NovelToon NovelToon
Istri Bar-bar Ustad Tampan

Istri Bar-bar Ustad Tampan

Status: tamat
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Kehidupan di Kantor / Identitas Tersembunyi / Tamat
Popularitas:9k
Nilai: 5
Nama Author: fania Mikaila AzZahrah

Aku ingin kebebasan.

Aku ingin hidup di atas keputusanku sendiri. Tapi semua itu lenyap, hancur… hanya karena satu malam yang tak pernah kusangka.

“Kamu akan menikah, Kia,” kata Kakek, dengan suara berat yang tak bisa dibantah. “Besok pagi. Dengan Ustadz Damar.”

Aku tertawa. Sebodoh itu kah lelucon keluarga ini? Tapi tak ada satu pun wajah yang ikut tertawa. Bahkan Mamiku, wanita modern yang biasanya jadi pembelaku, hanya menunduk pasrah.

“Dia putra Kiyai Hisyam,” lanjut Kakek.
“Lulusan Kairo. Anak muda yang bersih namanya. Cermin yang tepat untuk membasuh aib keluargamu.”

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fania Mikaila AzZahrah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 33

Pagi itu langit Tokyo bersih. Gedung kaca tempat kantor pusat perusahaan keluarga Kazehaya menjulang anggun. Di lantai tertinggi, ruangan rapat utama sudah terisi nyaris penuh. Deretan pria paruh baya dengan setelan jas rapi terlihat serius. Aura mereka tenang, tapi tatapan mata mengamati siapa pun yang masuk.

Pintu terbuka perlahan. Seorang perempuan muda mengenakan setelan putih gading masuk dengan langkah percaya diri. Rambut panjangnya disanggul rapi, dan ada senyum tipis tapi tegas di wajahnya.

"Itu dia... Kazehaya-san yang baru," bisik salah satu petinggi pada rekannya.

Kia membungkuk dengan anggun. "Ohayou gozaimasu, minna-san. Terima kasih atas kesediaannya hadir pagi ini," sapanya dalam bahasa Jepang yang fasih.

Salah satu direktur senior, pria berkacamata yang duduk di tengah, menyahut dengan ekspresi ramah.

"Kazehaya-sama, selamat datang. Kami semua menantikan pandangan segar dari Anda sebagai pemimpin baru," katanya sopan.

Kia duduk. Suasana hening sebentar. Ia menatap satu per satu wajah di ruangan.

"Saya tahu saya masih muda, perempuan, dan dibesarkan di luar negeri. Tapi darah yang mengalir di tubuh saya tetap darah Kazehaya. Kakek saya mendirikan perusahaan ini dengan niat yang besar. Hari ini, saya datang bukan hanya untuk memimpin, tapi menyatukan nilai lama dan baru," ucap Kia tenang.

"Menarik," ucap direktur bagian ekspor. "Apa strategi pertama Anda, Kazehaya-san?"

Kia tersenyum. Ia mengangkat berkas tipis berwarna biru. "Saya ingin semua supplier makanan dan minuman yang bekerja sama dengan perusahaan kita wajib mengantongi sertifikat halal dan kualitas kesehatan yang sudah terverifikasi. Kita mulai dari internal kantin pegawai akan diganti seluruh menunya menjadi halal dan sehat, agar semua bisa makan tenang tanpa ragu, apapun agamanya."

Beberapa wajah terlihat saling melirik. Tak sedikit yang mengangguk pelan.

"Langkah berani," sahut seorang direktur muda. "Tapi ini bisa jadi pembeda besar untuk reputasi global."

Kia mengangguk. "Saya ingin perusahaan ini bukan hanya besar secara profit, tapi juga jadi tempat kerja yang aman dan saling menghargai perbedaan. Jepang, dan Islam, dua identitas saya yang ingin saya satukan lewat kebijakan," imbuhnya mantap.

Ustadz Damar yang duduk di sisi luar ruangan rapat menatap Kia dengan kagum. Ia tak ikut campur, tapi kehadirannya membawa ketenangan.

"Dan mulai pekan depan," tambah Kia, "setiap Jumat sore, kantor akan mengizinkan break time selama satu jam untuk pegawai Muslim melaksanakan ibadah. Saya sudah bicara dengan HR, dan masjid terdekat siap bekerja sama."

"Bagus," seru salah satu penasihat senior. "Kamu muda, tapi keputusanmu penuh hati."

Kia tersenyum lagi, kali ini lebih lepas. "Saya dibesarkan dengan cinta, dan saya percaya cinta pada nilai-nilai baik bisa menjadi kekuatan dalam memimpin."

Malam datang dengan tenang. Lampu kota Tokyo menyala seperti lautan bintang dari balik jendela kamar hotel mereka. Udara musim semi terasa lembut. Dari balkon, suara angin membawa aroma sakura yang belum sepenuhnya gugur.

Kia merebahkan diri di tempat tidur, mengenakan piyama katun yang nyaman. Matanya menyipit melihat suaminya yang masih sibuk memeriksa jadwal esok hari.

“Mas, sini deh,” ucap Kia sambil menepuk sisi ranjang.

Ustadz Damar tersenyum, lalu mendekat, menyelipkan tubuhnya ke samping Kia. Hening sejenak menyapa mereka berdua, hanya napas dan detak yang saling menjawab. Tangannya dengan lembut menyentuh perut Kia yang masih rata.

“Di sini ya nanti… calon buah hati kita tumbuh,” gumam Damar pelan, lalu mengecup pelan bagian itu dengan penuh takzim.

Kia memejamkan mata. “Aku kadang masih nggak percaya semua ini nyata,” katanya pelan, hampir seperti berbisik.

Ustadz Damar membalas dengan senyuman lembut. “Allah punya cara yang ajaib untuk menenangkan hati manusia,” ujarnya.

Mereka tidak banyak bicara malam itu. Kehangatan dan kebersamaan terasa cukup. Tidak ada gengsi, tidak ada jarak. Hanya keikhlasan dua hati yang saling menguatkan.

“Mas bahagia?” tanya Kia sambil menoleh perlahan.

“Lebih dari itu. Aku bersyukur,” jawab Damar dengan suara yang dalam dan mantap.

Ia merapikan selimut, lalu membisikkan doa sebelum tidur. Kia menatap langit-langit, sambil mengusap perutnya sendiri.

“Semoga kamu sehat ya, kecil,” imbuh Kia pelan, seolah berbicara pada sang janin yang belum menampakkan diri.

Lampu kamar diredupkan. Mereka saling berpeluk dalam hening, membiarkan malam menjaga kedamaian mereka.

Hari terakhir di Jepang. Udara Tokyo masih sejuk, matahari baru naik separuh. Kia dan Ustadz Damar memilih berjalan kaki menyusuri jalanan kecil dekat hotel, tangan mereka saling menggenggam, sesekali tertawa karena topik obrolan yang entah kenapa selalu ringan.

“Yang, kita mulai dari mana dulu ya belanjanya? Aku takut kalap,” ucap Kia sambil melirik catatan di ponselnya.

Ustadz Damar tersenyum tipis, “Yang penting jangan sampai nambah koper lagi, ya,” katanya mengingat koper tambahan waktu berangkat saja sudah dua.

“Pertama buat Ummi dan Abi dulu. Nyai Kalsum pasti suka teh hijau asli Jepang, terus Abah Hanif itu suka banget makanan ringan,” imbuh Kia antusias.

Damar mengangguk, “Kalo buat Zahrah?”

“Boneka geisha lucu atau kimono anak-anak. Kayaknya cocok dia pakai buat konten dakwah remaja,” balas Kia sambil menunjuk toko suvenir yang ramai turis.

Mereka masuk dan mulai memilih oleh-oleh satu per satu. Kia menyisihkan waktu khusus untuk adik iparnya, Darwis, dan istrinya, Annisa. “Yang, Darwis suka teknologi, ya? Gimana kalau kita beliin alat seduh kopi modern ini?” ujarnya menunjukkan kotak mungil elegan.

Damar menanggapi cepat, “Boleh. Nissa juga kayaknya bakal senang dapet skincare Jepang. Katanya dia lagi cari yang bisa bikin glowing tapi halal.”

Setelah itu, mereka melangkah ke toko kerajinan tangan. “Fajar sama Putri belum ya?” tanya Kia sambil melihat kertas washi dan pena kaligrafi Jepang yang cantik.

“Putri suka yang klasik. Fajar lebih suka yang minimalis. Ambil dua motif berbeda, Yang,” saran Damar.

Tak lupa mereka mampir ke pasar Nishiki untuk membeli cemilan kemasan, permen matcha, biskuit rasa sakura, dan mochi isi kacang merah buat para guru pondok pesantren Al Firdaus. Kia tak ingin ada yang terlewat, termasuk asisten rumah tangga di mansion milik almarhum kakeknya.

“Yang, kalo buat mbak-mbak di rumah, aku mau beliin apron lucu Jepang ini. Biar mereka senang dan ngerasa dihargai juga,” katanya sambil menunjuk gantungan kain bermotif cherry blossom.

Ustadz Damar mengusap punggungnya pelan. “MasyaAllah. Istri shalihah mikirin semua orang,” pujinya lirih.

Kia hanya tersenyum kecil. Hatinya hangat melihat kantong-kantong belanja mulai menumpuk.

Sore harinya mereka duduk berdua di taman dekat penginapan, menatap langit Tokyo yang mulai oranye. “Terima kasih ya udah temenin aku belanja seharian,” ucap Kia pelan.

“Terima kasih juga udah ngajak aku jalan dalam rute hidupmu,” balas Damar dengan tatapan teduh.

Mereka tak bicara panjang lebar. Karena cinta kadang tak perlu dijelaskan, cukup dirasa dalam diam yang penuh makna.

1
Siti Nina
Nyess banget ke hati mantap nih author nya 👍👍👍
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: makasih banyak kakak..

bisa mampir baca novel aku yang lain judulnya Pawang Dokter Impoten n Iman Diujung Rindu
total 1 replies
Siti Nina
Keren ceritanya 👍👍👍👍
Eva Karmita
KIA kamu egois kenapa kamu ngk berontak waktu belum jadi istri pak ustadz dan sekarang Baru menyesal setelah semalam mendesah hedeeehh 🤦🏻‍♀️😤
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: hehehe 🤭🤣
total 1 replies
Purnama Pasedu
di sabarin ya kia
Meirah
serunya
Mutia bee🐝
Ceritanya bagus semangat kakak
Purnama Pasedu
betul kia
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: makasih banyak masih setia baca kakak 🙏🏻🥰
total 1 replies
Purnama Pasedu
akan banyak cela kia
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: itulah hidup kak baik semakin dicela lebih-lebih kalau sudah jelek dari awal
total 1 replies
Purnama Pasedu
ustadz bisa ae
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: pintar gombal yah 🤭🤣
total 1 replies
Purnama Pasedu
iya kia
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: hehehe 🤭
total 1 replies
Purnama Pasedu
tapi kadang tempat kerja ngelarang pakai hijab ya
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: iya kakak tergantung dari peraturan perusahaan
total 1 replies
Purnama Pasedu
bisa ae pak ustadz
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: pak ustadz gaul 😂
total 1 replies
Purnama Pasedu
masih galau ya kia
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: hehehe 🤭
total 1 replies
Purnama Pasedu
aamiin
Purnama Pasedu
pasangan yg kocak
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: makasih banyak masih setia baca 🙏🏻🥰
total 1 replies
Purnama Pasedu
kia terlalu keras ya
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: sabar kak ujian sang ustadz tapi nanti dapat hidayah kok 🤣🤭
total 1 replies
Purnama Pasedu
si kakek
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: ulah kakeknya akhirnya gol 🤭🤣
total 1 replies
Purnama Pasedu
kia jadi diri sendiri aj,perlahan aj
Eva Karmita
semangat otor 🔥💪🥰
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: Alhamdulillah makasih banyak kakak
total 1 replies
Eva Karmita
semangat ustadz... yakinlah Allah selalu ada untuk umatnya
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: betul kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!