Saddam dan teman-temannya pergi ke desa Lagan untuk praktek lapangan demi tugas sekolah. Namun, mereka segera menyadari bahwa desa itu dihantui oleh kekuatan gaib yang aneh dan menakutkan. Mereka harus mencari cara untuk menghadapi kekuatan gaib dan keluar dari desa itu dengan selamat. Apakah mereka dapat menemukan jalan keluar yang aman atau terjebak dalam desa itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rozh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32. Menghindari Seseorang
"Iya, Saya Bu, saya sempat kesurupan, melihat sesuatu yang cukup menyeramkan," kata Agung.
"Apa yang kamu lihat? Bagaimana ciri-ciri nya?" tanya Bu Net, wajahnya tampak penasan.
"Awalnya wanita cantik, tapi tiba-tiba menyeramkan, membuat saya sangat terkejut, lalu saya tak sadar diri lagi, setelah saya sadar, saya hanya melihat teman-teman mengerumuni saya dan sudah ada Pak Thalib, Bang Khalil sama Nek Raisyah juga, sebelumnya cuma ada teman-teman saja, Bu," jawab Agung.
"Setelah itu bagaimana lagi? Apa sampai sekarang masih di ganggu, masih terlihat atau merasa di ikuti gitu?" tanya Bu Net lagi.
Agung menggeleng. "Tidak Bu, tidak ada lagi gangguan, terakir pernah terlihat sebentar saat kami hendak balik ke kota karena ada keperluan, tapi katanya kami tak bisa balik. Sebelumnya, aku di beri jimat sama Pak Thalib, biar gak diganggu lagi," jelas Agung.
"Oh, syukurlah kalau begitu, Nak. Semoga kalian selalu terlindungi, berumur panjang, dan bisa segera balik lagi ke kota," ujar Bu Net.
"Oh, ya, kalau Ibu Guru kalian kenapa?" tanya Bu Net kembali.
"Mm, sejak awal datang katanya Pak Thalib, di ikuti dan ditandai gitu, makanya di bawa pindah ke rumah Pak Thalib."
"Diganggu sama siapa?" tanya Bu Net.
"Kata Bu Anisa, awalnya diganggu anak bungsu Nek Raisyah, di kamar gitu, tapi setelahnya diganggu yang lainnya. Entah lah Bu, kami juga tidak terlalu paham, kenapa begitu. Apa ini sudah lama terjadi? Dan apa ya, penyebabnya Bu?" Viko yang menjawab sambil mengajukan pertanyaan pada Bu Net.
"Awalnya kecelakaan maut yang merenggut 7 nyawa gadis, sejak itu sering terjadi kecelakaan, dan banyak kesurupan, kami sudah melakukan doa tolak bala, sempat mereda, tapi kemudian muncul lagi. Saya pribadi, sebenarnya tidak percaya dengan hal begituan, karena saya meyakini jika orang meninggal arwahnya pasti kembali ke sisi-Nya, jadi yang keluyuran itu hanya jin yang menyerupai makhluk tersebut."
Bu Net menghela nafas. "Hanya saja, keyakinan saya tergoyahkan setelah anak saya sering kesurupan dan meninggalnya putri saya. Sebelum dia meninggal, dia sempat bercerita dia sering melihat sosok aneh, diganggu, lalu terakir katanya dia bertemu dengan anak laki-laki saya, di suruh menghindari seseorang, lalu anak saya meninggal ke-esokan harinya setelah menceritakan itu pada saya."
"Menghindari siapa Bu?" tanya Saddam.
"Menghindari seseorang, tapi aku gak terlalu yakin, dia anak yang baik. Jadi, mungkin saja anak saya tertipu bujukan setan kali!" Bu Net menghela nafas, lalu mengusap wajahnya.
"Cicipi lah kue dan minumannya dulu, jadi lupa nih!" Bu Net mengambil sepotong roti dan mencelupkan roti itu kedalam teh hangat.
"Iya, Bu." Mereka berempat pun juga meneguk minuman yang dihidangkan oleh Bu Net.
"Bu, boleh kah kami bertanya sesuatu yang agak pribadi?" Viko menatap Bu Net.
"Apa itu? Jika bisa membantu, saya akan menjawabnya.
"Ibu tau Anggita Sari?" tanya Viko.
"Tau, dia korban kecelakaan yang bertujuh itu," jawab Bu Net.
"Apakah ... dulu Anggita itu pacaran dengan anak laki-laki ibu?" tanya Viko hati-hati, suaranya sedikit pelan.
Bu Net menatap pusara anaknya, beberapa detik dia diam, baru lah ia menjawab. "Kabarnya iya, tapi entah kenapa waktu itu kami juga mendengar anak kami berpacaran dengan Aulia anak bungsu Tek Raisyah juga," jawab Bu Net.
Saddam dan tiga temannya saling tatap, merasa sedikit masalah mulai terpecahkan.