kenyataan yang menyakitkan, bahwa ia bukanlah putra kandung jendral?. Diberikan kesempatan untuk mengungkapkan kebenaran yang terjadi, dan tentunya akan melakukannya dengan hati-hati. Apakah Lingyun Kai berhasil menyelamatkan keluarga istana?. Temukan jawabannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Retto fuaia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TIDAK SEPERTI ITU
...***...
Kediaman Jendral Xiao Chen Tao.
Pesta minum teh hijau sedang berlangsung, mereka benar-benar menikmati makanan dan minuman yang disajikan tuan rumah, bahkan terdengar suara musik begitu indah dimainkan untuk menghibur tamu. Namun saat itu terdengar suara seorang pelayan yang berteriak keras.
"Nyonya selir kangjian mendorong Gusti permaisuri ke kolam!."
Deg!.
Mereka terkejut mendengar suara teriakan itu. Hingga berkumpul di atas jembatan kolam yang cukup tinggi.
"Ada apa? Apa yang terjadi?."
"Saya melihat nyonya selir kangjian mendorong Gusti permaisuri ke kolam!."
"Apa?!."
"Cepat cari bantuan!."
"Cepat!."
Seketika keadaan panik, mereka tidak bisa berenang, dan tidak bisa membantu sama sekali, apalagi air kolam memang sangat jauh dari kolam?. Dan tak mungkin bagi mereka langsung terjun ke kolam.
Sementara itu Lingyun Kai dan nona muda tertua Xin Qian juga mendengar kegaduhan itu.
"Oh? Sudah dimulai?." Dalam hati Lingyun Kai tersenyum puas.
"Maaf tuan muda lingyun kai." Ia memberi hormat. "Sepertinya ada kegaduhan di sana."
"Apakah nona muda xin qian? Bisa membawa saya ke sana?."
"Tentu saja bisa."
Nona muda tertua Xin Qian segera mendorong kursi roda Lingyun Kai menuju halaman kediaman Jendral Xiao Chen Tao.
Di lokasi kejadian.
Jianhong, Junfeng, dan beberapa pelayan baru saja datang.
"Apa yang terjadi? Kenapa terjadi kegaduhan di sini?."
"Maaf tuan muda." Ia memberi hormat. "Saya melihat nyonya selir kangjian mendorong Gusti permaisuri ke kolam."
Deg!.
"Kau yakin?."
"Saya sangat yakin sekali tuan muda."
"Di mana nyonya selir?!." Jianhong tampak marah. "Nyonya selir?!."
"Kau tidak usah berteriak seperti itu kakak pertama!."
Deg!.
Mereka semua melihat ke arah sumber suara, yang tak lain adalah Lingyun Kai yang datang bersama nona muda tertua Xin Qian, dan An Hong.
"Lingyun kai?! Kau pasti sudah mendengar apa yang telah terjadi di sini?!." Jianhong menunjuk kasar ke arah Lingyun Kai. "Makanya kau datang ke sini!."
"Saya datang ke sini untuk menegaskan satu hal!." Balasnya. "Jika ibu selir kangjian! Tidak mendorong Gusti permaisuri!."
Seketika suasana gaduh karena ucapan Lingyun Kai.
"Lingyun Kai! Jangan cari perkara kau!."
"Saya berkata yang sebenarnya!."
"Tapi saya melihat, nyonya selir kangjian!." Ucap pelayan itu. "Mendorong Gusti permaisuri ke kolam!."
"An hong!."
"Saya tuan muda."
"Hajar pelayan kurang ajar itu!."
"Baik!."
Plak!.
Deg!.
Mereka semua terkejut melihat An Hong secara terang-terangan menampar wajah pelayan wanita itu.
"Lingyun kai!."
Teriak Jianhong dan Junfeng.
"Apa yang telah kau lakukan?."
"Kau mau cari kematian untuk keluarga jendral? Hah?!."
"Heh!." Lingyun Kai mendengus kesal.
"Lingyun kai." Dalam hati Nona muda Xin Qian cemas.
"Kau lihat ke arah sana dengan baik-baik, wahai kakak pertama." Tunjuknya tepat ke arah belakang mereka. "Ibu selir sedang duduk bersama Gusti permaisuri."
Deg!.
Mereka semua terkejut melihat Permaisuri Chan Juan dan Selir Kangjian sedang duduk bersama dengan jarak yang cukup jauh, sedang berbincang-bincang?.
"Kalian buka mati batin dengan baik." Lingyun Kai tampak marah. "Kalian pikir? Itu halusinasi?."
"Lantas? Siapa yang jatuh ke kolam?."
Jantung mereka mendadak terpacu dengan cepat.
"Nyonya besar tidak terlihat."
Deg!.
Tanpa pikir panjang Jianhong langsung melompat ke dalam kolam. Suasana menjadi semakin tegang, karena mereka cemas, jika wanita yang jatuh tadi adalah nyonya Fengying?.
"Heh!." Dalam hati Lingyun Kai mendengus dingin. "Tidak akan aku biarkan kalian mencelakai ibuku."
Saat itu juga terlintas bayangan bagaimana tuduhan itu tertuju pada nyonya selir Kangjian. Menerima hukuman yang sangat berat dari kaisar, telah berani mendorong Permaisuri Chan Juan ke kolam. Permaisuri tidak sadarkan diri, memakan waktu yang cukup lama untuk sembuh.
"Bagaimana mungkin?." Dalam hati Junfeng sangat takut.
...***...
Rumah dinas pejabat istana.
Seorang kasim mendekati Jendral Xiao Chen Tao.
"Lapor tuan jendral."
"Katakan! Ada apa?."
Kasim itu semakin mendekat, ia merasa sungkan untuk menyampaikan itu.
"Terjadi kekacauan di kediaman tuan jendral."
Belum ada tanggapan darinya, namun hatinya merasa senang?. Sehingga menyunggingkan senyuman yang lebar.
"Nyonya besar jatuh ke kolam, dan sedang diperiksa oleh tabib."
Deg!.
"Apa?!." Reaksinya langsung berubah aneh. "Kau tidak salah melaporkan pada saya?!."
"Tidak tuan jendral."
"Baiklah! Saya pulang dulu!."
"Baik tuan jendral."
Jendral Xiao Chen Tao segera meninggalkan ruangan kerjanya, menuju rumah pribadinya.
"Hm." Kasim itu hanya mampu menghela nafas saja."
...***...
Gerbang rumah Jendral Xiao Chen Tao.
"Mohon maaf atas ketidaknyamanan yang terjadi, Gusti permaisuri." Selir Kangjian memberi hormat. "Semoga Gusti permaisuri tidak tersinggung."
"Oh? Tidak apa-apa."
"Sekali lagi, maafkan kami Gusti permaisuri." Lingyun Kai juga memberi hormat. "Kami tidak bermaksud menyinggung perasaan Gusti permaisuri."
"Tatapan mata itu." Dalam hati Permaisuri Chan Juan. "Mengingatkan aku padanya."
"Hamba bersedia menerima hukuman, jika Gusti Permaisuri tidak nyaman."
"Tidak apa-apa." Permaisuri Chan Juan tersenyum lembut. "Terkadang sebuah masalah tidak bisa kita hindari." Tatapan mata permaisuri Chan Juan sangat bersahabat. "Saya tidak akan mengungkit masalah yang telah terjadi."
"Terima kasih atas kebaikan Gusti Permaisuri."
"Fhuh!."
"Eh?."
Mereka semua bingung melihat Permaisuri Chan Juan yang menahan tawa?.
"Rasanya aku memang melihat dia." Dalam hati Permaisuri Chan Juan. "Ekhm!." Namun berusaha tetap berwibawa. "Kalau begitu kami pamit dulu."
"Selamat jalan Gusti permaisuri. Berhati-hati lah di jalan."
Setelah itu mereka meninggalkan kediaman Jendral Xiao Chen.
"Sampai jumpa lagi tuan muda lingyun kai." Nona muda Xin Qian memberi hormat pada Lingyun Kai.
"Sampai juga lagi." Balasnya dengan senyuman ramah.
"Ho?."
"Kegh!." Lingyun Kai meringis sakit, ketika telinganya dijewer oleh selir Kangjian. "Sakit, sakit, apa yang ibu selir lakukan?."
"Sejak kapan? Kau saling menyapa dengan nona muda tertua dari kediaman menteri pertahanan dan keamanan?."
"Sakit ibu, lepaskan dulu." Rengeknya. "Bagaimana saya bisa menjawabnya?."
Selir Kangjian terpaksa melepaskan tangannya, dan mendorong kursi roda Lingyun Kai menuju kamar istirahat.
"Apakah telah terjadi sesuatu diantara kalian?."
"Saya baru bertemu dengannya hari ini ibu."
"Benarkah?."
"Tadi ia duduk di taman sebelah." Jawabnya. "Ia merasa malu untuk bergabung, takut dihina."
"Dihina?."
"Bukankah ibu telah mendengar gosip tentang dirinya?." Jawabnya cepat. "Di usianya yang hampir memasuki angka dua puluh delapan tahun, ia masih belum juga menikah."
"Oh? Ibu dengar kabar itu." Respon Selir Kangjian. "Kau merasa kasihan padanya?."
Lingyun Kai hanya mengangguk kecil. "Saya meminta bantuan padanya."
"Meminta bantuan apa?."
"Dia sangat hebat meracik obat herbal." Jawabnya. "Saya minta buatkan pil penyembuh lumpuh padanya."
Deg!.
Selir Kangjian menghentikan langkahnya, langsung mendekat, berjongkok di depan Lingyun Kai.
"Nak? Kau mengerti apa yang telah kau katakan?."
Bagaimana tanggapan dari Lingyun Kai?. Temukan segera jawabannya. Next halaman.
...***...
Tadinya kupikir Wu Xian beneran saudara lainnya Kai pas baru ngucapin nama, rupanya oh rupanya....
Waduh, kayaknya aku jadi salah fokus dan gak terlalu peduliin Si kai kenapa dan malah lebih fokus mengagumi kekuatan Si mbak! 😌🗿