Kevin Darmawan pria berusia 32 tahun, ia seorang pengusaha muda yang sangat sukses di ibukota. Kevin sangat berwibawa dan dingin ,namun sikapnya tersebut membuat para wanita cantik sangat terpesona dengan kegagahan dan ketampanannya. Banyak wanita yang mendekatinya namun tidak sekalipun Kevin mau menggubris mereka.
Suatu hari Kevin terpaksa kembali ke kampung halamannya karena mendapat kabar jika kakeknya sedang sakit. Dengan setengah hati, Kevin Darmawan memutuskan untuk pulang ke kampung halamannya, Desa Melati, sebuah tempat kecil yang penuh kenangan masa kecilnya. Sudah hampir sepuluh tahun ia meninggalkan desa itu, fokus mengejar karier dan membangun bisnisnya hingga menjadi salah satu pengusaha muda yang diperhitungkan di ibukota.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irh Djuanda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Soraya meminta bantuan pada Rio
Soraya duduk di sudut kafe langganannya, menunggu Rio yang mengatakan sedang dalam perjalanan. Ia memainkan gelas ditangannya membuang rasa jenuh sejak setengah jam yang lalu dirinya lama menunggu.
"Maaf terlambat.." ucap Rio begitu sampai di sana.
Soraya tersenyum singkat melihat kedatangan Rio,ia pun langsung meletakkan gelas itu. Dengan satu tangan ia memangil pelayan membiarkan Rio memesan minumannya. Saat Rio membuka jaketnya,Soraya langsung mendekatinya,
"Rio, bantu aku... Aku ingin membuat Kevin bertekuk lutut padaku."
Rio menghela napas panjang, menatap Soraya dengan sorot mata ragu. Ia sudah bisa menebak arah pembicaraan ini bahkan sebelum Soraya membuka mulut. Namun melihat wajah Soraya yang penuh tekad dan keputusasaan membuatnya tak sanggup langsung menolak.
"Bertekuk lutut, huh? Soraya, aku harus tahu sejauh apa kau mau bermain. Ini bukan sekadar trik kecil." gumam Rio sambil bersandar ke kursi.
Soraya mencondongkan tubuhnya, suaranya mengecil, penuh keseriusan.
"Aku ingin dia sadar... kalau hidupnya tanpa aku itu mustahil."
Rio menatapnya tajam.
"Kau mau aku bikin dia kehilangan semuanya?"
"Bukan begitu. Aku tak mau menghancurkan hidupnya... Aku hanya ingin dia merasa butuh aku. Aku ingin dia takut kehilanganku." sahutnya sambil menggeleng pelan.
Rio menyipitkan mata, menimbang kata-kata Soraya.
"Soraya, permainan manipulasi perasaan itu... bisa berbalik ke kamu sendiri. Kau tau bukan,,, Kevin orang yang tak akan bisa memaafkan seseorang dengan mudah. Apalagi pengkhianatan. Apa kau yakin mau lanjut?"
Soraya meraih tangan Rio, menggenggamnya erat. Matanya berkilat, campuran antara luka, amarah, dan keinginan kuat.
"Rio... Aku sudah terlalu jauh untuk mundur."
Rio terdiam sesaat, sebelum akhirnya mengangguk pelan. Rio tau, Kevin orang yang kuat dan pendiriannya. Tidak mudah untuk menjatuhkannya.
"Kita lihat bagaimana nanti."
Ia menyandarkan tubuh ke depan, berbicara lebih pelan.
"Kau masih bisa memikirkan niatmu itu,aku tau kau mencintainya,tapi kau harus tau juga konsekuensi ke depannya."
Soraya mengangguk, nyaris tanpa berpikir.
"Aku mengerti."
Rio tersenyum miring. Ada sesuatu dalam senyumnya yang membuat udara di antara mereka terasa lebih dingin.
"Kalau begitu... apa rencana mu?."
Soraya menatap Rio, dadanya berdegup kencang, merasakan bahwa ia baru saja membuka pintu ke permainan yang jauh lebih gelap dari yang ia bayangkan.
**
Di tempat lain, Alya menikmati hari-harinya dengan penuh senyum yang terlukis di bibirnya. Andy selalu menatap Alya dengan kekaguman setiap kali gadis itu tertawa. Suasana toko bunga yang sederhana itu kini terasa lebih hidup karena kehadiran Alya. Andy menurunkan satu pot besar dari rak atas dan meletakkannya di depan Alya.
"Alya, kau mau coba merangkai bunga untuk etalase minggu ini?" tanyanya antusias.
"Tentu! Aku mau belajar." ucap Alya tersenyum cerah.
Andy terkekeh kecil. Ia merasa dunia ini jauh lebih hangat setiap kali Alya berada di sekitarnya. Tanpa disadari, kehadiran Alya bukan hanya membawa pelanggan baru, tetapi juga membawa kebahagiaan yang sulit dijelaskan.
Sementara itu, dari kejauhan, Bane diam-diam memperhatikan. Ia tidak pernah lalai dari tugasnya menjaga Alya tetap aman, sesuai perintah Kevin. Bane mengirim laporan singkat lewat ponselnya. Mengirim sebuah gambar dengan bertuliskan : Target aman. Tidak ada aktivitas mencurigakan.
Pesan itu dikirim tanpa menunggu balasan. Ia sudah terbiasa dengan gaya Kevin yang tak banyak kata, tapi selalu waspada. Namun hal itu justru malah membuat Kevin berang. Matanya terbuka lebar melihat kedekatan Alya dengan Andy.
Kevin meremas ponsel di tangannya, rahangnya mengeras. Gambar yang dikirim Bane menampilkan Alya tertawa cerah di samping Andy, terlalu dekat, terlalu nyaman. Ada bara api yang meletup di dadanya, campuran antara cemburu dan rasa tak berdaya.
Ia tahu, Alya bebas berteman dengan siapa pun. Tapi melihatnya sebahagia itu.Hal itu sungguh menohok lebih dalam dari yang ia bayangkan.
Kevin berdiri dari kursinya dengan kasar, hampir menjatuhkan gelas di meja. Ia merogoh jaket, mengambil kunci mobil, lalu bergegas keluar rumah tanpa sepatah kata pun.
**
Di toko bunga, Alya masih sibuk merangkai bunga. Tawa riangnya memenuhi udara. Andy yang berdiri di sebelahnya, memperhatikan dengan tatapan penuh kekaguman.
"Kalau terus seperti ini, kau bisa buka toko bunga sendiri, Alya," canda Andy.
Alya tertawa kecil, pipinya memerah.
"Aku masih jauh dari kata ahli, Andy. Tapi aku senang di sini."
Ucapan sederhana itu membuat Andy semakin yakin... bahwa Alya sudah menjadi bagian penting dari hidupnya.
Tiba-tiba, suara mobil berhenti dengan keras di depan toko. Alya dan Andy sama-sama menoleh. Andy sempat mengerutkan kening, melihat mobil sport hitam yang dikenalnya milik Kevin. Pintu mobil terbuka keras. Kevin keluar dengan langkah besar dan cepat. Tatapan matanya tajam, menusuk.
"Alya!" serunya, suaranya dalam dan berat.
Alya terkejut, hampir menjatuhkan bunga di tangannya.
"Tuan Kevin?" ucapnya bingung.
Bane tak menyangka majikannya berada di sana. Ia baru teringat pesan yang dia kirim barusan.
"Ya ampun." ucapnya sambil menepuk jidatnya pelan.
Kevin tidak menghiraukan tatapan orang-orang yang mulai memperhatikan. Ia langsung menuju ke Alya, menghentikan langkahnya hanya beberapa inci dari gadis itu. Wajahnya menegang, dadanya naik turun karena amarah yang ditahan.
"Kita perlu bicara. Sekarang." katanya dingin, suaranya menahan emosi.
Alya memandang Kevin, lalu melirik Andy yang juga tampak tegang.
"Tuan, saya sedang bekerja," ucap Alya pelan, mencoba menjaga suasana.
Tapi Kevin tidak peduli. Matanya tetap terkunci pada Alya.
"Aku tidak peduli. Ini penting."
Andy maju setengah langkah, mencoba melindungi Alya secara refleks.
"Apakah kalian saling kenal?." kata Andy bingung.
Alya dan Kevin tidak menjawab. Lalu Kevin berbalik ke arah Andy, matanya menyipit tajam.
"Aku perlu berbicara dengannya." desisnya dingin.
"Jika ada yang ingin Anda bicarakan,biarkan Alya menyelesaikan pekerjaannya terlebih dahulu. Ini masih jam kerja." ucap Andy tegas.
Kevin kembali menatap tajam Andy yang tampak menyimpan kekesalan.
"Aku tidak butuh persetujuan mu." desis Kevin dingin.
Suasana di dalam toko tiba-tiba menegang. Alya buru-buru menengahi. Ia melangkah ke depan, memegang lengan Kevin.
"Tuan, tolong jangan buat keributan di sini. Tidak ada lagi yang perlu dibicarakan. Semua sudah jelas dan saya tidak memiliki hubungan lagi dengan Anda."
Kevin masih menatap Alya tajam, sebelum akhirnya mengalihkan pandangannya ke sembarang. Kevin menggertakkan giginya. Kata-kata Alya barusan menusuk lebih tajam daripada tamparan.
Ia menahan napas, menahan dorongan untuk berteriak atau menarik Alya pergi. Namun, genggaman tangannya mengencang, emosinya hampir tak terbendung.
"Alya, aku belum selesai." desis Kevin, nadanya lebih dalam, lebih berat.
Alya menggeleng, matanya berkaca-kaca, tapi ia tetap berusaha kuat.
"Saya sudah selesai, Tuan. Jangan datang lagi. Saya mohon." ucap Alya, menahan gejolak perasaannya.
Andy dengan refleks berdiri di samping Alya, sikapnya protektif. Bane yang melihat dari kejauhan langsung bersiaga, takut kalau Kevin kehilangan kendali.
Tanpa aba-aba Kevin menarik Alya keluar dari toko dan langsung memintanya masuk ke mobil. Sementara Andy berusaha mencegahnya.Namun Kevin hanya melemparkan tatapan tajam ke arah Andy penuh amarah dan peringatan cukup untuk membuat Andy terhenti sejenak, bimbang harus bertindak apa.
"Alya, masuk." perintah Kevin dengan suara tegas, hampir tak bisa dibantah.
Tak ingin membuat keributan lebih lanjut,Alya hanya bisa menurut. Hatinya bergejolak, tapi tubuhnya bergerak seperti dikendalikan, mengikuti langkah Kevin menuju mobil. Ia menoleh sekilas ke Andy, seolah meminta maaf dalam diam sebelum pintu mobil tertutup di hadapannya.
Mobil melaju cepat membelah jalanan kota. Di dalamnya, suasana terasa begitu mencekam. Alya duduk kaku di kursinya, tak ingin menatap Kevin yang mengemudi dengan rahang mengeras dan kedua tangannya mencengkram setir kuat-kuat.
Beberapa menit berlalu dalam keheningan yang menyesakkan sebelum akhirnya Kevin membuka suara, nadanya dingin menusuk.
"Apa kau pikir ,kau bebas melakukan apa saja ?" katanya pelan namun penuh tekanan.
Alya mengerutkan dahi,namun tatapannya tetap ke luar jendela, berusaha menahan gejolak emosinya.
"Apa maksud Anda,Tuan? Anda tidak perlu ikit campur dengan urusan saya," jawabnya pelan tapi tegas.
Kevin membanting setir ke kanan, menepikan mobil dengan kasar di sebuah area parkir kosong. Ia mematikan mesin, lalu berbalik menghadap Alya, matanya membara.
"Apa yang Anda lakukan, Tuan? Anda sudah melewati batas." pekik Alya.
Cinta datang tanpa qta sadari,, dia tumbuh d dlm hati dlm kelembutan dan kasih sayang...,, bila kau memaksanya utk tumbuh dan d sertai dgn ancaman atwpun kebohongan ,, cinta itu akan berbalik menjauhimu.... Jangan lakukan sesuatu yang akan semakin membuatmu menyesal lebih dalam lagi tuan Kevin.
Tapi,, ga ap2 sih biarlah semua mengalir apa adanya,, biar waktu yg akan mengajarkan kedewasaan,, kebijaksanaan dan kesabaran serta keikhlasan utk Alya dan tuan Kevin. Karna aq yakin...,, mau kemana pun kaki melangkah,, dia tetap tau dimana rumahnya,, kemana pun hati akan berselancar,, dia akan tetap tau dimana rumah utk kembali.
Trus,, pelan2 dekati alyanya...,, jangan maksa2....,, ntar Alya kabur lagi.
Tapi,, Alya jangan mau d ajak pulang sama tuan Kevin yaaa,, Krn masih ad si ular Soraya d rumah.