Setelah kemenangannya melawan keluarga Ashcroft, Xander menyadari bahwa kejayaan hanyalah gerbang menuju badai yang lebih besar.
Musuh-musuh lama bangkit dengan kekuatan baru, sekutu berpotensi menjadi pengkhianat, dan ancaman dari masa lalu muncul lewat nama misterius: Evan Krest, prajurit rahasia dari negara Vistoria yang memegang kunci pelatihan paling mematikan.
Di saat Xander berlomba dengan waktu untuk memperkuat diri demi melindungi keluarganya, para musuh juga membentuk aliansi gelap. Caesar, pemimpin keluarga Graham, turun langsung ke medan pertempuran demi membalas kehinaan anaknya, Edward.
Di sisi lain, Ruby membawa rahasia yang bisa mengguncang keseimbangan dua dinasti.
Antara dendam, cinta, dan takdir pewaris… siapa yang benar-benar akan bertahan di puncak?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BRAXX, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8
Xander tengah memandangi malam yang bertabur bintang di balkon kamar. Meski suasana begitu tenang, tetapi pikirannya melanglang buana ke berbagai tempat. Sampai saat ini, tim pencarinya belum bisa menemukan dua orang yang dicurigai memiliki hubungan dengan Evan Krest, pun demikian dengan informasi mengenai Noah Blair yang sampai saat ini belum mendapatkan kemajuan apa pun.
Lizzy mendekat pada Xander dengan secangkir susu hangat. "Kau sudah cukup lama berada di balkon kamar. Minuman ini akan membuatmu hangat."
Xander menerima cangkir, meneguk pelan isinya. "Kau jauh lebih manis dibanding susu yang baru saja kuminum."
Lizzy mencubit perut Xander meski ia senang mendengar gombalan tersebut. "Apa ini masih ada hubungannya dengan pria bernama Evan Krest?"
"Kau benar. Sampai saat ini aku masih belum bisa menemukan keberadaannya. Aku merasa pencarian orang itu lebih sulit dibandingkan pencarian kelompok Pedang Ganda Silang yang sempat kita cari dulu. Aku sedang bertarung dengan waktu yang semakin menyempit dan lawan yang mungkin saja sudah bertambah kuat."
Lizzy berdiri di samping Xander, mengelus perutnya, memandangi hamparan danau dan halaman yang luas. "Aku masih mengingat dengan jelas bagaimana sulitnya saat kita berusaha menemukan kelompok itu dulu.
Aku nyaris menyerah saat berusaha menerjemahkan kode yang diberikan Donald waktu itu.”
Xander menatap Lizzy saksama.
"Keberhasilan dan menyerah berada di garis yang sangat dekat.
Saat kau menyerah, kau sama saja menjauh dari keberhasilan, tapi saat kau memilih tetap maju, keberhasilanlah yang akan mendatangimu sendiri."
Xander tersenyum, mengembus napas panjang. "Aku sepertinya terlalu memaksakan diri sampai aku lupa jika aku seharusnya menikmati semua perjalananku dan mempelajari banyak hal dari sana."
"Kau sebaiknya beristirahat. Kau harus bersiap dengan tugasmu besok."
"Kau benar." Xander menggandeng Lizzy menuju kamar.
Malam akhirnya berganti pagi.
Seperti biasa, pagi buta Xander sudah bangun untuk berolahraga pagi dengan mengelilingi danau hingga matahari akhirnya berhasil mengusir gelap. Setelah membersihkan diri, Xander bergabung dengan Lizzy, Sebastian, Samuel, dan Lydia di meja makan untuk sarapan.
Xander dan Lizzy berjalan-jalan di sekitar halaman setelah sarapan usai.
"Tuan, dua mata-mata kita di pasukan Edward baru saja mengirim informasi mengenai sosok yang sedang dicari Edward dan dua anggota keluarga Lennox yang bernama Troy Lennox dan Tyler Lennox," ujar Govin yang berada di belakang Xander dan Lizzy, "pria itu bernama Franklin yang merupakan mantan narapidana. Pencarian mereka berada di kota LittleTown di negara Lytora."
"Apa Edward berhasil menemukan pria itu?" tanya Xander.
"Belum, Tuan. Mereka masih dalam proses pencarian."
"Ada kabar lain yang kau bawa, Govin?"
"Tuan Noah Blair dilarikan ke rumah sakit tadi pagi, Tuan.
Keadaannya sudah membaik setelah mendapat pertolongan."
Xander terdiam sesaat. "Govin, dengarkan aku baik-baik."
Xander memutuskan pergi ke rumah satu jam kemudian. Ia mendapati Dalton, Jasper, Ruby, Ezra, dan anggota keluarga Blair berada tak jauh dari ruangan Noah Blair dirawat.
"Tuan Alexander," ujar Ezra, "apa Anda datang untuk menjenguk kakekku?”
Dalton dan Jasper sedikit menjauh dari Xander. Keduanya tampak bingung dengan keberadaan Xander di sini. Seingat mereka, Xander tidak terlalu dekat dengan keluarga Blair.
Xander mengangguk.
"Bagaimana dengan keadaan kakekmu sekarang?"
"Keadaan kakekku sudah membaik, Tuan. Ayah dan ibuku sedang berada di dalam."
"Apa aku bisa menjenguk kakekmu? Aku ingin memperkenalkan diri padanya secara langsung jika kau dan keluargamu tidak keberatan.”
Ezra dan Ruby memasuki ruangan. Xander berbincang dengan ayah dan ibu Ezra selama menunggu Ezra dan Ruby. Ketika keduanya keluar, ia dan Govin bergegas masuk dengan ditemani oleh ayah Ezra.
Noah Blair tengah terbaring di ranjang dengan tatapan tertuju ke langit-langit ruangan. Ekspresinya tampak datar.
"Ayah, tuan Alexander Ashcroft datang untuk menjengukmu. Dia mengatakan ingin mengenalmu secara pribadi karena Ezra membicarakanmu saat pernikahannya kemarin." Ayah Ezra menoleh pada Xander. "Tuan Alexander, ayahku tidak berkomunikasi dengan normal. Dia hanya bisa memberi isyarat. Jika Anda tidak keberatan, aku bisa menerjemahkan isyaratnya untuk Anda."
"Aku rasa tidak perlu. Aku hanya ingin berbincang dengannya. Tak masalah jika tuan Noah tidak membalas ucapanku."
Ayah Ezra keluar dari ruangan untuk memberi waktu bagi Xander.
"Maaf mengganggu waktu istirahatmu, Tuan Noah. Aku Alexander Ashcroft, putra dari Samuel Ashcroft. Ini pertama kali bagi kita bertemu. Aku tidak sengaja melihatmu di pesta pernikahan Ruby kemarin. Ezra menceritakan tentangmu padaku."
Noah Blair memberi anggukan singkat dan tangan kanan yang bergerak pelan.
"Sejujurnya, kau mengingatkanku pada rekan kakekku. Aku sudah lama tidak bertemu dengannya. Untuk itulah, aku mencarinya karena ada sesuatu yang ingin aku tanyakan padanya. Sayangnya, kakekku hanya memberikan sebuah foto saat dia masih muda dulu.”
Noah Blair menoleh singkat pada Xander, mengangguk kecil.
Xander pura-pura melirik jam tangan. "Aku tidak ingin mengganggu waktu istirahatmu lebih lama. Aku harap kau segera pulih agar kita bisa kembali bertemu dan berbincang lebih lama."
Xander membungkuk, sengaja menjatuhkan sesuatu dari saku jasnya ke kasur. Ia berbalik, berjalan menuju pintu keluar. Saat akan membuka pintu, ia melihat Noah Blair duduk di kasur dengan tangan menggenggam benda yang dijatuhkannya.
Xander tiba-tiba terdiam, melirik Noah Blair yang tengah menatapnya dingin. Ekspresi pria itu sangat berbeda dibanding saat pertama Xander melihatnya. Ia pura-pura menyentuh saku jasnya. "Sepertinya aku menjatuhkan sesuatu."
Xander berbalik, berjalan mendekat. "Syukurlah, benda itu tidak hilang. Terima kasih karena sudah mengamankan benda itu, Tuan. Aku sangat tertolong."
Xander mengulurkan tangan, bersiap mengambil tiruan pisau berukiran harimau pemberian Victor sebulan lalu.
Noah Blair menatap Xander tanpa berkedip. "Sepertinya kau datang bukan untuk menjengukku, Tuan Alexander. Apa mungkin kau datang untuk bertanya mengenai rekan kakekmu yang sedang kau cari?"
Xander terkejut meski dengan cepat menguasai diri. Ia segera memberi tanda pada Govin untuk menjaga pintu. "Aku benar-benar ingin menjengukmu, Tuan Noah."
Noah Blair melemparkan pisau berukiran harimau itu pada Xander. "Pisau tiruan itu benar-benar sangat mirip dengan aslinya. Saat melihatnya, pisau tiruan itu benar-benar membuatku sangat terkejut. Gara-gara pisau itu juga aku harus membongkar rahasiaku. Kau adalah orang pertama yang berhasil memaksaku untuk melakukannya. Aku harus mengakui jika kau cukup cerdas."
Xander tersenyum, mengamati pisau itu sebelum akhirnya memasukkan ke dalam saku. "Maaf jika tindakanku membuatmu harus membongkar penyamaranmu, Tuan. Sejujurnya, aku memang sedang mencari rekan kakekku yang memberikan pisau asli berukiran harimau emas pada kakekku sekitar lima puluh tahun lalu. Kakekku memintaku untuk mencarinya. Tenang saja, aku tidak membongkar sandiwaramu."
"Kau tidak akan mendapatkan apa pun dari membongkar sandiwaraku." Noah Blair turun dari kasur. "Kenapa kau bisa tahu jika aku memiliki hubungan dengan pemilik pisau itu?"
"Aku hanya menebak-nebak dengan sedikit petunjuk yang aku dapatkan. Aku tidak tahu jika cara yang kulakukan barusan akan berhasil. Jika kau memang memiliki kaitan dengan pemilik pisau ini, kau pasti akan bereaksi, tapi jika kau tidak memiliki kaitan apapun, kau pasti hanya akan diam."
"Untuk apa kau ingin bertemu dengannya?" tanya Noah Blair dengan tatapan dingin.
"Seperti yang sudah kukatakan, kakekku memintaku untuk menemuinya. Aku ingin berlatih di bawah arahannya."
Noah Blair tertawa pelan. "Dengan kekayaan yang kau miliki, kau bisa mendapatkan pelatih terbaik untukmu. Orang-orang pasti akan menertawakanmu jika kau ingin berlatih di bawah arah seorang kakek tua."
"Aku tidak mempermasalahkan hal itu. Aku percaya dengan penilaian kakekku."
Noah kembali tertawa. "Baiklah, aku akan memberikanmu sebuah petunjuk mengenai pria tua yang kau cari. Dengarkan aku baik-baik.”
#✌️✌️✌️
cepat² di up nya min
#makan2