Setelah bertahun-tahun pasca kelahiran pangeran dan putri bungsu, mereka tetap berusaha mencari pelaku pembunuh sang ratu. Hidup atau mati! Mereka ingin pelakunya tertangkap dan di hukum gantung!Dapatkah para pangeran dan putri menangkap pelakunya?
*update setiap Minggu!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mailani muadzimah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Arkeon dan Aethera
"Aku bisa merasakan keberadaan Arka di sebelah timur. Bagaimana denganmu? Kau tidak apa-apa?" ucap Arkeon.
Aethera mengaduh tertahan. "Dadaku sesak, aku bisa merasakan denyut jantung dan napas Arsha yang semakin melemah. Kita harus cepat, aku juga bisa merasakan Arsha berada di timur." jawab Aethera.
Arkeon dan Aethera adalah dua pelindung spirit suci yang dilahirkan bersamaan dengan Arka dan Arsha. Arkeon berwujud beruang putih, sedangkan Aethera berwujud kucing hutan.
Di perjalanan, mereka tanpa sengaja bertemu rombongan Raja Finn dan Zayden yang juga sedang menuju timur. Arkeon dan Aethera segera menghampiri mereka.
Raja Finn terkejut melihat dua pelindung anaknya ada di sini.
"Apa yang kalian lakukan? Sedang apa kalian di sini?" tanya Raja Finn.
Arkeon dan Aethera menceritakan semua yang telah terjadi, dimulai dari penyerangan assassin yang menutup pandangan mereka dengan kubah hitam kamuflase, penusukan pada Pangeran Ezra, percobaan pembunuhan pada Pangeran Liam, sampai penculikan yang terjadi pada Pangeran Arka dan Putri Arsha.
Raja Finn dan Zayden sangat terkejut dengan kejadian ini.
"Lalu apakah kalian merasakan keberadaan Arka dan Arsha di sini?" tanya Zayden cepat.
Arkeon dan Aethera mengangguk cepat.
"Papa, bukankah di sana ada sarang penyamun? Kita datang pun karena mencurigai mereka komplotan penyihir hitam." ucap Zayden.
"Ya. Kita harus bergegas!" Raja Finn memacu kudanya lebih kencang, diikuti oleh Zayden dan ksatria lainnya.
***
Sementara itu, Arka dan Arsha dibaringkan di tengah ruangan, tepat di atas sebuah batu. Seluruh ruangan terasa pengap dan ada banyak pajangan aneh di dinding, lalu di depan batu besar tempat Arka dan Arsha dibaringkan, terdapat sebuah meja yang di atasnya tersaji sebuah pisau dan dua buah gelas kosong.
"Kita tidak perlu melukai yang laki-laki, sebab kepalanya sudah berdarah. Kau urus yang perempuan, biar aku ambil darah yang laki-laki." ucap Troy.
Troy mulai menyeka darah yang terus mengalir dari kepala Arka, dan memindahkannya ke dalam gelas.
"Hei, kelihatannya oksigen anak ini sudah habis. Apa yang harus kita lakukan? Memberi napas buatan?" tanya si wanita.
"Buat apa? Biarkan saja dia mati. Makanya cepat kau sayat lengannya dan ambil darahnya selagi anak itu masih hidup!" suruh Troy dingin.
"Cih! Kau sama sekali tidak punya nurani."
"Memangnya kau punya?" balas Troy.
Wanita itu terdiam. Benar juga, dia sendiri bahkan tega menyayat lengan Putri Arsha, harta kerajaan.
Saat sedang asyik-asyiknya 'memanen' darah anak keturunan langsung raja, tiba-tiba pintu ruangan itu terdobrak dengan kasar, sehingga membuat mereka berdua terkejut.
Belum genap mereka merespon tindakan pendobrakan itu, sudah ada seekor kucing hutan raksasa yang menyerang mereka. Lalu disusul pula dengan kemunculan seekor beruang putih yang ganas. Tidak ada kata yang bisa diucapkan oleh Troy dan wanita itu selain teriakan minta tolong, mereka berpikir hewan liar yang menyerang, bukan pelindung anak raja.
"Tolong!"
"Kami diserang hewan buas!"
"Monster! Ini monster!"
"Tidak!"
Teriakan kesakitan Troy dan seorang wanita yang tidak diketahui namanya itu menggema ke seluruh ruangan.
Sementara itu, di bagian luar ruangan, seluruh assassin yang ada di tempat itu sudah tewas. Sekarang hanya tersisa beberapa yang masih mencoba berjuang menghadapi Raja Finn dan Putra Mahkota Zayden.
"Kita belum membunuh ketuanya, Papa." ucap Zayden sambil mendengus kesal.
"Sepertinya yang ada di sini hanya anak buahnya saja. Daripada itu, Arka dan Arsha sekarang lebih penting." jawab Raja Finn.
Akan tetapi, berlawanan dengan kalimatnya, Raja Finn tetap menebas kepala para assassin sambil berlari ke ruangan yang ada di depannya. Dalam sekejap, beberapa kepala assassin tampak menggelinding. Sarang penyamun itu sudah berubah menjadi lautan darah, ribuan assassin tewas mengenaskan.
"Pemimpin serangan ini sudah kabur." gumam Raja Finn geram. Lagi-lagi mereka kehilangan dalangnya.
Raja Finn kemudian berjalan mendekati salah satu jasad, dirogohnya jubah jasad itu.
"Apa itu, Papa?" tanya Zayden. Dia melihat Raja Finn mengambil kayu berwarna coklat dan berbentuk pipih dengan permata ungu di ujungnya.
"Inilah alat yang mengaburkan pandangan para pelindung dan membuat kubah hitam kamuflase," jawab Raja Finn serius.
"Masukkan benda ini ke dalam kubah jingga. Ini benda yang sangat berbahaya. Walaupun kelihatan sepele, benda ini sangat bertentangan dengan kekuatan suci dan spirit, auranya sangat kuat, pasti bukan penyihir hitam sembarangan yang membuatnya." sambung Raja Finn.
Zayden mengangguk. Dia segera memasukkan benda itu ke dalam kubah jingga. Saat Zayden menyentuh benda itu, meski dia sudah menggunakan sarung tangan pelindung, dia masih bisa merasakan kengerian dan aura gelap dari benda itu.
***
Arkeon dan Aethera keluar dari ruangan sambil menggendong tuan mereka. Raja Finn dan Zayden segera mendekat, mereka berdua sangat terkejut melihat kondisi Arka dan Arsha.
Arka mengalami luka di kepala, memar di pipi, lecet di lengan dan kaki. Sedangkan Arsha lengan dan kakinya penuh luka dan memar, wajah Arsha pucat, nyaris biru. Beruntung, Aethera telah belajar banyak dari Lyrien, dia selalu sedia oksigen dan selimut hangat.
"Jay!" panggil Raja Finn.
"Saya, Baginda." jawab Jay cepat.
"Bawa pasukanmu untuk mencari pemimpin para assassin ini. Jangan kembali ke istana sampai kalian menemukannya! Orang yang telah melukai anak-anakku, tidak akan kuampuni. Bawa keparat itu padaku, hidup ataupun mati!" titah Raja Finn. Tatapan matanya tajam dan dia sangat marah.
"Baik, Baginda. Kami akan melaksanakan perintah anda." jawab Jay.
Di sana mereka berpisah, rombongan ksatria putih yang dipimpin oleh Jay melanjutkan perjalanan untuk mencari dalang dari penyerangan ini. Sedangkan Raja Finn kembali ke istana bersama putra dan putrinya.
***
Setibanya di istana, Arka dan Arsha langsung mendapatkan perawatan dari Dokter Cedric.
"Baginda, kita butuh donor darah. Pangeran Arka dan Putri Arsha kehilangan banyak darah, sementara kita tidak punya cukup stok darah di Menara Medis." ucap Dokter Cedric.
"Ambil saja darahku." jawab Raja Finn cepat.
Ragu-ragu Dokter Cedric mengambil darah Raja Finn, seumur-umur, dia belum pernah melakukan ini pada seorang raja.
"Jika masih tidak cukup, ambil saja darahku, Cedric." ucap Zayden kemudian.
Cedric mengangguk, "saya mengerti, Yang Mulia. Namun tampaknya sudah cukup jika hanya Baginda Raja mendonorkan darahnya."
***
Proses donor darah itu berlangsung dengan lancar dan mudah, Arka dan Arsha sekarang sudah selesai diobati. Kini Ezra, Zayden, dan Raja Finn sedang berada di ruang rawat Menara Medis, menunggu mereka berdua sadar. Sementara Liam, dia juga sedang dirawat karena asmanya masih belum membaik sejak penyerangan assassin itu, dia baru saja bisa tidur setelah berjam-jam diobati.
"Kapan anak-anakku akan sadar?" tanya Raja Finn.
"Mengapa mereka sadarnya lama sekali?" tambah Zayden.
"Benar. Bukankah Papa sudah mendonorkan darahnya? Apa masih kurang, Cedric?" Ezra menimpali.
"Lalu bagaimana dengan Liam? Jangan-jangan ada kandungan racun di asap itu, Cedric. Kau harus menyelidikinya!" ucap Raja Finn lagi.
Zayden dan Ezra mengangguk setuju, tatapan mata mereka sangat tajam dan membuat Dokter Cedric tertekan.
*** bonus potret Raja Finn saat memburu penyihir hitam di Hutan Larangan