NovelToon NovelToon
TAWANAN RAHASIA SANG KAELITH

TAWANAN RAHASIA SANG KAELITH

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Obsesi / Identitas Tersembunyi / Sugar daddy
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: aufaerni

Nayara Elvendeen, mahasiswi pendiam yang selalu menyendiri di sudut kampus, menyimpan rahasia yang tak pernah diduga siapa pun. Di balik wajah tenangnya, tersembunyi masa lalu kelam dan perjanjian berduri yang mengikat hidupnya sejak SMA.

Saat bekerja paruh waktu di sebuah klub malam demi bertahan hidup, Nayara terjebak dalam perangkap yang tak bisa ia hindari jebakan video syur yang direkam diam-diam oleh seorang tamu misterius. Pria itu adalah Kaelith Arvendor Vemund, teman SMA yang nyaris tak pernah berbicara dengannya, tapi diam-diam memperhatikannya. Kini, Kaelith telah menjelma menjadi pemain sepak bola profesional sekaligus pewaris kerajaan bisnis ternama di Spanyol. Tampan, berbahaya, dan memiliki pesona dingin yang tak bisa ditolak.

Sejak malam itu, Nayara menjadi miliknya bukan karena cinta, tapi karena ancaman. Ia adalah sugar baby-nya, tersembunyi dalam bayang-bayang kekuasaan dan skandal. Namun seiring waktu, batas antara keterpaksaan dan perasaan mulai mengabur. Apakah Nayara hanya boneka di tangan Kaelith, atau ada luka lama yang membuat pria itu tak bisa melepaskannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aufaerni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PERTENGKARAN KAELITH DAN ALARIC VEMUND

“Bagaimana, Kaelith? Apa kau tertarik dengan tawaran dari klub Jepang itu?” tanya Ramiro, sang agen, sambil menyerahkan berkas proposal kerja sama.

Kaelith menggeleng pelan namun tegas. “Tidak, Jepang terlalu jauh untukku,” jawabnya mantap. “Aku akan tetap di sini sampai kontrakku habis.”

Ramiro mengangguk mengerti. “Aku sudah menduganya. Tapi kau yakin tidak akan menyesal menolak tawaran sebesar itu?”

Kaelith menatap lurus ke depan, ekspresinya tak tergoyahkan. “Aku sudah memikirkan semuanya dengan matang. Ada hal yang lebih penting daripada uang atau reputasi.”

Setelah pertemuannya dengan sang agen, Kaelith memutuskan untuk pulang ke rumah orang tuanya. Ia baru saja menerima pesan dari Liora, ibunya, yang memintanya hadir untuk sesi fitting baju keluarga menjelang pernikahan Kevin, kakaknya.

Kaelith menyetir dengan santai menyusuri jalanan Sevilla yang mulai ramai menjelang sore. Meski lelah, ia tak bisa mengabaikan permintaan ibunya apalagi menyangkut acara besar seperti pernikahan keluarga.

“Semoga ini cepat selesai,” gumamnya pelan, menepikan mobil begitu sampai di kediaman keluarga Vemund.

Pria itu melangkah masuk ke dalam rumah, dan sebuah firasat langsung menyelinap dalam benaknya. Ia yakin, orang yang paling ingin ia hindari pasti sedang berada di rumah saat ini.

Langkahnya melambat. Aura rumah yang biasanya terasa hangat kini seolah berubah menjadi medan yang penuh tekanan. Ia menarik napas panjang, berusaha menenangkan gejolak dalam dadanya sebelum melangkah lebih jauh ke dalam.

"Di mana Mama?" tanya Kaelith pada salah satu pelayan yang sedang melintas.

"Nyonya sepertinya belum pulang dari butik, Tuan Muda," jawab pelayan itu sopan.

"Baik, terima kasih," ucap Kaelith singkat sebelum melangkah lebih dalam ke rumah.

Kaelith melangkah ke area bar yang terletak di sisi timur rumah. Tanpa banyak bicara, ia meminta pelayan membuatkan koktail favoritnya.

Begitu minuman selesai disajikan, Kaelith mengambil gelas itu dan berjalan perlahan menuju jendela besar yang menghadap langsung ke danau di belakang rumah.

Ia berdiri diam, menatap permukaan air yang tenang, seolah mencari jawaban dari segala keresahan yang mengendap dalam pikirannya.

“Tumben sekali kau datang lebih awal, atlet,” ujar Alaric Vemund dengan nada mencibir, tatapannya tajam menelusuri sosok putranya.

Kaelith menatap datar ke arah pria yang secara darah adalah ayahnya. “Kalau bukan karena Kevin dan Mama, aku tidak akan pernah menginjakkan kaki di tempat ini,” ujarnya dingin, lalu menyesap koktail di tangannya tanpa mengalihkan pandangan.

Alaric terkekeh meremehkan putranya. “Kau makin berani saja sejak tinggal bersama perempuan itu. Apa dia yang mengajarkanmu melawan papamu sendiri?” sindirnya tajam, jelas mengarah pada Nayara, yang ia tahu tinggal bersama Kaelith.

Wajah Kaelith mengeras, rahangnya mengatup. “Jangan pernah libatkan siapa pun dalam urusan kita. Dan jangan pernah ikut campur dengan kehidupanku,” ucapnya geram, nadanya penuh peringatan.

Alaric hanya tertawa, dingin dan mengejek. “Kaelith, Kaelith… kau terus saja membuatku kecewa. Kalau bukan karena Liora yang memohon sambil menangis, aku takkan pernah mengakui kau sebagai darah dagingku.”

Kaelith hampir membuka mulut untuk membalas, tetapi langkah cepat dan suara familiar menghentikannya.

Liora muncul di ambang pintu, pandangannya langsung menangkap ketegangan yang membeku di antara suami dan putranya. Wajahnya mencoba tetap tenang, meskipun jelas ia menyadari percikan konflik yang baru saja terjadi.

“Sudahlah… ayo kita ke ruang keluarga. Tim fitting-nya sudah datang,” ucapnya lembut namun tegas, berusaha mencairkan suasana.

Ia menggenggam lengan Kaelith, menuntunnya untuk berjalan lebih dulu. Pria itu menurut, meski rahangnya masih mengeras. Alaric menyusul di belakang mereka dengan langkah santai, seolah tak terjadi apa-apa.

Di ruang keluarga, Kevin sudah lebih dulu menjalani sesi fitting. Raut wajahnya tampak setengah hati, namun ia tetap memasang senyum seolah bahagia mungkin karena calon istrinya tengah duduk tak jauh darinya.

“Halo, Kaelith,” sapa Margaret ramah, menyambut kedatangan calon adik iparnya.

Kaelith hanya membalas dengan senyum simpul, singkat namun cukup sopan. Ia kemudian mengambil tempat duduk, menunggu giliran untuk mencoba pakaian yang telah disiapkan.

Sesi fitting telah selesai. Kini hanya Liora dan Margaret yang masih sibuk berdiskusi, memeriksa detail-detail kecil yang mungkin terlewat. Sementara itu, Alaric telah menghilang ke ruang kerjanya, karena ia harus menghadiri rapat mendadak.

Di tepi kolam renang belakang rumah, Kaelith dan Kevin duduk berdampingan, diam untuk beberapa saat. Angin sore menyapu lembut permukaan air, menciptakan riak tenang.

"Kau terlihat tidak bahagia sama sekali," sindir Kaelith tanpa menoleh.

Kevin terkekeh pelan, tidak membantah.

"Kau tidak mencoba membatalkannya?" tanya Kaelith kemudian. Tatapannya lurus ke depan. "Ini pernikahan, Kev. Kau akan seumur hidup berasama Margaret yang cerewet itu."

Kevin menarik napas panjang. “Percuma. Membatalkannya hanya akan membuatku terlihat tak tahu diri. Papa sudah terlalu banyak memberi dan aku tidak cukup berani untuk membalasnya dengan penolakan.”

Ia menoleh ke adiknya dan tersenyum miris. “Intinya... aku tidak seberani kau, Kael.”

Kaelith mengernyit, menyesap air mineral dari botol kaca yang tadi disediakan pelayan. Matanya masih menatap air kolam yang berkilau tertimpa cahaya sore.

“Aku hanya muak. Muak dipaksa jadi versi yang diinginkan Papa.”

Kevin menunduk, menekuk kedua lutut dan memeluknya seperti anak kecil yang bingung harus lari ke mana. “Tapi kau memilih jalanmu sendiri. Pindah dari rumah, tinggal dengan gadis yang Papa benci setengah mati. Itu… keberanian yang tidak aku punya.”

Kaelith menoleh perlahan. “Dan kau memilih untuk tetap tinggal dalam sangkar emas, dengan perempuan yang tidak kau cintai, hanya demi menyenangkan pria yang bahkan tak pernah memperlakukanmu seperti anak.”

Kevin diam. Tak membantah.

“Margaret baik,” katanya akhirnya. “Dia tidak salah. Aku hanya… terlalu takut untuk mengecewakan semua orang.”

“Termasuk dirimu sendiri?” tanya Kaelith tajam.

Kevin tak menjawab. Tapi dari raut wajahnya, Kaelith tahu itu adalah kebenaran yang sulit ia terima.

“Kalau aku boleh jujur,” ucap Kaelith lagi, lebih tenang kali ini. “Aku iri padamu.”

Kevin menoleh cepat, tak percaya mendengar itu. “Apa?”

“Kau masih bisa memilih pergi, Kev. Pernikahan belum terjadi. Namamu belum tercetak di undangan. Tapi kau tetap tinggal... dan itu, ironisnya, membuatmu lebih pengecut dari siapapun.”

Kevin tertawa hambar. “Mungkin memang begitu.”

Suasana kembali hening. Hanya suara dedaunan yang ditiup angin dan gemericik air dari pancuran kolam yang menemani mereka.

“Kau yakin akan tetap tinggal di Sevilla?” tanya Kevin, mengalihkan topik. “Menolak tawaran dari klub Jepang, itu bukan keputusan kecil.”

“Aku yakin,” jawab Kaelith mantap. “Aku belum bisa meninggalkan semuanya. Belum sekarang.”

Kevin menatap adiknya, lalu tersenyum. “Kau lebih kuat dari yang kau pikirkan, Kael.”

Kaelith balas tersenyum tipis. “Dan kau masih bisa jadi lebih kuat, Kev. Asal mau.”

1
Intan Marliah
Luar biasa
Randa kencana
Ceritanya sangat menarik
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!