Freya, seorang gadis ceria dan penuh ambisi memiliki sifat layaknya seorang remaja pada umumnya. Gadis itu sangat mengidolakan Arvin Mahardika, seorang aktor sekaligus model yang sangat tampan, sehingga tak heran jika dirinya memiliki banyak fans fans dari kalangan seusianya. Namun, dari sekian banyak fansnya, hanya satu yang bikin sang aktor pusing, yaitu Freya. Gadis yang menurutnya memiliki gangguan jiwa karna kelakuannya yang menurutnya terlalu berlebihan sebagai seorang fans. Segala cara ia lakukan agar gadis itu berhenti mengejarnya, mulai dari sifat tegasnya sampai mempermalukannya di media hingga membuat Freya sempat menyerah. Namun, tak sengaja ia mendengar percakapan salah satu seorang aktor yang merupakan sahabat dekat sang idola, membuatnya bertekad menyelamatkan sang idola sekaligus pujaan hatinya. Berbagai cara ia lakukan agar bisa memantau kegiatan sang idola, sampai pada akhirnya ia memilih pergi dan menjauh dari kehidupan Arvin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rezqhi Amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pemotretan
Saat ini Arvin dan Freya berada di dalam mobil. Sesuai rencana, keduanya menuju ke tempat pemotretan. Freya nampak sibuk melihat tabletnya untuk mengatur waktu Arvin, dan juga membalas satu persatu orang yang bekerja sama dengan Arvin. Ya memang dalam dunia entertainment, saat kita ingin memakai jasa seorang artis atau model kita tidak akan berkomunikasi lansung dengan artis atau model tersebut. Melainkan melalui manajernya dulu.
Mereka berdua telah sampai ke tempat tujuan. "Selamat siang Arvin, saya kira kamu tidak sempat datang karena mencari manajer baru. Saya lihat postingan mu kemarin di Instagram," ucap seorang wanita yang berumur sekitar 30 an. Nampaknya wanita itu pemilik brand yang bekerja sama dengan Arvin.
"Udah dapat," ucap Arvin sambil melirik ke arah Freya.
"Halo bu, selamat siang. Perkenalkan saya Freya, manajer baru pak Arvin," ucap Freya ramah sambil menjulurkan tangannya ke arah wanita didepannya. Wanita didepannya pun tersenyum, "saya Tyas pemilik jaket kulit brand XXX yang membayar jasa Arvin untuk mempromosikannya lagi," ucap wanita itu yang bernama Tyas sambil membalas uluran tangan Freya.
"Oh ya, saya kira cewek ini pacar kamu, soalnya kalian serasi. Tau-taunya manajer baru," ujar bu Tyas lagi sambil sedikit tertawa .
Arvin dan Freya yang mendengar itu saling memandang satu sama lain, sampai pada akhirnya Freya memutuskan kontak mata tersebut. "Hem, maaf sebelumnya bu. Bisa kita mulai acara pemotretannya, mengingat setelah ini Arvin ada jadwal lain," ucap Freya dengan sopan lagi.
"Ya, silahkan," ucap bu Tyas sambil duluan masuk ke tempat pemotretan tersebut kemudian disusul oleh Arvin dan Freya.
Arvin pun sedikit di dandani agar kelihatan lebih fresh oleh orang khusus, dan membuka sweater yang saat ini dikenakannya menyisakan kaos oblong berwarna hitam. Cowok itu kemudian memakai jaket kulit milik bu Tyas dengan rambut yang sengaja dibuat berantakan sedikit agar terkesan badboy.
Freya yang melihat itu sangat terpana. Pandangannya tak pernah lepas dari cowok itu. Menurutnya penampilan idola didepannya ini berkali-kali lipat lebih tampan.
'Ya Allah, sungguh sempurna banget ciptaan mu ini. Rasanya pengen culik ke KUA,' batin Freya sambil menggigit bibir bawahnya. 'Auranya cool banget sumpah,' batin gadis itu lagi. Tidak heran jika cowok ini selalu laris dikalangan permodelan, aura model nya saja sangat kuat.
"Mbak Freya terpesona ya sama ketampanan Arvin," ucap bu Tyas yang melihat Freya sangat terpukau. Freya yang mendengar itu tanpa sadar mengangguk.
"Iya sih, Arvin itu merupakan aset berharga. Auranya sangat kuat, saya aja yang lebih tua mengangguminya," ucap bu Tyas lagi yang di angguki oleh Freya.
"Tidak heran sih kalo dia itu salah satu aktor dengar endorse termahal, 1 M sekali review. Walau demikian banyak perusahaan yang meng endorse nya karena terjamin barang yang di review oleh Arvin dalam sejam lansung ludes" jelas bu Tyas lagi. Freya yang mendengar itu, menoleh ke arah bu Tyas.
"1 M?" tanya Freya untuk memastikan bahwa dirinya tidak salah dengar. "Yup, satu M," jawab bu Tyas lagi sambil mengamati Arvin yang sedang berpose.
'Gila, gak main-main mahalnya. Sekali review doank satu M, gue perhatikan tadi di tab ada banyak perusahaan yang ingin meng endorse nya. Tajir melintir donk, pantas aja si Ryan Ryan itu iri dengan Arvin,' batin gadis itu sambil geleng-geleng kepala.
Kini Arvin mundur dan duduk di sofa yang telah disediakan. Cowok itu beristirahat sejenak sebelum take lagi. Walau cuma pose-pose doank tapi sangat melelahkan. Freya yang melihat itu mendekat ke arah Arvin. Gadis itu pun memberikan air mineral yang tersedia di meja itu. Di meja itu memang tersedia beberapa botol air mineral kemasan sedang untuk tamu-tamu yang sedang haus.
Arvin menerima mineral tersebut dan lansung meneguknya habis. Freya yang melihat itu menelan saliva nya. Pasalnya makhluk di depannya ini berkali-kali lipat kelihatan seksi. Melihat keringat yang bercucuran di wajah cowok itu, Freya mengambil tisu dan berinisiatif ngelap keringat tersebut. Arvin yang kaget, balik menatap Freya yang sedang fokus menghapus keringatnya. 'Ini keknya gue beneran sakit jantung deh,' batin cowok itu.
"So sweet sekali, anda benar-benar beruntung karena memiliki manajer yang sangat perhatian," ucap bu Tyas senang melihat tingkah dua anak muda di depannya ini. Sedangkan Freya yang mendengar itu menarik tangannya dari wajah sang idola dan tersenyum kikuk.
"Hehehe, itu sudah kewajiban saya bu," ucap Freya canggung.
"Menurut pandangan saya, kalian ini berjodoh loh. Terlihat sangat serasi," ucap bu Tyas sambil tersenyum. 'Aminn, mudah-mudahan saja ya Allah,' batin gadis itu cepat. Mana mungkin dia mengatakan kalimat itu terang-terangan, yang ada Arvin akan ilfil karena dianggap tidak profesional.
***
Freya dan Arvin kini berada di sebuah restoran yang terlihat mewah. Kedua remaja tersebut memutuskan untuk singgah memberikan asupan pada perutnya yang mulai lapar. Freya tidak menyangka bahwa ia akan dibawa ke tempat yang megah seperti ini. Ini sepertinya bukan restoran sembarangan. Terlihat dari hiasan-hiasan di restoran ini sangat elegan.
Kini pelayan datang menghampiri mereka dan memberikan daftar menu yang tersedia restoran itu. Alangkah terkejutnya Freya melihat daftar harga di setiap menu nya. 'Gila, nasi gorengnya aja 100 ribu. Nasi goreng apaan itu 100 ribu. Mending di kaki lima lima belas ribu, udah enak banget lagi,' batin Freya sambil menelan saliva nya melihat daftar harga yang menurutnya tak wajar.
"Lo mau pesan apa," tanya Arvin ke Freya.
"Hehehe, gak usah deh. Gue masih kenyang," tolak Freya. Dia tidak ingin uangnya habis percuma gara-gara makanan yang menurutnya fantastis. Sebenarnya gadis itu lapar, tapi dia tahan. Nanti dia akan cari warung-warung pinggir jalan yang jauh lebih murah.
"Steak beef 2 plus nasinya 2 porsi, jus orange 2, air mineral sedang 2," ucap Arvin kepada pelayan yang berdiri di meja dua remaja tersebut. Freya yang mendengar itu melototkan matanya, padahal tadi gadis itu menolaknya namun tetap saja dipesankan. Lebih-lebih ia sempat melihat harga steak beef yang dipesan cowok itu seharga 450 per porsinya.
"Vin, gaji gue gak dipotong kan," bisik gadis itu setelah melihat pelayan tadi pergi.
"Lo kira gue gak mampu bayar makan lo," ucap Arvin dengan dinginnya. Cowok itu sedikit tersinggung dengan ucapan gadis di depannya.
"Iya juga sih, percaya gue. Orang tarifnya aja mehong banget," gumam Freya yang masih didengar oleh Arvin.
"Selama lo kerja sama gue, makan dan kebutuhan lo gue tanggung tanpa potongan gaji," ucap Arvin lagi tegas. "Oh ya gaji lo 30 juta sebulan," ucap cowok itu lagi yang berhasil membuat gadis didepannya tersedak saliva nya sendiri. 'Busyet, gue bisa nabung untuk berangkatin orang tua gue haji kalo gini caranya, bodo banget sih manajernya yang dulu maunya aja di kompor-komporin hingga resign,' batin gadis itu. Tak lama kemudian makanan yang mereka pesan, lebih tepatnya Arvin yang pesan telah datang. 'Wih, gini nih rasanya makan di restoran megah gini, mana makanannya kelihatan menggiurkan sih,' batin gadis itu sambil melihat makanan yang ditata pelayan tadi didepannya. Setelah pelayan itu pergi, dua remaja tersebut menikmati hidangan didepan matanya. Lebih tepatnya Arvin duluan yang menikmati hidangan tersebut. Sedangkan Freya, gadis itu memotret hidangan itu dulu dan memamerkannya pada Anya. Ia yakin sahabatnya itu pasti sangat iri melihat ini.
