NovelToon NovelToon
Kisah Cinta Pria Miskin & Gadis Kaya

Kisah Cinta Pria Miskin & Gadis Kaya

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Tamat
Popularitas:710.1k
Nilai: 4.6
Nama Author: Ega Aditya

Apa mungkin gadis kaya itu mencintai pria miskin sepertiku dengan tulus?

Namaku Aditya Pratama, aku adalah seorang musisi jalanan yang setiap hari harus menjajakan suaraku untuk mencari nafkah.

Aku lahir dan besar di Bandung, sudah setahun ini aku merantau di Ibukota untuk mencari pekerjaan agar aku bisa mendapatkan pekerjaan yang layak untuk menghidupi Ibu dan juga Adikku.

Malang betul nasibku, setahun sudah berlalu sejak pertama aku datang ke kota ini, tapi aku belum juga mendapatkan pekerjaan dan akhirnya aku harus tetap mengamen untuk menyambung hidup.

Dalam pekerjaanku tak jarang pula aku menghibur sepasang kekasih dengan suaraku, menyanyikan lagu-lagu cinta untuk mereka.

Tanpa pernah berpikir bagaimana dengan kehidupan cintaku sendiri, selama ini aku memang tak pernah memikirkan hal itu, saat ini yang terpenting bagiku adalah bagaimana caranya agar aku bisa menghidupi Ibu dan Adikku.

Tapi semua itu berubah semenjak aku mengenal seorang gadis bernama Riri, gadis cantik dan kaya raya anak pengusaha ternama dan sukses di negeri ini.

Apakah mungkin gadis populer, cantik dan juga kaya raya sepertinya mencintaiku yang hanya seorang pengamen jalanan.



UPDATE SETIAP HARI

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ega Aditya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dendam

Roy hanya terdiam dengan wajahnya yang penuh dengan kue, mungkin karena dia shock dan tidak menyangka Riri akan melakukan itu.

Hingga tak kusadari ternyata papa Riri sudah berdiri di belakangku.

"Pergi kamu dari sini jika tidak Polisi yang akan membawamu pergi." Ujar papa Riri kepada Roy.

Tanpa banyak bicara Roy pergi menuju mobilnya, akan tetapi aku menyadari sesuatu setelah aku melihat mobil tersebut, ternyata mobil sport mewah yang beberapa hari lalu hampir menabraku adalah milik Roy, ya benar aku masih ingat sekali mobil dan plat nomornya.

"Kalian tidak apa-apa?" Sambung Papa Riri.

"Aku nggak apa-apa kok Om, tadi ada wanita super yang membela aku soalnya." Jawabku.

Tetapi kemudian Riri menangis.

"Kamu nggak apa-apa Ri?" Tanyaku kepada Riri.

"Adit maaf."

"Maaf untuk apa Ri? Kamu nggak salah kok."

"Riri menghancurkan kue yang Adit bayar pake tabungan Adit, kue tanda 1 bulanan kita."

Kupeluk dia untuk meredakan tangisannya itu.

"Nggak apa-apa kok cuma kue, asal jangan hati yang kau hancurkan, sudah ya jangan nangis."

Riri menjadi semakin erat mendekapku.

"Ayo anak-anak kita lanjutkan lagi makan malamnya." Ujar Papa Riri.

Kami lalu melanjutkan makan malam yang tertunda karena kejadian itu, hingga akhirnya aku pamit pulang karena malam semakin larut.

Esok harinya di pagi itu Riri mengabari bahwa kali ini dia tidak bisa datang ke kontrakan seperti biasanya karena harus pergi bersama Papanya ke acara keluarga mereka.

Lalu aku pun bersiap membawa gitarku untuk mencari rezeki di hari sepagi itu.

"Tumben pagi bener mas, kejar setoran buat nikah ya?" Ujar Udin menggodaku.

"Eh lu Din, ini karena pagi ini Riri nggak datang jadi gw bisa pergi lebih pagi, lu sendiri mau kemana?"

"Biasa mau nyari sarapan, tapi sial banget nih gw, daritadi motor nggak juga mau nyala." Kata Udin sambil menyela motornya.

"Ya udah gw duluan Din, mumpung masih pagi."

"Ok sip bor, mudah-mudahan rezeki lu banyak."

Aku beranjak pergi meninggalkan Udin yang masih berusaha menyalakan motornya, hingga akhirnya aku tiba di sebuah jalanan yang sepi, tiba-tiba ada empat orang berbadan tinggi besar menghalangi jalanku.

"Lu Adit kan?" Tanya salah satu dari mereka.

"Iya Bang."

Tanpa banyak bicara salah satu dari mereka memukul wajahku hingga aku terjatuh."

"Woy apa-apaan nih?" Aku bertanya pada mereka.

Aku pun bangkit setelahnya. Pria tadi mencoba menyerangku lagi tapi aku dapat menghindar dan memukulnya hingga dia terjatuh.

melihat temannya terjatuh 2 orang yang lain menyerangku tetapi dapat aku hindari, lalu aku menendang mereka hingga terjatuh juga.

Hingga kemudian seorang lagi dari mereka memegangi tubuhku dari belakang dan itu membuatku tidak dapat bergerak, tak berapa lama teman-temannya yang jatuh tadi kembali bangkit dan memukuliku, wajar saja jika aku kewalahan melawan empat orang yang berbadan besar itu sekaligus.

Lalu datanglah Udin dengan motornya yang langsung menabrak mereka dari belakang, menyebabkan salah satu dari mereka terjatuh dan pingsan.

"Woy preman mana lu berani bikin onar di daerah gw?" Kata Udin sambil menunjuk wajah mereka.

Tanpa banyak bicara kedua orang preman itu pun lalu menyerang Udin sedangkan 1 orang lagi masih memegangiku.

Karena sedari kecil Udin sudah hidup di jalanan maka kemampuan bertarungnya sudah terasah dan tidak diragukan lagi hingga dia dapat mengimbangi kedua orang tersebut.

Lalu aku pun dapat melepaskan diri dari preman yang memegangiku karena membenturkan bagian belakang kepalaku ke hidungnya. Pria itu kesakitan dan menutupi hidungnya lalu kutambah dengan satu pukulan keras yang membuat dia roboh.

Sedangkan Udin ternyata sudah selesai dengan kedua orang preman tersebut, dia pun bertanya kepada salah satu dari mereka.

"Suruhan siapa lu hah? Berani-beraninya mukulin temen gw." Tapi preman itu tidak mau menjawab pertanyaan Udin.

Udin tak menyadari jika dibelakngnya preman yang sejak awal pingsan karena ditabrak menggunakan motor pun tengah mencoba berdiri dan kemudian mengambil batu besar yang ada di dekatnya. Dia mengayunkan tangannya dan hendak memukulkan batu itu ke arah kepala Udin.

Aku yang melihat itu sontak mengambil gitarku dan berlari ke arah Udin lalu kupukulkan gitar itu ke kepala preman yang hendak memukul Udin hingga membuatnya terjatuh.

Melihat temannya tumbang ketiga preman yang lain pergi dengan membopong salah satu preman yang masih tak sadarkan diri itu.

"Badan doang pada gede lu, kalo berani datang lagi kesini, nih gw si Udin siap nyambut lu pade." Kata Udin berteriak pada mereka.

Aku pun terdiam sambil meratapi gitarku yang kini tengah hancur. Bagaimana tidak, gitar itu adalah satu-satunya sumber mata pencaharian untuk menghidupi keluargaku.

"Ayo bor kita balik aja, nggak aman di sini, lagian sekarang gitar lu udah hancur, nggak mungkin lu lanjutin ngamen."

Akhirnya aku kembali ke kontrakan bersama Udin lalu mengobati luka-lukaku.

"Lu kenal bor siapa orang-orang tadi? Kalo kenal sebutin dimana tempat die pade nongkrong biar nanti gw paranin."

"Ngga ada yang kenal gw Din, justru gw kaget mereka tiba-tiba nyerang gw."

"Atau lu lagi ada masalah sama siapa gitu, biar gw yang paranin, gw bikin itu orang ngaku."

Mendengar kata-kata Udin tiba-tiba saja terbayang wajah Roy di dalam kepalaku, tapi karena bukti yang belum cukup akupun tidak memberitahukannya kepada Udin.

Malam harinya Riri datang ke kontrakanku setelah pulang dari acara keluarganya.

"Ya ampun sayang muka kamu kenapa kok ada memarnya gitu?"

Aku lalu menceritakan semua kejadian tadi pagi kepada Riri.

"Ini pasti ulah Roy, dasar anak itu, biar aku telpon dia." Ucap Riri.

"Eh nggak usah Ri kita nggak boleh asal tuduh orang, kalau ternyata bukan dia gimana, ngomong-ngomong ini malam Minggu lho kebetulan nggak jauh dari kontrakan ada orang nikahan, ada layar tancep, mau pergi nggak?"

"Layar tancep...Apaan tuh Dit?"

"Ayo ikut aja pasti seru."

Akhirnya kami berdua pergi ke lokasi dengan berjalan kaki.

"Wah bioskop outdoor, keren." Ujar Riri.

"Dasar anak orang kaya taunya cuma bioskop aja."

Malam itu kami menonton film-film lama yang diputar di layar tersebut dengan beralaskan tikar dan beratapkan langit, Riri pun menyandarkan kepalanya di bahuku, sesekali kulihat wajahnya yang terlihat amat bahagia.

Malam semakin larut dan akhirnya aku mengantarkan Riri pulang menggunakan motor Udin.

"Makasih ya Dit selalu buat Riri bahagia." Ujarnya sembari memelukku di atas motor tua itu.

Aku hanya tersenyum dan menganggukan kepalaku. Hingga tak lama tibalah kami di depan rumah Riri.

"Jangan pernah berubah ya Dit, tetap seperti ini." Ujar Riri sambil memegang kedua tanganku.

"Ngga akan pernah." Jawabku hingga kemudian aku mengecup keningnya.

Dan ternyata tak jauh dari tempat kami berdiri ada Roy yang memperhatikan kami dari dalam mobilnya. Kemudian mobil itu pun pergi tanpa kami sadari.

1
Pak Samuel Hutabarat
Buruk
Pak Samuel Hutabarat
Kecewa
Pak Samuel Hutabarat
asik
ceritanya...👍👍👍👍
Pak Samuel Hutabarat
mantap....
Pak Samuel Hutabarat
sejauh ini masih aman lah...
Pak Samuel Hutabarat
awal yg menarik...
Ahmad Fadil
tega kamu ditt andai saja kamu ketemu aku pasti aku bantai kamu ditt
Ahmad Fadil
gue kangane Ririn yg dulu sama Adit yg dulu 🥺🥺🥺
Ahmad Fadil
gue takut banget kalau baca sampai habis cinta nya Adit dan Ririn berantakan 🥺🥺
Ahmad Fadil
Aaaaa gua baca nya sambil salting ...tapi di posisi lain gua pernah ngalamin sama mantan gua pulang hujan😅😅
Fatona Maulana Siddiq
ya Allah, nangis berapa kali gw, pertama tentang Udin sahabat nya Adit, kedua bapaknya Adit ( walau gak sad amat ), and last si Adit pergi,
tapi gw support banget dengan karya lu bg, walau banyak yg bilang mutar mutar tapi gw suka, spesifikasi dari setiap aktor nya jelas dan dapet, jadi bisa memahami hampir seluruh peran yang di bicarakan, dan menurut gw itu sih adrenalin banget.
lupain aja kata orang, mereka belum pernah baca novel one piece, dan lainnya kali lebih panjang dan blibet di tambah flashback nya wkwk
the best, gw support lu
Fatona Maulana Siddiq: sry yak kalau ada kata kata gw yg salah
total 1 replies
Fatona Maulana Siddiq
keren sih, gw baca dari sore berhenti sejenak, lanjut malem Ampe subuh nih, sambil nangis sama takut di rumah gw ada bunyi bunyi, tapi be honest gw kaga bisa ngemendem tangisan gw , parah sih
Fatona Maulana Siddiq
kalau almarhum udin masih hidup, alangkah baiknya Deket sama sinta
Fano Jawakonora
buang ego mu jauh"adit masalah kematian papa mu itu semua sdh srtan tkdir berpikir lah jauh k dpn buang masa llu koq diingt terus yg ada hny jadi bumerang tuk diri sendiri
Fano Jawakonora
tuhan sj maha pamaaf koq cuma ciptaanya manusia biasa gk bisa slg memaafkan ambil hikmahnya sja adit yg dilakukan papanya ririn itu dgn alasan tersendiri jgn egois dong adit kamu terllu bodoh
Fano Jawakonora
jgn" ppanya riri adalah org yg hancurin usahanya ppa adit
Fano Jawakonora
itu krn kmu sdh masuk k perangkapnya sunta jadi org koq polos amat si adit kya gk ada otak tuk berpikir kaya kambing ja ni
Fano Jawakonora
dasar juper egois kamu adit terllu tinggi kamu pertahnkn ego dn hrg diri tnp mencari tau akar pmasalhn dn tdk mau dgr penjlsan org lain memang menyesal itu dtg dari belakan setelah kehilangn
Ruly Apriadi
hmm
Erni Sihombing
kok jadi bertele tele sih... thorr cerita nya.... kapan ketemu dengan Riri nya....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!