia. Tapi... bukan seperti orang biasa bertemu. Dan saya dengar, dia—”
“Belum pulang,” sela Pak Sabar pelan. “Iya, Bapak tahu.”
Aku dan Nayla saling pandang. “Belum pulang?”
Pak Sabar menatap ke arah pohon angsana, tempat aku dan Ale terakhir duduk bersama.
“Banyak yang bilang Ale sudah meninggal. Tapi jasadnya belum ditemukan. Bahkan keluarganya, terutama ibunya... sampai hari ini masih datang ke kampus setiap bulan, duduk di taman depan, seolah menunggu sesuatu.”
Dadaku mencelos.
“Dia belum dimakamkan, Nak. Karena memang belum ditemukan. Bus itu masuk jurang. Beberapa korban berhasil diangkat. Tapi Ale...” Ia menarik napas panjang. “Tidak pernah ketemu.”
Aku menggigit bibir bawahku, menahan emosi yang meletup pelan.
“Kalau begitu, dia... belum benar-benar pergi?” tanya Nayla pelan.
Pak Sabar tersenyum tipis. “Orang seperti Ale... kadang nggak benar-benar pergi. Kadang, dia tinggal di tempat yang orang-orang belum bisa mengerti.”
Aku menatap tanah.
“Pak... saya ingin bertemu dengan mamanya Ale. Bisa, ya?”
Pak Sabar mengangguk. “Bisa. Ibu Nasywa, namanya. Orangnya lembut, tapi tegar luar biasa. Saya punya nomor beliau. Nanti saya kasih.”
Hatiku berdebar. Ada sesuatu yang ingin kukatakan pada perempuan itu. Entah apa. Mungkin terima kasih. Mungkin permintaan maaf karena mencintai anaknya di batas waktu yang salah.
Atau mungkin hanya ingin bilang…
“Aku masih menjaganya, Bu. Dalam kenangan, dalam langkah, dalam doa.”
---
Malam itu, aku membuka kembali jurnal yang dulu pernah diisi Ale. Tak ada tulisan baru. Tapi aroma samar jaket navy yang dulu ia kenakan... masih tertinggal di halaman-halaman kertas itu.
Dan aku tahu...
Meski tubuhnya tak kembali,
namanya telah pulang ke tempat yang paling setia: hatiku.
Masih ingin lanjut??
Cuplikan Bab 16 dari Bayangmu di Hari Pertama, yang mempertemukan Wina dengan keluarga Ale—khususnya ibunda Ale, Ibu Nasywa, sosok yang sejak awal menyimpan keyakinan bahwa putranya belum benar-benar pergi. Bab ini sarat kehangatan, haru, dan nuansa keluarga. Ini bukan sekadar perjalanan fisik, tapi juga perjalanan batin Wina untuk menyentuh bagian terakhir dari dunia Ale yang masih hidup.
Wina membuka kotak kecil di pangkuannya, lalu mengeluarkan jurnal Ale dan meletakkannya di hadapan Ibu Nasywa.
“Ini... dia titipkan lewat saya. Mungkin ini yang Ibu cari selama ini.”
Wah, jurnal Ale itu pasti nyimpen rahasia besar ya --- kenapa harus dititipkan ke Wina, dan kenapa baru sekarang dikasih ke Ibu Nasywa? Penasaran banget! 📖🤯
ku harap kamu milih aku sih
wina akhirnya pujaan hatimu masih hidup