Pergolakan bathin , antara dendam dan kebenaran seorang anak manusia di masa itu.
Dengan segala kelemahan nya yg membuat diri nya terasa begitu di rendahkan oleh orang sekelilingnya.
Bahkan tanpa kemampuan apa pun , ia amat begitu menderita.
Hingga pada waktu nya , diri nya menemukan keberuntungan yg tidak terhingga,.
Apa yg selanjut nya terjadi ,,..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zakaria Faizz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#5 Sebuah rahasia.
" Baiklah Kakang Pemanahan, Aku sebenar nya tidak pernah akan mengingkari janji ku itu atas alas mentaok, hanya satu pinta ku kepada mu, berjanji lah untuk tetap setia dan akan melakukan sowan ke Pajang ini setelah diri mu berada di sana !" ungkap Kanjeng Sultan Hadiwijaya dengan nada penuh wibawa.
" Disini ada kanjeng Sunan Kalijaga, sebagai saksi nya , berjanji lah pada ku di hadapan kanjeng Sunan ini " kata Sultan Handiwijaya lagi.
Dari balik sebuah daun pintu muncul lah Kanjeng Sunan Kalijaga , yg memang sedari tadi mendengarkan pembicaraan dari kedua orang yg merupakan saudara seperguruan itu.
Kedua nya merupakan murid-murid dari Kanjeng Sunan Kalijaga sendiri bersama dengan Ki Penjawi dan Ki Juru Mertani.
Sedangkan Ki Gede Pemanahan mengangguk kan kepala.Apalagi di hadapan nya ada sang guru yg menatap nya sareh.
" Sendika Kanjeng Gusti Sultan dan juga Kanjeng Guru, hamba,..Ki Gede Pemanahan, putra dari Ki Ageng Enis dan juga cucu dari Ki Ageng Sela mengangkat sumpah setia untuk tunduk dan patuh terhadap Pajang ini dan taat akan semua perintah dari Kanjeng Sultan ,dan tetap akan melakukan sowan tiap kali paseban diadakan " ucap Ki Gede Pemanahan.
Sumpah dan janji yg di ikrarkan oleh Ki Gede Pemanahan itu di saksikan dan di dengar sendiri oleh Kanjeng Sunan Kalijaga,guru nya.
Salah seorang dari sembilan wali yg ada di tanah jawa ini pun tersenyum mendengar nya.
Sebab selama ini ia acapkali mendengar keluh kesah dari Sang Sultan yg baru saja berkuasa atas tanah demak ini ,akan mimpi dan juga ramalan dari Kanjeng Sunan Prapen , bahwa akan lahir di alas Mentaok sebuah kerajaan yg kelak akan mampu mengalahkan Pajang.
"Bagus, bagus, seorang lelaki itu akan di pegang adalah ucapan nya, kini anakmas Sultan telah mendengar sendiri sumpah dari anakmas Pemanahan , tidak ada lagi yg perlu di takutkan lagi bukan " sebut Kanjeng Sunan Kalijaga dengan memberikan beberapa wejangan kepada kedua orang murid nya ini.
Baik Ki Gede Pemanahan , terlebih Kanjeng Sultan sendiri menjadi lega karena nya, memang tidak ada secuil pun niatan di dalam hati dari panglima mandala Wiratamtama Pajang ini untuk mbalela terhadap raja nya sekaligus saudara seperguruan nya ini.
" Apakah kamu cukup puas anakmas Sultan ?" tanya Kanjeng Sunan Kalijaga lagi.
" Aku merasa sangat senang sekali kanjeng Guru, karena Kakang Pemanahan ini adalah saudara ku sendiri, putra nya Raden Ngabehi Loring Pasar itu pun adalah putra ku juga, jadi darah kami adalah satu di dalam tubuh anakmas Raden Sutawijaya itu " ucap Kanjeng Sultan Hadiwijaya menanggapi pertanyaan dari guru nya ini.
'' Jadi tugas ku sekarang telah tuntas, tidak ada lagi uneg-uneg di dalam hati kalian berdua lagi mengenai alas mentaok itu, sebab kini tanah itu merupakan milik dari anakmas Pemanahan, bukan begitu anakmas Sultan ?!"
Kata Kanjeng Sunan Kalijaga lagi menasehati kedua nya, ia merasa sudah tidak ada lagi permasalahan diantara mereka.
Sultan Hadiwjjaya pun telah menyerahkan secara resmi alas Mentaok kepada Ki Gede Pemanahan sebagai balas budi karena telah di janjikan sebelum memerangi Jipang yg pada saat itu di kuasai oleh Pangeran Haryo Penansang.
" Jadi kapan kakang Pemanahan akan berangkat ke Mentaok ?" tanya Kanjeng Sultan kepada Ki Gede Pemanahan.
" Secepat nya Kanjeng Sultan, hamba akan segera pindah kesana " sahut Ki Gede Pemanahan.
" Bila nanti kakang akan segera pindah, tolong beritahukan kepada anakmas Ngabehi Loring Pasar untuk segera menghadapku, ada sesuatu yg akan ku berikan kepada nya " ungkap Kanjeng Sultan Hadiwijaya.
Ia memang teramat sayang kepada putra angkat nya ini, dan sudah dianggap nya sebagai putra kandung nya sendiri.
Oleh karena itu kasih sayang nya kepada anak muda itu sama dengan putra nya sendiri , pangeran Benawa, bahkan di beberapa bagian, malah Kanjeng Sultan memberikan lebih kepada Raden Ngabehi Loring Pasar ini.
Raden Sutawijaya atau Ngabehi Loring Pasar ini pun mendapatkan banyak ilmu kanuragan dan kadigjayaan dari sang sultan sendiri yg merupakan ayah angkat nya itu.
Bahkan pada satu peristiwa, Sultan Hadiwijaya memberikan salah seorang putri dari Sunan Prawata yg akan di berikan kepada nya oleh Ratu Kalinyamat karena telah berhasil membunuh Pangeran Haryo Penansang dalam peperangan di Bengawan Sore itu.
Adalah Rara ayu Semangkin yg merupakan salah seorang putri Sunan Prawata ini lah yg kemudian menjalin hubungan dengan Ngabehi Loring Pasar.
Tetapi Kanjeng Sultan Hadiwijaya yg seharus nya menjadikan nya seorang selir, ketika mengetahui sang putra angkat telah mampu memikat salah seorang dari kedua orang putri Sunan Prawata ini, ia tidak marah atau pun murka.
Kanjeng Sultan Hadiwijaya malah memaafkan nya dan memberikan Rara Ayu Semangkin ini untuk sang putra angkat tersebut.
Ah!, Ngabehi Loring Pasar itu mirip sekali dengan diri ku, bahkan di bandingkan dengan Benawa , ia lah yg seperti diri ku, baik ilmu maupun kecendrungan hati nya akan seorang perempuan, sangat mirip dengan ku, kata Kanjeng Sultan Hadiwijaya di dalam hati nya.
Setelah kepergian dari Ki Gede Pemanahan dan juga Sunan Kalijaga itu dari kediaman nya.
Sang Sultan kembali merenungi akan nasib nya yg menurut nya teramat mujur , sejak pertama kali menginjak kan kaki nya di kotaraja Demak hingga saat ini sebagai penguasa tunggal di seluruh wilayah demak ini di bawah panji-panji Pajang.
Tidak terlepas dari itu semua nya adalah berkat bantuan dari saudara-saudara seperguruan nya seperti Ki Gede Pemanahan , Ki Penjawi dan juga Ki Juru Mertani yg sangat pintar dalam hal taktik dan siasat.
Ada juga rasa sedih nya dengan kehilangan akan tiga orang saudara seperguruan nya itu, sebab kini Ki Penjawi telah berada di Pati.
Dan dua orang lagi yaitu Ki Gede Pemanahan serta Ki Juru Mertani akan segera berangkat ke alas Mentaok bersama putra angkat nya raden Sutawijaya.
Hati nya terasa sedih sekali karena bakal di tinggalkan oleh orang-orang yg paling dekat dengan diri nya dan telah banyak memberikan sumbangsih tenaga dan pikiran nya sehingga ia pun menjadi seorang raja di raja di kerajaan Pajang ini.
Heh, mungkin itu lah arti nya , bumi ini terus berputar, kita tidak akan berhenti pada satu titik saja ,hingga ajal tiba, kata penguasa Kerajaan Pajang ini di dalam hati nya.
Hidup memang akan terus berlanjut dengan atau tanpa orang-orang yg telah berjasa kepada nya, begitu lah yg ada di dalam pemikiran sang sultan.
Begitu lah, hari-hari yg ditunggu-tunggu Ki Gede Pemanahan dan seluruh keluarga nya yg berasal dari Sela telah pun tiba, mereka bersiap untuk pindah dan akan membabat alas mentaok guna di jadikan pemukiman tempat tinggal semacam pedukuhan.
--------------------------.
Sementara itu, di rumah nya, Danurwedha yg telah resmi di angkat sebagai seorang pengawal kademangan di Prambanan semakin memacu diri nya dengan kemampuan kanuragan dan ilmu silat nya.
Ia tidak ingin dianggap sebagai seorang pengawal yg diangkat karena sebuah anugerah dari Ki Demang dan juga Ki Jagabaya.
Itu adalah sebuah anugerah yg harus di junjung dan di jaga, demikian lah kata-kata nasehat yg di berikan oleh guru nya kakek Tohsara pada satu waktu ketika bocah itu sedang melakukan sebuah latihan di dalam hutan.
Baik Guru !
Itu lah yg ia ucapkan ketika sang guru memberikan nasehat.
Sehingga tiap hari ia pun semakin menempa kemampuan nya , sedang pada malam hari ia pun bertugas berjaga-jaga bersama para pengawal kademangan yg lain.
Awal nya banyak diantara pengawal kademangan Prambanan ini yg meragukan kemampuan nya hingga tiba pada suatu saat.
Danurwedha menunjuk kan kemampuan nya dalam berjaga di sebuah pos perondan.
Pada malam yg cukup pekat dimana di langit terlihat sebuah awan hitam yg menggantung.
Tiba-tiba saja bocah remaja ini melihat sesuatu yg bergerak-gerak mendekati pos perondan dimana ia berada.
" Apa itu !" seru salah seorang teman nya sambil mengangkat sebuah obor yg terlihat hampir padam akibat di terjang angin yg datang agak kencang.
Ctaaaàaaarrr !
Tiba-tiba saja sebuah cahaya kilat menyambar tempat itu dan mampu menerangi nya.
Dan alangkah kageta nya mereka bertiga yg berada di pos perondan ujung ini.
Terlihat sesosok raja hutan yg tengah merunduk siap akan menerjang ke tempat mereka ini.
Dua orang teman Danurwedha ini tampak gugup sekali begitu melihat ada nya seekor macan belang yg cukup besar yg sedang mengintai mereka.
Tampak tangan dan kepala mereka gemetaran karena nya, hanya Danurwedha saja lah yg terlihat tenang.
dan pada akhirnya jadi prajurit mataram
nggak sabar juga nunggu kedatangan si alap alap hitam dan ingin tahu bagaimana aksinya