Xaviera marcella, Remaja usia 17 tahun harus menerima nasib yang buruk. di mana dia tinggal di panti asuhan, selalu dibully dan dijauhi. ia tumbuh menjadi gadis yang pendiam. suatu hari, ia bermimpi bertemu dengan gadis cantik yang meminta pertolongan padanya. itu berlangsung sampai beberapa hari. di saat ia sedang mencari tahu, tiba-tiba kalung permata biru peninggalan ibunya menyala dan membawanya masuk ke sebuah dimensi dan ia pun terhempas di jaman peradaban. hari demi hari ia lalui, hingga ia bertemu dengan gadis yang ada di mimpinya. ternyata gadis tersebut merupakan seorang putri dari negeri duyung. ia pun dijadikan pengawal utama untuk melindungi putri duyung itu.
gimana kisah selanjutnya? akankah Xaviera mampu menjaga putri duyung itu? ikuti kisah selanjutnya hanya di sini🥰
NO PLAGIAT!!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pena Fantasi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Goa permata biru
Xaviera mulai berasa tertarik kembali oleh permata tersebut. Walau dipaksa sekalipun langkahnya tidak akan berhenti. Perutnya yang lapar, harus ia hentikan sejenak untuk mengikuti keinginan permatanya. Ia kembali menaiki tangga aneh tersebut untuk mencapai ke ruang atas. Dan ia kembali harus berhadapan dengan pintu yang di mana ia sempat diusir Debbara saat hendak membukakan pintu.
Nafas Xaviera yang tersengal mencoba untuk menenangkan dirinya. Kali ini ia terpaksa untuk melakukan ini diam-diam. Cahaya dikalungnya mulai bersinar terang. Pandangan Xaviera terus menoleh ke kanan dan ke kiri untuk melihat area sekitar.
"Tidak ada.."
Karena tidak ada siapapun, ia pun memberanikan diri untuk masuk ke dalam dengan hati-hati. Saat sudah di dalam ruangan, ia syok ketika melihat perpustakaan yang amat luas bahkan sampai menjulang tinggi. Di tengah kekagumannya, ia harus merasakan tubuhnya ditarik kembali. Kali ini tarikannya cukup kuat sampai ia pun terjatuh berulang kali.
"Euuuuu... eughhh.. sebenarnya ini mau kemana?!" gerutunya sembari menahan gerakannya. Permata itu terus menyusuri area terdalam dan masuk ke area yang tersembunyi. Ternyata itu adalah sebuah goa bawah tanah yang terdapat di dalam istana tersebut. Xaviera mulai merasakan hal aneh sebab kenapa permata tersebut mengarahkannya sampai tempat ini. Ia pun berjalan lurus untuk mencari jalan keluar. Namun saat sampai dalam, ia terkejut ketika melihat fenomena langka yang tidak pernah ia lihat sebelumnya.
"Waaaaawwww.. cantik sekali.." ucapnya penuh kagum.
Ruangan itu penuh dengan sinar biru menyala, bebatuan yang sangat jernih memiliki nilai estetika yang tinggi. Rupanya itu adalah goa permata. Ia pun kembali menyusuri area goa tersebut sampai menemukan batu besar yang menyala di depannya. Ia melihat batu besar itu diiringi dengan melihat permata di kalungnya.
Awalnya ia terdiam akan melihat fenomena tersebut, namun kalungnya seakan ingin terangkat membuat Xaviera harus mendekati batu besar itu. Dengan hati-hati, tangannya menyentuh batu itu dan kemudian..
Cahaya itu mulai membesar dan memenuhi area goa tersebut bahkan sampai Xaviera terpaksa menutup kedua matanya agar tidak silau. Kejadian tersebut memerlukan waktu beberapa detik, sampai cahaya tersebut berubah menjadi butiran halus dan perlahan masuk ke dalam permatanya dan membuatnya seperti kondisi baru.
Melihat fenomena itu, Xaviera hanya tercengang terlebih melihat kondisi batu permatanya sudah cantik kembali. Sejak pertarungan hebat kemarin menyebabkan permatanya sedikit memendek, maka dari itu daya penyembuhannya pun lambat bahkan tidak bekerja sama sekali. Ia kagum dengan apa yang terjadi hari ini.
"Luar biasa.. tapi bagaimana aku keluar dari sini?"
Ketika ia bicara hal tersebut, seketika di bawah kakinya membentuk sebuah dimensi biru. Xaviera kembali terkejut, lalu ia pun terjatuh.
"Haaaaa....."
Sekejap terbang di dimensi, lalu seakan muncul dari atas tiba-tiba saja ia terjatuh dan membentur lantai. "Adududuhhh... sakit," melihat Xaviera terjatuh, Anvi terkejut karena takut terpeleset karena ulahnya belum membersihkan area dapur.
"Kamu tidak apa-apa? Kenapa bisa terjatuh?" tanya Anvi.
"Adududu.. euu.. euh.. tidak apa nona Anvi, aku hanya ingin mengambil sesuatu dari atas sana.. karena tidak seimbang jadinya terjatuh ke bawah.. aduh.." bohongnya. Ia tidak mungkin menceritakan hal itu pada Anvi, karena ia takut ia akan dilaporkan karena masuk ke ruangan tanpa izin.
"Ya sudah, aku akan menyiapkan makanan untukmu ya."
Karena mengurusi permata, sampai ia pun melupakan makan siangnya. Wajahnya kembali ceria setelah melihat makanan sudah terhidang di depannya. "Wahh, kelihatan sangat enak."
"Makanlah.."
Dengan lahap ia memakan makanan yang tersedia itu, sementara Anvi hanya melihat cara Xaviera menghabiskan makanan tersebut. "Nona.. ini enak sekali." ucapnya dengan mulut penuh.
"Setelah ini, apakah kamu akan lanjutkan latihan pedang?"
Xaviera berusaha mengunyah makanannya lalu menelannya agar bisa berbicara, "Iya Nona, aku harus segera menguasai ilmu pedang sebelum orang itu kembali."
"Maafkan aku, aku belum sempat mengajarimu mantra."
Xsviera tersenyum dengan lebar.. "tidak apa nona, aku merasa senang dengan anda menerima untuk menerimaku sebagai muridmu. Aku akan membantu pekerjaanmu agar lebih cepat dan bisa melatih diriku."
Anvi termagut mendengar ucapan Xaviera tadi. Ia teringat ketika saat Xaviera mengatakan akan membantu pekerjaannya yang sangat banyak ini untuknya. "Xaviera, aku ingin meminta tolong padamu."
"Tolong apa?"
"Apakah kamu bisa berkeliling ke pasar kota cantion untuk membelikan beberapa bahan makanan? Cuaca sangat terik siang ini dan kami tidak suka panas karena akan membuat kami mudah dehidrasi. Terlebih kamu adalah manusia sama seperti bangsa di kota ini. Jadi mudah untuk bergaul."
Xaviera terdiam dan tangannya meremas celana yang ia gunakan sebab menahan trauma. Mudah bergaul? Sejak kapan dirinya pernah bergaul? Ada yang dekat saja tidak ada. Terlebih ia korban bullying apa ia mampu untuk bergaul? Walau ia manusia tapi sifatnya sangat berlainan.
"Eumm.. euu.."
"Bagaimana Xaviera? Agar aku bisa urus yang lain agar cepat selesai."
Xaviera pun perlahan meneguhkan hati dan pikirannya. Ia tidak harus memikirkan hal yang terjadi di dunianya. Ini dunia berbeda dengan zamannya. Tidak ada yang membully, mencaci maki dan lain sebagainya. Memiliki rekan kerja yang baik. Kali ini Xaviera setuju untuk membantu Anvi belanja di pasar kita Cantion itu.
"Baik nona Anvi, akan kulakukan."
Dengan cepat, Xaviera berlari dengan membawa sebuah tas besar dan kecil. Tas besar untuk barang, sementara tas kecil untuk menyimpan uang recehan. wajahnya sedikit menegang karena baru pertama kalinya ia harus ke pasar untuk berbelanja. di tambah ia harus mengobrol dengan orang-orang yang tidak ia kenal. ia sedikit melangkah lambat saat keluar dari istana. daftar belanjaan pun sudah ada di tangannya. karena sudah terlanjur, mau tidak mau ia harus pergi. ia pun hanya bisa menghela nafas lalu melanjutkan langkahnya.
Perjalanan menuju ke pasar lumayan sedikit memakan waktu. dengan jarak istana dengan pusat kota yang cukup jauh apalagi dijangkau dengan jalan kaki. terlihat Xaviera sedikit terengah akibat berjalan cukup jauh hanya untuk berbelanja. ia menghapus keringat yang membanjiri dahinya lalu mulai masuk ke area pasar. ia berhenti sejenak untuk membaca tulisan yang Anvi berikan padanya, banyak sekali barang yang harus ia beli.
"Hufftt... oke, demi belajar mantra.."
Pertama, ia mendatangi sebuah toko yang menjual bahan pokok seperti beras, gandum dan lainnya. ia hanya memesan gandum sebanyak 1 karung kecil lalu mampir ke toko selanjutnya. banyak yang ia singgahi untuk membeli beberapa barang lainnya. keranjang belanjaannya sudah mulai penuh dan terasa berat sekali sebab yang ia beli itu jumlahnya lumayan banyak. ia pun berhenti sejenak untuk membaca daftarnya lagi, ada tersisa satu saja bahan yang belum dibeli.
"Tinggal beli rumput laut semuanya selesai, hahhh.." keluhnya.
Xaviera kembali menyusuri pasar dan kali ini ia pergi ke tempat khusus menjual bahan makanan laut. terlihat di sana ikan-ikan, kerang terjajar di semua pertokoan. namun ia tidak membeli itu, ia pun mulai mendatangi toko yang cukup besar, ia beranggapan jika toko tersebut pasti ada rumput laut.
"Eum, apakah kau menjual rumput laut?"
Yang menjaga toko tersebut merupakan seorang kakek tua, rambutnya sudah penuh dengan uban namun wajahnya terlihat sangat garang sekali. "ha, kau ini bodoh atau pintar? rumput laut mana ada dijual di pasar ini. jika ingin cari rumput laut mending kau berenang saja dilaut dan ambil sepuasmu." ujarnya dengan angkuh.
"Tapi tuan, apakah kau sungguh tidak menjualnya? aku sedang memerlukannya."
"Aku tidak menjual bahan sampah itu. untuk apa aku menjual bahan yang tidak berguna. sudah-sudah kau pergi saja, di sini tidak ada yang menjual bahan itu." usir pedagang itu. Xaviera memasang wajah kesal sembari menahan amarahnya. ia pun terpaksa pergi dari sana karena diusir dan kesal dengan orang tua itu. ia pun mulai mengunjungi toko yang lainnya, ia bertanya satu persatu penjualnya tapi nihil tidak ada yang menjual.
Xaviera mulai jengkel karena mencari rumput laut ternyata sulit sekali. ia pun terduduk di sebuah kursi tua untuk beristirahat sembari memperhatikan sekitaran. matanya terfokus pada seorang nelayan yang baru saja datang sembari membawa jaringnya. ia melihat ada hijau-hijau yang menjalar di jaring-jaring tersebut. diketahui itu adalah rumput laut, ia pun tersenyum akhirnya bisa menemukan bahan itu. ia kembali berlari untuk mendekati nelayan tersebut.
"Tuan, apakah yang menjalar di jaringmu itu rumput laut? apakah aku bisa membelinya?"
Nelayan tersebut nampak kebingungan dengan yang diucapkan gadis asing itu. ia melihat pada jaring ikannya memang ada tanaman laut berwarna hijau yang ikut terbawa saat menangkap ikan. "Iya, ini rumput laut. tapi untuk apa kau ingin mendapatkannya?"
Xaviera terdiam ketika mendengar pertanyaan itu, benar juga untuk apa iya membeli rumput laut itu? tapi ia juga tidka bisa berkata jujur di depan orang asing. ia pun terpaksa berohong untuk kesekian kalinya. "Eummm.. untuk.. ya, untuk kumakan iya hahaha." asalnya. mengetahui ucapannya sangat aneh membuat Xaviera menahan malu ketika melihat wajah nelayan itu nampak memandangnya terheran.
"Ha? kau ini gadis yang aneh.. baiklah akan kuberikan padamu."