(Update setiap hari selama ongoing!)
Clara merasa kepalanya pusing tiba-tiba saat ia melihat kekasihnya bercinta dengan sahabatnya sendiri yang sudah ia anggap seperti saudara kandungnya. Mereka berdua tampak terkejut seperti melihat hantu setelah menyadari Clara muncul dari balik pintu kamar dengan cake bertuliskan 'Happy 6th anniversary' yang telah jatuh berantakan di bawah.
"Sa–sayang ...." Kris wang, kekasihnya tampak panik sambil berusaha memakai kembali dalaman miliknya.
Leah Ivanova juga tak kalah terkejut. Ia tampak berantakan dan berusaha menutupi tubuhnya dengan kain yang kini Tanpa busana.
"Ini bukan seperti yang kamu pikirkan, Clara!" Kris berusaha mengambil alih Clara.
Gadis itu tersenyum kecut. Berani sekali ia bicara begitu padahal segalanya telah keliatan jelas?
*
Baca kelanjutannya hanya di noveltoon! Gratis!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cherryblessem, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SAH| 15
"Kamu sudah mengecek semuanya?" Julian berjalan dengan tergesa-gesa menuju ruang kerjanya di kantor.
Semenjak menikah dengan Clara, kantornya merupakan tempat yang paling aman untuk mendiskusikan hal paling pribadi dengan Mr. Jhon. Ruangan lain tampak sudah kosong dan kini hanya dirinya dan Mr. Jhon yang terlihat sibuk, menjadikan ruangan itu satu-satunya tempat yang lampunya menyala.
"Sudah, Tuan. Aku telah menyelidiki semua reporter dan aku berani jamin, ini adalah dalang dari keluarga anda sendiri, Tuan." Mr. Jhon menyerahkan dokumen yang ia pegang dan meletakkannya di atas meja kerja Julian.
Dengan cermat, laki-laki itu membuka dokumen dan melihat-lihat laporan yang ada di dalamnya.
"Apakah Clara sudah tahu?" Julian terdengar khawatir.
Mendengar pertanyaan Julian, Mr. Jhon menatapnya dengan ekspresi yang misterius. "Sepertinya belum. Tapi, sudah saya tarik artikelnya dan memperingatkan reporter untuk mencabut foto dari edaran."
"Syukurlah jika kita masih sempat." Julian terlihat lega.
Mr. Jhon menatapnya dalam dan kaku. "Maaf, Tuan. Tapi, beberapa artikel baru muncul dari artikel tersebut. Sepertinya ada dua atau tiga outlet berita yang sudah memposting ulang."
"Sialan! Kenapa tidak mengatakannya padaku?" Julian mengerang kesal.
Mr. Jhon tak bicara lagi.
"Katakan pada mereka untuk mencabut semaunya. Jika tidak bisa, terpaksa aku harus memperkenalkan Clara secara resmi ke hadapan publik." Julian menarik nafasnya berat namun tampak berusaha tenang.
"Baik, Tuan."
"Apakah kamu sudah mengatur pertemuanku dengan kakek?" Laki-laki itu mengangkat kepalanya dan menatap Mr. Jhon.
"Sudah saya lakukan. Namun, saya sarankan agar kalian saling mengenal lebih baik agar tidak terjadi sesuatu yang mencurigakan kakek anda." Mr. Jhon menatap Julian dengan tenang.
"Baiklah kalau begitu. Kita lakukan semuanya besok. Tolong perhatikan artikel yang beredar."
*
"Bagaimana kabarmu?" Jonghwa duduk menghadap cucunya dan cucu menantunya diruang keluarganya.
Setelah beberapa lama, akhirnya dua orang ini menampakkan wujudnya juga padanya.
"Kami dalam keadaan yang baik, kakek." Julian menjawab, mewakili keduanya.
"Apakah bayimu aman, Clara?"
Pertanyaan sang kakek membuat Clara menelan ludah. Ia merasakan rasa takut menjalar dalam tubuhnya karena kebohongan yang mereka berdua ciptakan.
"Aman, kakek. Aku perlu banyak istirahat." Dengan tenang, Clara menjawab sambil menggenggam lengan Julian.
"Apakah kalian sudah ke dokter?" Jonghwa kembali bertanya.
Clara melotot baru menyadari bahwa kehamilannya pasti membutuhkan rekam medis yang kuat. Ia kemudian memandang Julian, melimpahkan tanggung jawab untuk menjawab sang kakek pada laki-laki itu.
"Kami belum ke dokter karena aku ingin Clara beristirahat sementara waktu. Ada banyak kejadian yang luar biasa terjadi sehingga aku khawatir dia kenapa-kenapa." Julian memeluk mesra istrinya, memberikan gesture perhatian pada laki-laki tua itu.
"Aku akan memanggil dokter kandungan terbaik untuknya. Kau tak usah khawatir." Jonghwa menawarkan.
"Tak perlu, kakek. Aku sudah melakukannya." Julian berbohong, takut sang kakek ikut campur.
Beruntung, jonghwa tak mau banyak basa-basi. "Baiklah. Tapi ada beberapa hal yang ingin kutanyakan seputar dirimu, Clara."
Jantung Clara melorot. Apakah yang harus ia jawab? Mampukah ia melalui ini semua?
"Apakah benar ayahmu seorang PNS dan ibumu hanya penjahit biasa?"
Clara memandang Julian, berharap menemukan jawaban. Ia tahu, hanya perlu menjawab seadanya saja namun entah mengapa, ia takut kejujuran itu malah menyakitinya.
Melihat Clara yang kebingungan, Julian kemudian menggenggam tangannya dan memberikan kekuatan. Clara menatap suaminya dan langsung bicara.
"Benar, kakek. Aku hanya gadis biasa yang juga bekerja serabutan setelah kuliah. Meskipun nilaiku bagus, aku selalu kesulitan mencari pekerjaan. Aku tidak ada niat apa-apa selama berhubungan dengan Julian. Aku juga baru tahu Julian orang berada beberapa saat sebelum menikah." Clara menjelaskan panjang karena khawatir berbuat salah.
Lagi pula, yang dirinya katakan itu benar. Ia tak berbohong dan mengucapkan semuanya secara jujur. Jika sang kakek tiba-tiba memutuskan untuk memisahkannya dari Julian pun, Clara tak terlalu sedih. Paling-paling adegan sinetron yang menyuruhnya menjauhi Julian dengan membayar lebih banyak itu terjadi dan membuatnya tetap kaya dan untung. Sejatinya, ia menikahi Julian karena hutang dan terlalu stress dengan kekasih dan sahabatnya.
Sayangnya, kata-kata Clara malah membuat kakeknya terdiam cukup lama. Clara merasa sesak nafas selama waktu itu. Entah apa yang dipikirkan oleh sang kakek, yang pasti ini membuat Clara pusing.
"Julian, apakah kamu butuh asisten pribadi?" kata sang kakek setelah diam lama.
"Tidak. Aku sudah cukup dengan Mr. Jhon." Julian menatap kakeknya dengan serius.
"Apakah kamu bisa manajemen kegiatan Julian?"
Pertanyaan sang kakek barusan lantas membuat kaget Clara dan Julian. Tiba-tiba, mereka memahami maksud sang kakek. Entah apakah Clara harus berbahagia atau tidak dalam hal ini.
"Bi—bisa?" Clara menjawab ragu sehingga kata-katanya lebih terdengar seperti kalimat pertanyaan ketimbang pernyataan.
"Kalau begitu, Julian, jadikanlah istrimu sebagai asisten pribadimu. Pastikan dia tak memaksakan diri untuk kehamilannya. Kita harus membuat Clara menaikkan sedikit derajatnya agar bisa bersanding denganmu."
Ucapan sang kakek membuat Clara dan Julian melotot kaget dan saling pandang. Apakah kakeknya sedang serius? Ini sungguh diluar dugaan Clara dan Julian saat mereka menuju kemari.