NovelToon NovelToon
THE HOT BODYGUARD

THE HOT BODYGUARD

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Beda Usia / Cinta pada Pandangan Pertama / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Romansa / Gadis nakal
Popularitas:302
Nilai: 5
Nama Author: Mian Darika

jatuh cinta dengan pria seumuran itu adalah hal yang sudah biasa bukan?, namun bagaimana jika perasaan itu malah tertuju pada seorang pria dewasa yang seumuran dengan ayahnya?.

"hot, seksi, dan menggetarkan." gumam gadis beseragam SMA menatap tak berkedip pada tubuh tegap di depannya.

"Dasar gadis gila, menyingkirlah." penolakan terjadi, namun apakah gadis SMA itu menyerah?. ck, tentu saja tidak.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mian Darika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

15

Di perusahaan, kini stanley sedang kedatangan tamu. Tamu yang sebenarnya tidak pernah ia sangka sangka akan datang dengan membawa kabar yang cukup mengejut kan sekaligus membahagia kan, apa lagi belum lama ini orang tersebut juga menemuinya untuk meminta tips mendekati seorang wanita yang sudah lama memutus kan semua kontak dengannya.

"Bagaimana dengan pekerjaan mu bung? Ku lihat pria tua itu sudah menganggap mu seperti putranya sendiri dan mempercayai perusahaan miliknya di tangani oleh mu, bahkan dia juga menerima mu dengan sangat baik jika cucunya kini memanggil mu dengan sebutan daddy." Ucap pria dengan cerutu di tangan kanannya, menatap stanley yang sedang fokus memeriksa laporan.

Tatapan itu, tatapan yang memiliki banyak makna membuat stanley sendiri tak nyaman bercampur kesal dan lebih memilih untuk menunda pekerjaannya, dan ikut menatap pria di depannya ini yang tak lain adalah drako. Sahabat jauh yang datang ke washington untuk mengundangnya secara langsung agar menghadiri acara pernikahannya dengan selaah yang akan di gelar 2 bulan lagi, benar benar membuat stanley cukup tersentuh untuk hal itu.

Namun dalam hati ia juga masih menaruh curiga, sebab sedari tadi drako selalu saja membahas hal mengenai florencia.

Entah apa sebenarnya maksud temannya ini.

"Baik, semuanya berjalan dengan baik. Dan untuk hal itu, ku rasa kau memang benar jika tuan gordon sudah menganggap ku sebagai putranya dari pada seorang asisten pribadi yang memiliki batasan. Dan ku rasa jika dia memiliki seorang putri, mungkin saja dia akan menjadi kan ku menantunya." Jawab stanley sedikit bergurau, karna tau jika drako hanya ingin menggodanya saja.

"Bagaiamana dengan cucunya? Bukan kah itu sangat menarik jika kau menjadi menantu dari putranya, dan ku rasa kau akan menjadi pria paling beruntung untuk hal itu."

"Apa kau sudah gila? Jangan menjadi kan ku sebagai pria pedofil seperti mu bung, karna aku cukup pemilih untuk hal usia, apa lagi gadis nakal yang baru saja belajar berjalan itu. Astaga jangan membuat sebuah lelucon yang benar benar payah, dan tidak lucu sama sekali." Kata stanley tegas, namun di balas tawa mengejek dari drako.

"Ayo lah ley, dia sebentar lagi berusia 17 tahun bukan? Dan kau juga belum setua itu walau pun dari segi mana pun bisa di kata kan seorang pedofil karna jarak usia kalian yang lebih jauh dari ku dan juga selaah. Lagi pula aku dan selaah dulu memang memiliki perbedaan usia yang cukup jauh, tapi sekarang siapa perduli, karna calon istri ku itu sudah dewasa dan menjadi seorang wanita yang sangat menggemas kan." Drako berucap dengan binar mata sembari membayang kan bagaimana ekspresi wajah selaah saat menerima lamarannya, walau pun sebenarnya ada sedikit keterpaksaan saat itu.

"Ck, sudah lah jangan membahas sesuatu yang tidak akan mungkin terjadi. Lagi pula sebentar lagi aku akan bertunangan, jadi tidak usah membahas hal yang tidak penting."

"Tidak penting? Apa kau serius, karna yang aku lihat. Gadis kecil itu seperti menatap mu dengan tatapan yang sangat berbeda, bukan tatapan sayang untuk seorang ayah dari putrinya, melain kan tatapan penuh cinta untuk pria dewasa yang sangat panas dan juga keras."

Buk....

Remasan kertas tepat mengenai bahu milik drako, dan pelakunya tentu saja adalah stanley.

"Jaga ucapan mu, sebelum aku benar benar menyusir mu secara tidak hormat dari sini walau pun kau adalah sahabat ku sekaligus."

Stanley terlihat kesal? Tentu saja, sebab beberapa hari ini ia sudah membatasi diri untuk berinteraksi dengan florencia karna tidak ingin membuat keadaan semakin rumit. Dan stanley juga sudah mendapat kan keputusan untuk membicara kan hal ini pada tuan gordon, jika sepertinya dia lebih baik kembali tinggal di apartemen miliknya sendiri yang sudah ia tinggal kan bertahun tahun.

Karna jujur saja, ia merasa khawatir jika saja gadis nakal yang ia sebut sebagai tupai nakal itu akan berbuat hal yang lebih gila lagi dari sekedar mengungkap kan perasannya, yang mana nantinya hanya akan mempermalu kan diri sendiri atau bahkan kakeknya.

"Baik lah, jika kau memang sedang sensitif mengenai gadis kecil itu. Namun aku yakin ley, cepat atau lambat dia akan mengata kan ketertarikannya itu terhadap mu, apa lagi kau yang akan bertunganan, jadi sangat mustahil jika dia tidak cemburu melihatnya."

Sial.

Dalam hati, stanley sudah membenar kan ucapan drako barusan jika flor memang sudah selesai mengungkap kan tentang perasaannya.

Perasaan suka yang hanya sesaat, pikir stanley.

Setelah perbincangan itu selesai, dan drako juga sudah pamit. Tiba tiba saja seseorang mengetuk pintu, yang sudah pasti itu sekertaris tuan gordon yang kini menjadi sekertaris stanley sementara karna sedang menwakili laki laki tua tersebut.

"Masuk lah." Ucap stanley, sembari terus mebalik kan kertas dokumen yang sedang ia periksa.

Ceklek....klik....

Pintu di buka, dan di tutup lalu di kunci, dan itu semua tak di sadari oleh pemilik ruangan.

Cup.....

"Selamat sore dad, Kenapa kau belum pulang hmm?. Biasanya kau akan pulang begitu pekerjaan mu sudah selesai, dan biasanta juga akan memeriksa dokumen dokumen seperti ini setelah makan malam selesai." Kata flor yang saat ini sudah duduk di atas meja setelah memberi kan kecupan di pipi stanley seperti biasanya.

Tangan stanley yang memegang pulpen kini terlihat mengepal, membuat flor diam diam tersenyum puas melihatnya.

Pria itu menghela nafas menetral kan rasa tidak suka akan kedatangan gadis kecil itu, sembari sedikit melonggar kan dasinya yang entah kenapa terasa seperti sedang m e n c e k i k lehernya.

"Kenapa kau tidak langsung pulang ke rumah nona? Bahkan masih mengena kan seragam sekolah yang tampak sudah kekecilan ini." Tanya stanley, tanpa menjawab pertanyaan flor barusan.

"Kenapa dad? Bukan kah biasanya aku akan datang juga ke perusahaan jika sedang merasa bosan, terus kenapa nada bicara mu seperti itu seperti tidak suka jika aku datang ke sini." Flor turun dari atas meja, lalu berjalan lambat ke arah belakang kursi yang di duduki stanley.

Dan tak lama, kedua tangan kecil itu sudah hinggap di atas bahu milik stanley yang cukup lebar. Dan dengan pasti, flor menggerak kan tangannya untuk memberi pijatan di sana dengan maksud agar stanley bisa rileks saat mengerja kan pekerjaanya itu. "Aku tau dad, kau pasti sangat lelah kan? Apa lagi kau juga harus membantu aunty medy untuk menyiap kan acara pertunangan kalian. Namun, bukan kah itu terlalu berlebihan untuk diri mu? Karna ku rasa kau sendiri terlalu memusat kan tenaga dan juga pikiran mu untuk kedua hal itu secara bersamaan dan melupa kan kebiasaan yang sangat jarang kau lewat kan, bahkan tidak punya waktu lagi untuk sekedar memberi kan ucapan selamat tidur ke pada ku."

Mengehela nafas, lalu memejam kan mata untuk sesaat sebelum mendonga kan wajahnya untuk melihat ekspresi yang tupai kecil itu beri kan.

Namun tak di sangka sangka, jika hal itu melah membuat bibir flor langsung menempel di dahinya.

Sialan memamg.

"Oh dad, kau mau aku cium? Kenapa tidak bilang saja jika begitu."

Cup...

Lagi, stanley kalah cepat dengan gadis itu saat ia akan menurun kan kembali pandangannya. Sebab flor malah mengecup hidungnya, bukan dahi seperti tadi.

"Cukup nona, silahkan beritahu saja apa tujuan mu datang ke sini. Karna jujur saja jika saat ini saya sedang banyak pekerjaan yang harus di selesai kan tepat waktu, dan mungkin saja saya tidak akan pulang untuk beberapa hari ke depan." Ucap stanley yang sudah memutar posisi kursinya ke arah flor, yang mana kini gadis itu sedang berdiri dengan kedua tangan di lipat di belakang pinggang sambil menatap polos ke arah stanley.

"Kau terlihat marah dad, dan mungkin itu karna kau sedang kelelahan." Ucapnya, dengan nada prihatin yang di buat buat. Sebab sejatinya saat ini florencia sedang tersenyum mengejek akibat reaksi tubuh stanely saat ia mengecup hidunganya, dan itu bisa di lihat dari kedua telinganya yang memerah.

"Ya sudah, kalau begitu aku akan pulang dan juga akan memberitahu grandma zelita jika kau sedang sangat sibuk saat ini, dan kemungkinan akan pulang terlambat atau bahkan tidak akan pulang sementara waktu." Setelah mengata kan itu, flor pun keluar dengan langkah pelan yang dengan sengaja menonjol kan bentuk daging berisi di belakang tubuhnya saat berjalan, yang mampu membuat stanley membuang wajah karna tidak sengaja menatapnya.

Damn.

Lagi lagi stanley harus mengumpat kasar akan tingkah laku gadis nakal itu, yang sangat mahir membuat kepala stanley terasa pusing bahkan susah untuk berkonsentrasi kembali.

>>>>>>

Di perjalanan pulang, flor langsung meledak kan tawa puasnya, membuat sang supir yang mengantarnya tadi cukup kaget dan juga penasaran dengan penyebab tawa gadis itu.

"Oh astaga, ternyata wajahnya begitu lucu dan juga sangat menggemas kan saat sedang gugup. Aku benar benar tidak menyangka, benar benar tidak menyangka sungguh." Lagi, flor meledak kan tawa renyahnya sampai sudut matanya berair saking lucunya mengingat tingkah gugup stanley yang tidak bisa di sembunyi kan.

Dan sekarang flor sudah benar benar yakin, jika sampai saat ini stanley masih sangat terjaga sama seperti dirinya.

Karna melihat tingkah laki laki itu yang benar benar berbeda dari pada pria lain di luar sana, yang tak akan mengalih kan tatapan mereka pada bentuk tubuh sempurna milik florencia.

Padahal flor sangat salah besar jika berpikir seperti itu, sebab stanley yang merupa kan laki laki normal yang sudah sangat dewasa sudah tentu pernah melakuan one night stand dengan wanita yang ia bayar. Apa lagi mengingat jika teman temannya kebanyakan sekelas levi, yang di mana pria itu adalah seorang casanova saat muda bahkan setelah menikah dengan mendiang ibu daisy.

Dan mulai berhenti saat ia menjalin asmara dengan kekasihnya yang saat ini, karna wanita itu yang merupa kan first love nya sewaktu kuliah dan di pertemukan secara tidak sengaja di sebuah acara penting.

Dan kabar baiknya, daisy juga menyukai wanita itu yang sebentar lagi akan resmi menjadi istrinya.

Dan untuk sikap stanley tadi, itu hanya lah sebuah bentuk pertahanannya agar tidak masuk ke dalam godaan setan cantik itu yang kerap mencoba dan mencari kesempatan untuk membangkit kan sesuatu yang sudah lama tertidur tanpa di sadari oleh flor sendiri.

Dan itu juga yang membuat stanley memilih untuk membatasi diri dan membatasi interaksi antara dirinya dengan florencia, selain menganggap jika ungkapan flor hari itu adalah perasan sesaat. Ia juga menjaga agar dirinya tidak tergoda, karna bagaimana pun gadis kecil itu memiliki aura penyihir yang sangat kuat sejak mendapat kan bentuk tubuh yang sekarang.

>>>>>>

Malam harinya, keadaan makan malam di mansion lagi lagi sama seperti sebelumnya. Yaitu hanya di isi oleh tiga orang, tanpa stanley di sana.

"Bu, tadi  itu aku baru saja mendapat telfon dari ley jika dia akan jarang ke sini untuk beberapa hari ke depan. Dia juga mengata kan jika selama ini ia menginap di apartemen dulunya yang jaraknya cukup dekat dengan perusahaan, mungkin besok kita bisa ke sana untuk mengantar kan makan siang. Bagaimana menurut ibu?." Celetuk medy di saat makan malam sedang berlangsung, wanita itu juga sengaja berbicara dengan nada penuh kepemilikan jika hanya dia lah, satu satunya wanita yang di beri kabar oleh stanley, bukan flor yang terlihat cukup terkejut akan hal itu.

"Oh ya? Sayang sekali, tapi ide mu itu sangat menarik sayang. Ibu rasa tidak usah ke apartemennya, kau bisa langsung datang ke perusahaan agar para karyawan lain tahu jika kau ini calon tunangan stanley." Kata nyonya zelita, sembari melirik kecil ke arah flor yang sangat tenang menyantap makannnya.

Tak terasa, tiga hari lagi acara pertunangan antara stanley dan juga medy akan di adakan. Dan hal itu membuat tuan gordon memutus kan untuk pulang ke washington, sekaligus ingin menghadiri secara langsung acara penting asisten pribadinya tersebut.

"Selamat pagi nona?! Hari ini tuan besar akan kembali, dan beliau berpesan agar nona bisa ikut menjemputnya di bandara." Ucap bibi gunn setelah selesai menyiap kan air hangat untuk flor yang masih terlihat duduk melamun di atas tempat tidurnya.

Keadaan gadis itu terlihat seperti biasanya saat bangun tidur, piyama tipis pendek, rambut berantakan, dan muka bantal yang menggemas kan.

Terdengar helaan nafas berat di mulutnya, membuat bibi gunn tersenyum lalu mendekat ke arah tempat tidur.

Dan setelah sampai di sana, ia pun duduk di tepinya sembari mengelus lembut surai bergelombang milik nona muda nya tersebut.

"Saya tau yang saat ini anda pikir kan nona, namun saya juga tidak berani untuk menanya kan secara langsung jika bukan anda yang lebih dulu memberitahu." Mendengar itu, wajah flor menoleh ke arah gunn dengan wajah bingung yang terlihat menggemas kan karna gadis itu yang tak memakai riasan sama sekali.

"Apa bibi tau sesuatu yang serius? Maksud ku apa kah bibi gunn tau jika selama ini aku menyukai daddy ku. Bahwa aku sangat mengingin kan dia untuk selalu ada di samping ku? Dan apa bibi juga tau jika aku sudah mengata kan itu ke padanya, dan berakhir di tolak?." Gunn tersenyum, dan mengangguk kecil sebagai jawaban membuat flor cemberut karna berpikir jika selama ini sikapnya tidak akan tercium oleh pengasuhnya ini.

"Saya tau nona, bahkan saya juga tau jika anda sudah mulai berani menggoda tuan stanley secara diam diam. Entah itu di mansion atau pun di luar mansion, ingat lah jika supir pribadi anda adalah anggota keluarga saya, dan saya sendiri adalah pengasuh anda."

"Oh astaga, kenapa kalian menyebal kan sekali. Aku tau hal ini adalah sesuatu yang cukup sulit, namun aku sendiri juga tidak bisa mencegahnya."

"Saya mengerti nona, bahkan anda juga sudah mencoba untuk mengalih kan perasaan itu bukan? Hanya saja nama daddy mu tidak bisa di ganti kan." Gunn berucap setengah menggoda, membuat pipi putih flor sedikit bersemu malu.

"Apa dulunya kau ini seorang peramal bibi? Mengapa kau seakan akan tau semua tentang ku bahkan apa yang saat ini aku rasa kan, benar benar aneh." Flor berdiri, berjalan ke arah meja rias untuk menyisir rambut singanya.

Gunn terkekeh. "Apa anda sudah lupa

jika sudah berapa lama saya mengabdi untuk menjadi pengasuh anda? Dan selama itu juga saya sudah pasti mengingat segala sesuatu tentang anda, bahkan gestur tubuh saat anda sedang gugup apa lagi jika sedang berbohong."

Tak.

"Sangat berbahaya, kau ini menakuti ku. Tapi baik lah, aku akan jujur jika semua tebakan mu itu hampir benar, dan apa kau ada saran dengan masalah ku ini? Karna sampai detik ini aku belum menemu kan ide yang bagus agar daddy tidak jadi hertunangan dengan wajah tepung itu." Flor tak mau lagi menutupinya dari gunn, sebab benar apa kata wanita tua ini jika sudah pasti gunn sudah memahami watak dan juga sikapnya.

Gunn lagi lagi menghela nafas, cukup sulit menghadapi flor yang dalam mode tak mau di bantah seperti ini.

"Apa tidak sebaiknya anda memberitahu tuan besar? Siapa tau saja dia bisa membantu nona untuk menggagal kan pertungan ini."

"Itu adalah ide yang gila bibi, kau lupa jika kakek ku belum mengizin kan ku untuk jatuh cinta sebelum usia ku 17 tahun? Dan jika aku mengata kan niat buruk itu, aku yakin jika tuan gordon mu itu akan masuk rumah sakit karna syok begitu tau jika cucunya ini diam diam jatuh cinta pada sekertaris pribadinya, yang memiliki usia hampir sama dengan mendiang menantunya."

Mendengar itu, sontak saja gunn terkekeh Merasa tak habis pikir jika flor akan berkata seperti itu, apa lagi sudah menebak kondisi kakeknya jika tau hal tersebut.

"Kau benar untuk itu, dan maaf kan aku karna tidak memiliki ide atau cara lain untuk membantu mu." Setelah obrolan itu selesai, gunn pun pamit untuk ke lantai dasar sebab ada beberapa hal yang harus ia kerja kan.

Sedang kan flor, gadis itu tak langsung mandi dan bersiap siap menjemput kakeknya. Flor malam membuka pintu kamarnya dan berjalan begitu saja ke lantai tiga, di mana di sana ada ruang olah raga yang biasanya akan ia guna kan di saat ada waktu senggang.

Gadis itu berjalan dengan santai, melewati beberapa pelayan wanita yang sebenarnya sudah terbiasa melihat penampilannya itu. Namun berbeda dengan saat ini, sebab mereka sendiri tau jika di ruangan olahraga itu sudah ada yang memasuki, dan orang di sana tak lain adalah stanley yang datang pagi pagi sekali dan belum juga terlihat sampai flor datang.

Sebenarnya mereka ingin memeberitahu flor, namun melihat raut wajah yang tak bersahabat itu, mereka pun hanya diam dan memutus kan untuk tak memberitahu.

Dan alasan mereka yang saat ini gelisah, mereka sebenarnya khawatir jika saja stanley akan melihat penampilan flor yang benar benar lebih berani dari biasanya.

"Bagaimana ini? Apa tidak sebaiknya kita beritahu bibi gunn, atau kepala pelayan agar menyusul nona muda ke dalam sana.?" Ujar salah satu mereka yang wajahnya sudah memerah membayang kan apa yang akan terjadi di dalam sana, maklum pelayan satu ini sering menonton drama romansa yang cukup mendebar kan, jadi saat melihat flor masuk ke ruangan olahraga yang nyatanya sudah ada stanley di sana, dia langsung membayang kan sebuah adegan mendebar kan.

"Tidak, lebih baik tidak perlu. Sebaiknya kita berpura pura saja menjadi tembok atau bahkan makhluk yang tidak melihat kedatangan mereka. Karna kalau sampai bibi gunn atau kepala pelayan tau, dan mereka masuk ke dalam sana, aku khawatir yang kita pikir kan sama sekali tidak terjadi."

Mendengar itu, ketiganya pun memilih sepakat untuk berpura pura tidak melihat kedatangan flor dan juga stanley ke ruangan olahraga.

>>>>>>>

Sementara itu di ruangan yang para pelayan tadi sedang bicara kan, stanley sedang dalam keadaan shirtlees sembari mengangkat beban berat, yang membuat otot otot di bagian lengan dan dadanya terlihat menonjol.

Laki laki itu memakai earbuds, jadi sama sekali tidak mendengar langkah kaki yang semakin mendekat ke arahnya.

Dan posisinya pun sedang membelakangi sosok tersebut, yang sedang menatap tak berkedip ke arahnya.

.

.

.

.

Di dapur, kini beberapa pelayan sedang bekerja menyiap kan sarapan untuk di hidang kan pada majikan mereka.

Dan salah satu dari mereka ada yang sudah gatal ingin meluap kan perasaannya dan mulai bergosip mengenai acara pertunangan pria yang paling mereka kagumi di mansion ini, pria yang terkadang mereka impikan bisa menjadi kekasihnya atau mungkin jadi istri dari seorang stanley.

Namun impian dan harapan itu harus mereka simpan rapat rapat, atau pun mungkin harus di kubur sedalam dalamnya karna stanley yang sebentar lagi sudah menjadi tunganan wanita lain.

"Hei aku ingin tanya pada kalian semua, apa kah kalian akan rela jika pria yang kita impikan selama ini akan menjadi milik wanita itu? Ku rasa dia bukan lah wanita yang baik, apa lagi yang aku lihat selama dia tinggal di sini dia tidak memiliki kegiatan lain selain mengurus penampilannya saja. Bahkan di saat bangun tidur sekali pun aku bisa melihat adanya riasan tipis di wajahnya saat dia bangun mengambil air minum di dapur, oh astaga aku menjadi curiga apa mungkin selama ini dia memiliki wajah yang sangat buruk rupa, maka dari itu dia selalu memakai riasan tebal untuk menutupinya." Ucap salah satu pelayan memulai percakapan dengan nada mencemoh khas antagonis seperti di dalam sebuah drama.

Mendengar hal itu, beberapa pelayan lain pun saling tatap dan mulai ikut mendekat seakan akan apa yang di kata kan teman mereka barusan adalah sesuatu yang benar adanya.

"Kau benar, apa lagi yang aku dengar dengar dari pelayan senior jika tuan stanley ternyata di jodoh kan dengan wanita itu. Jadi tidak heran jika ekspektasi kita sebelumnya sangat berbeda, bahkan di katakan sangat jauh ke bawah."

"Pantas saja kalau begitu, dan aku juga melihat jika ibu dari tuan stanley terlihat begitu menyukai wanita itu. Dan ternyata mereka adalah hasil kesepakatan perjodohan yang di lakukan orang tua, dan itu cukup membuat ku merasa prihatin pada tuan stanley yang kisah cintanya sudah di atur oleh orang tua tanpa di beri waktu untuk memilih wanita sendiri."

"Ya ku rasa kau benar, apa lagi dari tuan beranjak dewasa dia sudah mengabdi kan diri untuk tuan besar. Dan ku rasa waktu berkencannya tidak ada sehingga sampai saat ini kita belum pernah mendengar jika dia memiliki kekasih, namun tiba tiba dua wanita berbeda usia itu datang dengan mengata kan jika mereka adalah ibu dan juga calon tunangan tuan."

"Ekhemm...apa pekerjaan kalian semua sudah selesai? Mengapa malah berkumpul di sini dan bergosip hal yang tidak jelas, benar benar buang buang waktu." Sentak kepala pelayan yang merasa kesal karna melihat para pelayan muda yang terlihat santai sembari bergosip, padahal sebentar lagi tuan besar mereka akan datang dan tentu saja harus menyiap kan penyambutan.

"Maaf nyonya, kami akan segera menyelesai kan pekerjaan kami dengan cepat." Akhirnya mereka pun bubar, walau pun masih ingin bergosip dengan banyak.

>>>>>>>

Sedang kan itu di lantai 3, saat ini nona muda mereka terlihat sedang fokus pada alat yang dia guna kan. Alat olahraga yang dapat membentuk daging kembar yang tebal di belakang tubuhhnya agar bisa terbentuk menjadi lebih indah lagi, dan itu ia guna kan dengan masih mengguna kan piyama tidurnya yang tipis membentuk siluet tubuhnya yang sempurna dengan dia yang berapa tepat di depan jendela.

Benar benar pemandangan yang menakjub kan, hanya saja sayang sekali pemandangan itu tak ada yang berani menatapnya bahkan satu satunya pria yang juga berada di ruangan tersebut terlihat mencoba untuk tidak menoleh ke arah flor.

Stanley ingin menegur, jika pakaian yang flor kenakan saat ini sangat tidak cocok untuk di bawa berolahraga. Hanya saja, ia belum siap harus beradu argumen lagi dengan bocah yang sudah berani menyata kan perasaan ke padanya.

Bocah nakal yang berani beraninya merusak konsentrasi seorang stanley akhir akhir ini, sampai sampai ia harus menginap di apartemen agar tidak bertemu dengan gadis itu sampai ia bisa mengontrol diri agar tidak terganggu oleh oleh sikap flor saat mereka bertemu.

Dari ekor matanya, flor bisa melihat jika stanley beberapa kali mencuri pandang ke arahnya. Dan flor juga tau, alih alih terpesona dengan penampilannya saat ini, stanley lebih ke arah khawatir sebagai bodyguard sementara yang sudah di percaya kan kakek gordon untuk menjaganya.

Ah, rasanya flor ingin bermain sebentar saja. Karna melihat ada peluang untuk membuat kepala pria itu terasa pusing, dan ya mari kita lihat apa yang akan flor lakukan kali ini.

Gadis itu berhenti, lalu turun dari sana sembari membalik kan tubuh ke arah stanley yang saat ini terlihat fokus mengangkat beban.

"Maaf paman, bisa kah kau membantu ku mengguna kan alat itu? Aku juga ingin menggunakannya, hanya saja aku belum berani menggunakannya sendiri karna khawatir akan cidera tiba tiba." Celetuk flor membuat pergerakan tangan stanly terhenti, dan itu bukan karna permintaan gadis itu melain kan panggilan asing yang entah kenapa membuat stanley merasa terganggu.

"Baik lah nona, namun sebelum itu lebih baik anda berganti pakaian terlebih dahulu. Karna sangat tidak etis berolahraga dengan pakaian tidur yang tipis seperti ini, apa lagi anda juga memakainya di depan pria dewasa yang jelas jelas bukan lah anggota keluarga!." Kata stanley sembari menatap lurus wajah gadis di depannya ini.

Terdengar decihan samar dari mulut flor, merasa jika ucapan stanley sangat terdengar munafik. Karna ia yakin jika pria ini sudah merasa tak nyaman dengan penampilannya, dan tentu saja flor tidak mau itu semua segera berakhir begitu saja.

"Benar kah? Tapi aku merasa nyaman dengan pakaian ini, lagi pula bukan kah kau juga sudah terbiasa melihat penampilan seorang wanita seperti ini? Jadi apa yang perlu di khawatir kan." Flor keras kepala, tidak lagi mengharap kan stanley untuk membantunya.

Gadis itu melewati tubuh stanley begitu saja untuk menjangkau alat lain yang akan ia guna kan selanjutnya, dan bertepatan dengan itu salah satu pelayan datang di depan pintu sedikit mengetuk dengan wajah tertunduk karna tidak sanggup melihat penampilan stanley yang sedang shirtless.

"Permisi tuan, nona!. Maaf mengganggu, di bawah ada teman nona yang mencari." Kata pelayan itu dengan melirik kecil ke arah stanley, sedang kan flor berada di belakang tubuh pria itu.

"Siapa?." Flor bertanya tanpa menoleh ke arah pintu, ia lebih memilih untuk memperhati kan punggung ke kekar di depan sana.

"Ranov, ya namanya adalah ranov. Dia mengata kan ingin menemui nona karna ada hal penting yang ingin di bicara kan, dan dia berharap jika nona akan datang menemuinya."

Flor terdiam, mempertimbang kan untuk menemui ranov atau tidak. "Minta dia datang ke sini!." Ucap flor santai, namun hal itu berhasil membuat stanley langsung menoleh ke arahnya dengan alis mengerut.

"Minta dia agar ke sini saja, kata kan jika aku berada di lantai 3 di ruangan gym, karna kebetulan aku juga sedang membutuh kan bantuannya saat ini." Pelayan itu pun mengangguk, lalu pamit untuk pergi dari sana.

"Untuk apa memintanya datang ke mari? Untuk melihat kau berpenampilan seperti ini, jangan gila flor." Ada nada kesal di sana, membuat flor diam diam tersenyum dalam hati.

"Kenapa tidak? Lagi pula ranov adalah pemuda yang baik, dan ku rasa tidak ada salahnya untuk lebih dekat dengannya. Apa lagi dia juga memiliki ketertarikan terhadap ku, dan kau juga tau itu kan. Paman?." Rahang stanley mengeras, entah kenapa flor semakin gencar membuat emosinya naik.

"Dasar keras kepala? Kau ini seorang gadis, dan tidak selayaknya mempertonton kan tubuh mu di depan lawan jenis."

"Termasuk kau?." Flor menyela, dengan tatapan polos seakan akan baru tersadar akan hal itu.

"Tentu saja, bahkan kau juga tidak boleh berpenampilan seperti ini di depan kakek mu. Jadi lebih baik segera lah pergi ke kamar mu dan berganti lah pakaian sebelum menemui pemuda itu, kau mengerti?!." Suara stanley tegas membuat flor hampir saja menunjuk kan ketakutannya.

"Oh ya ampun, kau benar paman. Tapi sayang sepertinya aku tidak akan melakulan itu, karna aku ingin mendengar penilaian ranov tentang gaun ini saat di pakai berolah raga. Aku juga ingin mengajaknya berolahraga bersama, dan membuat video untuk di jadi kan kenangan nantinya."

"Apa kau bilang?." Stanley bertanya dengan tubuh yang sudah berada tepat di depan flor yang sedang duduk dengan posisi menantang, posisi yang menyesuai kan dengan alat olahraga yang sedang ia guna kan saat ini, dan posisinya tubuh flor juga sedikit berbaring dengan kedua tangan yang siap.

Stanley tau dan sadar betul jika gadis ini sedang mencoba untuk menggodanya kembali, hanya saja dengan cara yang lebih berani apa lagi di tambah kehadiran ranov di bawah sana.

"Ya, aku akan tetap dengan pakaian ku yang seperti ini. Lagi pula tugas mu untuk menjadi ayah yang baik sudah selesai paman, kakek sudah akan pulang sore nanti dan saat dia tiba aku akan mengata kan ke padanya jika aku sudah memutus kan untuk tidak lagi memanggil atau pun menganggap paman sebagai daddy ku."

Sreeeekkk.....

Ucapan tegas yang penuh dengan

tekad dari mulut flor itu berhasil membuat emosi stanley benar benar tersulut, pria itu dengan spontan menarik ujung piyama yang  flor pakai, sehingga mencipta kan sebuah robekan besar di sana, membuat seluruh paha gadis itu terekspos dengan sempurna.

"Apa apaan kau ini, kenapa paman malah merusak piyama ku? Apa kau tau, ini adalah piyama limited edition, dan ini adalah pemberian daisy yang paling bagus selama ini!." Sentaknya, merasa marah dengan perilaku stanley yang tiba tiba saja merobek piyama yang ia pakai yang merupa kan salah satu piyama ternyaman yang ia punya.

Dan bukan hanya itu saja, alasan flor merasa kesal itu juga di karena kan piyama yang ia pakai saat ini memang lah pemberian dari daisy saat ulang tahunnya yang ke 16. Yang mana piyama itu merupa kan piyama yang sangat sesuai dengan seleranya selama ini sekaligus piyama yang sering ia lihat di pakai oleh beberapa selebriti favoritnya. Dan juga karna sebelumnya, daisy sering kali memberi kan hadiah yang tak begitu menarik, apa lagi jika menyangkut hal pakaian.

Hening sesaat, beberapa detik setelahnya perasaan kesal itu pun langsung terganti kan dengan seringai licik penuh trik kotor di bibir pink alami milik flor.

Karna merasa berhasil membuat emosi stanley akhirnya tersulut juga, dan itu adalah pemandangan yang menyenang kan bagi flor dan sangat sayang untuk di lewat kan.

Tak berselang lama dari itu, suara ketukan pintu pun terdengar membuat keduanya dengan kompak menoleh ke sumber suara.

"Ah, itu pasti ranov." Flor pun terlihat terburu buru untuk bangkit, tidak lagi menghirau kan penampilannya yang saat ini begitu terbuka.

"Kau mau ke mana flor?." Tahan stanley pada lengan kecil itu.

"Tentu saja ingin membuka kan pintu untuk ranov!, menyingkir lah paman kau membuatnya menunggu terlalu lama."

Oh shit..

Dengan gerakan cepat, stanley meraih tubuh ramping milik nona muda itu untuk di angkat ala karung beras, membuat celana dalam hitam yang di pakai flor terekspos dengan sempurna.

Pekikan flor memenuhi ruangan itu, membuat ranov yang ada di depan pintu sana merasa cemas di buatnya.

"Flor? Apa kau baik baik saja, mengapa beteriak." Ranov mencoba membuka pintu, namun ternyata pintu itu sudah lebih dulu di kunci oleh stanley mengguna kan remot control yang sempat dia raih.

"Lepas kan aku paman, kau mau bawa aku ke mana ha?." Teriaknya, di mana gadis itu terus saja meronta ronta untuk di lepas kan, namun stanley sama sekali tak berniat melepas kan apa lagi membiar kan florencia membuka kan pintu untuk ranov dalam keadaan nyaris telanj4ng seperti ini.

Pasalanya stanley juga dapat merasa kan, jika saat ini dua choco cips pink di dada flor yang sekarang terasa sangat mengganggu, dan sudah bisa di pasti kan jika gadis ini tidak mekai bra sama sekali.

Byurrr....

Dengan satu kali dorongan, flor sudah berada di dalam bathub yang ada kamar mandi ruangan itu. Kamar mandi mewah yang sudah di lengkapi dengan peralatan yang sama seperti kamar lainnya, termasuk kamar mandi yang ada di kamar florencia.

"Bersih kan diri mu, dan pakai ini jika ingin bertemu dengan anak itu." Stanley pun pergi dari sana, meninggalkan flor yang tampak terpaku sembari memegang kemeja milik stanley yang memang sering ada di ruangan itu.

"Ha..ha....ha....ha..." tawa renyah pun menggema, di sertai perasaan senang yang begitu besar.

Flor tersenyum sembari memeluk kemeja kebesaran milik pria yang ia sukai, dan tentu saja dengan senang hati flor akan memakainya setelah mandi nanti.

>>>>>>

Sedang kan itu di luar kamar mandi, kini stanley sudah membuka kan pintu untuk ranov. Dan tentu saja raut wajah pemuda itu tampak sedikit heran karna melihat keberadaan stanley di sana, belum lagi pria itu yang hanya bertel4njang dada dengan keringat yang membasahi tubuh kekarnya.

"Mm..paman, apa flor masih ada di sini? Aku baru saja di beritahu oleh pelayan jika flor meminta ku untuk ke mari, dan....di mana dia sekarang?."

Suara gemercik air membuat ranov langsung menoleh ke arah kamar mandi, membuatnya mengerti jika saat ini gadis idamannya itu sedang berada di sana.

Tak membutuh kan waktu lama, flor pun keluar dengan rambut basah serta piyama kebesaran milik stanley yang membungkus tubuh indahnya.

Bukannya merasa penampilan flor lebih baik dari sebelumnya, justru penampilan gadis itu semakin berhasil mematik sesuatu di dalam diri stanley.

Oh astaga, harus apa lagi yang stanley lakukan agar penampilan flor bisa terlihat sedikit sopan dan nyaman saat di lihat.

"Hai? Apa kau sudah lama?." Sapa flor begitu santai, sembari berjalan ke arah di mana handuk milik stanley berada.

Dan dengan gerakan slow motion flor mulai mengering kan rambut tebalnya itu, sembari menatap ke arah ranov dengan senyum tipisnya, dan tak lupa melirik stanley yang semakin di liputi oleh amarah.

"Mm..be...belum flor, aku baru saja tiba." Kata ranov sedikit gugup melihat flor yang seperti ini, dan itu membuat stanley langsung melayang kan tatapan tajam pada pemuda itu.

"Kau." Suara stanely yang tegas membuat ranov terpengarah karna tersentak dengan suaranya."Tunggu lah di ruang tamu, flor akan menemui mu di sana." Sambungnya membuat ranov mengagguk dengan pasti, lalu mulai peergi dari ruangan tersebut menyisa kan stanley dan flor lagi.

"Apa kau senang? Kau sepertinya begitu suka melihat pemuda itu mentap penuh minat seperti tadi.

Flor memutar bola matanya dengan malas saat mendengar ocehan kekesalan dari pria ini, flor sedikit berdecih dan mulai mendekat ke arah stanley dengan gerakan lambat namun penuh pesona.

"Ada apa paman? Kenapa sedari tadi kau terlihat begitu banyak bicara dan banyak mengurusi tentang penampilan ku, bukan kah kau bilang aku ini hanya lah bocah ingusan?. Lantas kenapa kau terlihat panik, apa lagi saat melihat reaksi takjub yang ranov beri kan?."

Flor bertanya, dan dengan sengaja menghembus kan nafasnya lebih keras di depan dada bidang itu. Lalu mendongkak untuk melihat tatapan datar yang stanley beri kan ke padanya, itu benar benar luar biasa.

"Omong kosong!." Kata stanley acuh, lalu berjalan ke arah pintu dan pergi dari sana meninggalkan florencia yang sedang menatap penuh arti ke arahnya.

>>>>>>>>

Beberapa jam sudah berlalu, dan tak terasa kini tuan gordon sudah berada di dalam perjalanan menuju mansion bersama cucunya yang sore tadi sudah datang untuk menjemputnya di bandara, dan flor tentu tidak sendiri. Gadis itu di temani oleh bibi gunn dan juga stanley yang saat ini tengah duduk di samping bibi gunn sembari menyetir, dan juga sedikit mengobrol dengan tuan gordon untuk membicara kan mengenai perusahaan dan juga acara pertunangan pria itu yang tinggal 3 hari lagi.

"Dan kau sayang? Bagaimana dengan sekolah mu flor? Apa selama ini kau tidak berbuat ulah, maksud kakek kau tidak membuat daddy mu sakit kepala dengan tingkah ajaib mu itu kan?." Tanya tuan gordon dengan menoleh ke arah cucunya, yang sedari tadi tampak asik dengan ponsel di tangannya dan tak berminat untuk ikut mengobrol tentang pembahasan mereka yang cukup santai.

"Baik kek, semuanya berjalan dwngan baik baik saja. Dan memang ada beberapa hal yang tidak sesuai dengan yang aku harap kan, tapi itu tidak masalah." Ada helaan nafas kasar di sana, membuat tuan gordon menyipit kan mata menatap cucunya. "Tapi kakek tidak perlu khawatir, karna cucu cantik mu ini bisa mengurus segalanya. Dan kau juga harus tau, jika aku sudah melepas kan paman stanley. Aku tidak lagi memanggilnya daddy, tapi paman." Ucapnya di iringi dengan senyum manis yang membuat giginya yang rapih terpancar dengan indah.

Hal itu membuat tuan gordon cukup kaget, dan dengan cepat menoleh ke arah depan di mana stanley saat ini berada lalu kembali menatap ke arah cucunya.

"Ada apa sayang? Mengapa kau tidak mengingin kan itu lagi, padahal dari dulu kau sudah bersusah payah untuk membujuk kakek bahkan stanley agar dia mau di panggil daddy oleh mu. Dan sekarang, coba beritahu kakek apa alasan mu untuk tidak lagi memanggilnya dengan sebutan itu?."

Baik tuan gordon mau pun stanley, kedua pria berbeda usia tersebut tampak menunggu jawaban apa yang akan florencia ucap kan.

"Mm...entah lah, aku hanya merasa jika sepertinya aku harus sadar diri untuk itu kek. Seharunya aku sadar sejak lama jika tidak seharusnya aku memanggil pria asing dengan sebutan daddy, yang mana sudah sangat jelas jika orang itu tidak merasa nyaman bahkan tidak suka dengan hal itu."

Hening beberapa saat, membuat flor kembali bersuara. "Selain itu, aku juga ingin menghormati calon tunangan paman stanley yang tampak tidak nyaman dengan kedekatan ku dengan calon suaminya, bahkan dia juga sepertinya tidak suka saat aku memanggil paman stanley dengan sebutan daddy. Jadi setelah aku pikir pikir, sudah saatnya aku mengubah panggilan itu." Ungkapnya, membuat seseorang yang ada di kursi depan tampak terganggu dengan keputusan tersebut.

••••••

Satu hari lagi, satu hari lagi pesta pertunangan stanley dan juga medy akan di adakan.

Dan saat ini baik nyonya zelita, medy dan juga beberapa pelayan yang di percaya kan untuk membantu acara tersebut sudah lebih dulu berangkat ke leesburg.

Sedang kan tuan gordon dan juga stanley, mereka akan berangkat setelah  jam makan siang, mengingat harus menunggu flor pulang sekolah terlebih dahulu.

>>>>>>

Di sekolah......

"Jadi, kau akan datang ke sana flor? Kau akan menyaksi kan secara langsung pria yang selama bertahun tahun ini kau sukai akan menjadi tunangan wanita lain, apa kau sanggup?." Tanya remika tampak penasaran, sebab sedari pagi tadi flor malah terlihat santai dan terlihat tak terganggu dengan pertunangan stanley dan juga medy yang akan di adakan besok.

Padahal kan seharusnya gadis ini sedih, paling tidak mengeluh ke padanya. Tapi apa ini, flor terlihat acuh bahkan sedari tadi banyak tertawa dan bercanda dengan ranov.

Saat ini keduanya tengah duduk di taman belakang sekolah, duduk berdua meninggalkan ranov dan daisy yang sedang mengerja kan tugas di perpustakaan.

"Menurut mu, Apa kah aku harus mengacau kan acara itu mika?." Remika mengerut kan alis mendengar pertanyaan flor yang cukup sulit ia jawab, padahal pertanyaannya tadi belum di jawab oleh sahabatnya ini.

Berpikir beberapa saat, remika pun menjawab dengan pelan. "Sebenarnya jika itu di ambil dari sudut pandang gadis baik hati seperti ku, aku rasa aku akan mencoba untuk merelakannya seperti aku merelakan paman levi untuk kekasihnya. Tapi jika aku mengambilnya dari sudut pandang gadis gila seperti mu, aku yakin kau tidak akan membiar kan pesta itu berjalan dengan semestinya. Apa lagi kau masih menyukainya kan?, apa aku salah?."

Terdengar kekehan samar di sana, membuat remika semakin bingung melihatnya. "Kau benar, hanya saja kali ini aku ingin bermain dengan cara ku sendiri. Bermain dengan cara yang tak terduga dan menyesuai kan usia orang dewasa seperti paman stanley, dan kau tau? Aku akan menghadiahi mereka sebuah kejutan kecil, dan aku sangat yakin jika itu akan berhasil membuat mereka merasa syok begitu melihatnya."

"Apa itu? Kenapa terdengar sangat menarik, apa di sana kau akan menculik calon tunangannya dan mengganti kan wanita tua itu?."

Plakk....

Geplakan pelan di paha remika berhasil membuat gadis itu sedikit meringis.

"Apa kau pikir ini adalah sebuah drama membosan kan yang sering kau lihat bersama daisy itu? Ayo lah mika, kita ini tidak sedang berada di dunia fantasi, dan juga kita ini bukan lah remaja lagi. Kita ini adalah gadis dewasa yang statusnya tinggal beberapa bulan lagi, dan jika kau ingin melihat hadiah ku itu, maka kau harus ikut dengan ku ke sana!." Ucap flor dengan dada terangkat begitu percaya diri, jika rencananya kali ini akan benar benar membukti kan apa kah stanley memiliki perasaan yang sama dengannya atau tidak.

Dan jika memang iya, maka flor akan bertindak gila di pesta itu. Dan juga sebaliknya, jika stanley lagi lagi menolaknya dengan terlihat biasa saja, maka flor akan berhenti untuk memgejar laki laki itu.

"Kapan kau akan berangkat?." Lamunan sesaat florencia terbuyar kan begitu remika bertanya mengenai keberangkatannya.

"Sore nanti." Kata flor mengabai kan pesan dari bibi gunn jika keberangkatan mereka ke lessburg itu siang ini, bukan sore.

"Benar kah? Tapi aku tidak di undang flor, jadi tidak mungkin kan aku datang ke sana tanpa membawa undangan."

"Ck, kau tenang saja untuk itu. Bukan kah kau akan datang bersama ku? Lagi pula kita tidak memerlu kan undangan tersebut, sebab keluarga kakek adalah tamu penting di acara ini."

Setelah itu, keduanya pun terlarut dalam obrolan mengenai gaun apa yang akan mereka pakai di acara tersebut. Dan tak lupa, keduanya juga berencana akan menjadi pusat perhatian di pesta itu, dan kalau bisa akan mengalah kan si pemilik acara.

>>>>>>

Sedang kan itu di sisi stanley, kini pria itu sedang duduk di depan tuannya sembari menjelas kan beberapa laporan perusahaan yang selama ini di tanggung jawab kan ke padanya.

"Luar biasa, kau tidak pernah mengecewa kan ku ley. Kau selalu bisa di andal kan bahkan di saat sibuk mempersiap kan acara pertunangan mu, aku sangat bangga!." Ungkap tuan gordon dengan senyumnya yang lebar yang mampu menghiasi wajah keriputnya yang masih terlihat tampan itu.

"Terima kasih tuan, terima kasih karna masih mempercaya kan ku." Kata stanley yang sebenarnya pikirannya saat ini sedang ke mana mana. Ah tidak, bukan ke mana mana tapi lebih ke arah acara pertunangannya dan juga tupai kecil yang semakin berhasil mempengaruhi pikirannya tersebut.

Tuan gordon pun mengangguk, lalu kembali bicara saat teringat akan sesuatu yang seharusnya sudah ia bicara kan dengan stanley lebih dulu.

"Apa nanti setelah acara pertunangan mu, kau akan tinggal lebih lama di leesburg?." Wajah tuan gordon kembali serius, saat bertanya dengan nada tegas membuat stanley merasa penasaran dengan apa yang paruh baya itu ingin kata kan.

"Sepertinya begitu tuan." Dan jawaban stanley itu membuat tuan gordon mengangguk paham sebagai tanggapan.

"Baik lah kalau memang begitu, semoga liburan mu kali ini akan menyenang kan. Apa lagi nyonya zelita terlihat sangat mengingin kan jika kau bisa berkumpul lebih lama bersama keluarga di sana, dan kebetulan aku dan juga flor akan berkunjung ke rumah lamanya untuk sedikit mengenang mendiang orang tuanya." Ucap tuan gordon kembali tersenyum.

"Hm, flor juga pernah mengata kan jika akhir akhir ini dia sering merindu kan mendiang ibu dan ayahnya. Dan sepertinya berkunjung ke rumah lama akan menjadi pilihan bagus agar dia bisa sedikit lebih tenang."

"Ya, kau benar. Dan bicara mengenai anak itu, sepertinya sudah saatnya aku mencari kan pendamping untuknya, apa lagi setelah usianya 17 tahun nanti dia akan semakin tak terkendali dalam bergaul. Bagaimana menurut mu ley? Kira kira pemuda mana yang akan bisa menjaganya dan mengontrol tingkat kenakalannya yang sudah di luar batas itu, apa mungkin putra tuan roberto? atau mungkin putra tuan samuel yang sekarang menjadi temannya itu?."

Di bawah meja, kedua tangan stanley terkepal erat entah apa penyebabnya. Namun satu hal yang pasti, dia tidak suka dengan rencana tuannya itu yang akan menjodoh kan flor dengan pemuda di luar sana atau lebih tepatnya salah satu putra dari rekan kerjanya selama ini.

Mencari kan tupai kecil nakal itu seorang pendamping? Oh astaga, rasanya tak akan ada yang mampu menghadapi seorang florecia yang keras kepala.

Dan ranov? Mengapa tuannya ini menyebut pemuda itu, pemuda bermata abu abu yang sudah lama mengicar nona nya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!