NovelToon NovelToon
Jodoh Jalur Mimpi

Jodoh Jalur Mimpi

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Cinta Murni
Popularitas:13k
Nilai: 5
Nama Author: Mrs.Ozora

Diandra rukmana, gadis cantik yatim piatu, seorang guru bahasa indonesia, di sekolah dasar di kota M.
Berulang kali bermimpi dilamar oleh lelaki yang belum dia kenal.
Bagaimana jadinya jika dia bertemu dengan lelaki yang selalu ada di dalam mimpinya, bagaimana awal pertemuan mereka.
Akankah mereka berjodoh di dunia nyata.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mrs.Ozora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15

Sore hari

Umar dan Khalil baru sampai di rumah, seperti biasa Umar dan Khalil datang ke cafe Risa untuk makan siang, tapi tidak kembali lagi ke kantor, Khalil yang tidak mempunyai pacar pun mengikuti Umar, mereka mengobrol dengan santai bertiga, meski Risa dan Umar sudah resmi berhubungan, tapi mereka menghargai Khalil sehingga tidak menampakkan kemesraan mereka.

"Bukannya tadi Irul bilang mau jemput Dian yah, kok mobilnya disini". Tanya Khalil kepada Umar.

"Udah pulang kali, mungkin cuman nganterin pulang". Jawab Umar.

Mereka berdua pun masuk ke dalam rumah, di lihatnya Irul sedang duduk di ruang tamu dengan leptop di pangkuannya.

"Tumben udah pulang, biasanya sampe malem bro di rumah Dian". Ucap Khalil membanting tubuhnya ke atas sofa.

"Ngapain di rumah Dian kalo orangnya ada disini". Jawab Irul santai.

Mendengar itu, Umar dan Khalil saling pandang bingung, lalu menatap aneh ke arah Irul.

"Maksudnya gimana sih bro". Tanya Umar.

"Gue bawa Dian kesini, dia lagi tidur di kamar gue". Jawab Irul tanpa menghentikan ketikannya di laptopnya.

"Wah wah, abis ngapain kalian, mentang mentang ngga ada kita di rumah". Ucap Khalil yang memang tengil.

"Lu sekarang mandi, bersiin otak kotor lu". Ucap Irul sambil menatap Khalil dingin.

Khalil yang di tatap seperti itu oleh Irul malah tertawa sambil mengangkat kedua tangannya.

"Ya elah bro serius amat, gue becanda kali". Ucap Khalil.

Irul tak menanggapi lagi ucapan sang sahabat, dia kembali melanjutkan pekerjaannya.

Umar pun pamit untuk membersihkan diri begitu juga dengan Khalil.

Tak berselang lama Dian datang menghampiri Irul.

"Mas". Ucap Dian dengan suara lirih.

Mendengar suara Dian, Irul langsung mendongakkan kepalanya sambil tersenyum kepada sang kekasih.

"Udah lama bangunnya sayang, ayo duduk sini". Ucap Irul menuntun Dian duduk di sampingnya.

"Mas lagi ngerjain apa". Tanya Dian setelah duduk di samping sang kekasih.

"Mas lagi ngerjain laporan perusahaan sayang". Jawab Irul.

Dian hanya menganggukkan kepalanya menanggapi ucapan Irul.

"Mau jalan jalan keluar". Tanya Irul.

"Mas kan lagi ada kerjaan". Ucap Dian.

"Mas bisa lanjut nanti sayang, ini bukan kerjaan yang harus di selesaikan hari ini juga kok". Jawab Irul.

"Tapi aku belum mandi mas, aku ngga ada baju ganti". Ucap Dian sambil mengerucutkan bibirnya.

Irul yang gemas melihat tingkah Dian pun mengacak rambut sang kekasih.

"Mas tadi udah beliin kamu dress lewat online, mas simpan di atas nakas samping tempat tidur". Ucap Irul.

"Yang di paper bag coklat itu mas". Tanya Dian.

"Iya sayang, gih sekarang kamu mandi, mas tadi udah mandi". Ucap Irul sambil mengelus kepala Dian.

Dian pun memeluk Irul sebelum melangkah meninggalkan Irul.

"Terimakasih masku sayang". Ucap Dian senang.

Irul hanya tersenyum sambil geleng kepala, entah kenapa makin kesini Irul melihat sikap Dian yang jauh berbeda, sekarang sikap kekasihnya itu begitu manja, tapi Irul menyukainya, itu berarti Dian sudah sangat nyaman bersamanya.

Sambil menunggu Dian mandi, Irul menyimpan laptopnya ke dalam ruang kerjanya, lalu menemui Umar yang ada di dalam kamarnya.

"Bro, gue sama Dian mau keluar dulu". Ucap Irul setelah Umar membukakan pintu.

"Oke bro, hati hati". Jawab Umar.

Umar keluar kamar mengikuti Irul, dia ingin menonton tv di ruang keluarga, dia rasanya juga ingin keluar mengajak Risa jalan, tapi Risa sedang keluar bersama keluarganya.

Tak lama datanglah Dian dengan pakaian yang sudah rapi siap untuk pergi.

"Yuk sayang langsung berangkat". Ucap Irul.

"Pergi dulu ya bang". Ucap Dian kepada Umar.

"Oke, hati hati kalian". Jawab Umar.

Irul pun menggandeng Dian keluar, sampai di bagasi Dian yang melihat motor sport Irul malah berpikir untuk pergi dengan naik motor.

"Mas, kita keluarnya naik motor aja boleh gak, kitakan belum pernah motoran". Ucap Dian.

"Kapan kapan aja ya sayang, kamu kan lagi pake dress begini". Ucap Irul lembut.

Dian hanya mengerucutkan bibirnya. Irul yang melihatnya hanya mengelus kepala sang kekasih.

"Nanti kamu kesulitan sayang, motor mas kan tinggi". Tambah Irul.

"Ya udah deh, tapi lain kali mas mau ya kita naik motor, nanti aku pake celana panjang yang longgar". Ucap Dian.

"Iya sayang, ya udah yuk". Jawab Irul.

Mereka pun berkeliling menggunakan mobil, sebenarnya tidak ada tujuan kemana mereka akan pergi, hanya saja bosan juga jika hanya tinggal di rumah.

Setelah menjelang maghrib, Irul pun mengantar Dian pulang ke rumahnya.

Di rumah Dian.

"Mas mau aku masakin apa buat makan malam kita". Tanya Dian.

Saat ini, selepas sholat maghrib, mereka berdua sedang bersantai di ruang keluarga, Dian yang duduk di atas sofa sambil mengelus kepala Irul yang sedang duduk di bawahnya.

"Apa aja sayang, mas selalu suka apapun yang kamu masak". Jawab Irul.

"Ya udah, awas dulu mas, aku mau masak dulu, nanti ke buru isya". Ucap Dian.

"Mau mas bantu". Tanya Irul sambil mendongakkan kepalanya.

"Ngga perlu masku sayang, mas tunggu disini aja ya". Jawab Dian sambil mengelus rahang Irul.

Dian pun memasak dengan santai, sedangkan Irul menunggu sambil menonton tv.

Tiba tiba ponsel Dian yang dia letakkan di atas meja di depan Irul itu berbunyi, Irul yang penasaran pun melihat ponsel Dian, terlihat di layar ada pesan dari Wiwin membuat alis Irul terangkat.

Irul jadi berpikir apa dia harus membuka pesannya atau tidak, dia takut Dian marah tapi dia penasaran.

Setelah berperang dengan pikirannya sendiri, akhirnya Irul memutuskan untuk tidak membukanya, biar Dian yang memberitahunya langsung, dia percaya bahwa Dian tidak akan menyembunyikan apapun darinya.

Setelah beberapa menit, Dian muncul dari arah dapur menghampiri Irul.

"Mas, ayo makan dulu yuk". Ucap Dian setelah tiba di depan Irul.

Irul hanya menganggung dan tersenyum menatap Dian, lalu berjalan ke arah dapur tanpa menggandeng tangan Dian.

Dian sedikit merasa aneh dengan sikap Irul saat ini, biasanya Irul tak pernah lepas dari menggenggam tangannya kemana pun mereka berjalan, sekarang bahkan Irul tak mengucapkan apapun kepadanya tapi langsung pergi begitu saja.

"Sini mas piringnya aku isiin". Ucap Dian.

Irul langsung memberikan piringnya tanpa mengucapkan apapun.

"Terimakasih sayang". Ucap Irul setelah piringnya di kembalikan.

"Sama sama mas". Jawab Dian sambil tersenyum.

Mereka berdua lalu makan dalam diam, tak ada obrolan kali ini, Irul banyak diam membuat Dian bertanya tanya dalam hatinya, Dian berpikir setelah makan dan bersantai nanti dia akan menanyakan kepada kekasihnya.

Mereka pun menyelesaikan makannya, Dian membereskan bekas makannya dan Irul, sedangkan Irul langsung ke ruang keluarga.

Setelah selesai cuci piring Dian pun menyusul Irul di ruang keluarga.

"Mau ngopi ngga mas". Tanya Dian setelah sampai di ruang keluarga.

"Hmm boleh". Jawab Irul sambil fokus dengan ponselnya.

Dian pun langsung ke dapur untuk membuatkan Irul kopi. Dian membuatkan Irul kopi sambil memikirkan ada apa dengan kekasihnya, sepertinya memang ada yang aneh dengan kekasihnya itu.

"Ini mas kopinya". Ucap Dian.

Lalu Dian pun duduk di samping Irul yang masih sibuk dengan ponselnya. Karna bingung untuk memulai obrolan, Dian pun meraih ponselnya, saat menyentuh layar ponselnya, terlihat disana ada pesan masuk, karna penasaran Dian pun membukanya.

"Bang wiwin ngechat". Ucap Dian pelan.

Irul yang mendengar gumaman sang kekasih pun menoleh, dia menatap Dian dalam, menunggu sang kekasih yang sepertinya sedang membaca pesan dari Wiwin.

"Mas, Ayah bang Wiwin masuk rumah sakit". Ucap Dian tiba tiba.

"Oh jadi itu isi pesan dari si Wiwin Wiwin itu". Ucap Irul ketus.

"Mas tau bang Wiwin ngechat aku". Tanya Dian.

"Hmm, tadi pas kamu masak ponsel kamu bunyi, keliatan ada pesan masuk tapi gak keliatan isinya". Jawab Irul.

"Jangan bilang perubahan sikap mas karna ini, iya". Tanya Dian.

Irul tak menjawab, dia hanya menatap Dian sekilas lalu melanjutkan memainkan ponselnya.

Dian yang tidak mendapat jawaban pun merebut ponsel Irul.

"Mas aku lagi nanya sama kamu loh". Ucap Dian.

"Sebenarnya sedekat apa kamu sama dia, sampe ibunya sakit aja dia ngabarin kamu". Ucap Irul.

Terlihat dari raut wajahnya, Irul seperti menahan marah.

"Ya Allah mas, aku kan udah pernah jelasin ke kamu, aku ngga ada hubungan apa apa sama bang Wiwin mas, aku dekat sama keluarga bang Wiwin karna mereka semua baik sama aku". Ucap Dian.

Dian benar benar tidak habis pikir dengan kekasihnya ini, selalu saja cemburu dengan temannya itu, padahal Dian sudah menjelaskan semuanya.

"Mas cemburu sayang, mas ngga suka liat kedekatan kamu sama Wiwin dan keluarganya, ibunya pasti mengharapkan kamu sama anaknya itu". Ucap Irul.

"Mas, kita sudah berencana akan menikah, aku bahkan sudah memilih akan berhenti mengajar, aku ingin mengabdikan hidup aku buat mas dan ibu, kenapa kamu masih cemburu sama laki laki yang bahkan tidak pernah aku respon perasaannya mas, apa mas belum percaya sama aku". Ucap Dian sedih.

Mendengar perkataan Dian, Irul langsung memeluk Dian erat, mengecup kening Dian berkali kali.

"Maafkan mas sayang, maaf, mas bukan ngga percaya sama kamu, tapi rasa cemburu mas tidak bisa mas tahan, mas ngga rela ada yang mengharapkan kamu sayang, mas ngga rela ada yang mencintai kamu selain mas". Ucap Irul yang masih memeluk Dian.

"Aku minta tolong sama mas, cukup percaya kalo aku hanya akan mencintai mas, aku ngga bisa atur perasaan orang agar tidak mencintaiku, tapi aku bisa pastikan hanya mas yang ada di hati aku, hanya mas lelaki yang aku cintai sayang". Ucap Dian.

Irul yang mendengar penuturan Dian semakin mengeratkan pelukannya, lalu mengecup kening Dian dalam.

"Maafkan mas sayang, mas sudah bersikap berlebihan". Ucap Irul sambil menangkup wajah Dian.

"Iya mas, mas jangan cuekin aku lagi". Ucap Dian sambil menatap Irul.

"Iya sayang maaf, ya udah besok kita jenguk ibu teman kamu itu". Ucap Irul.

"Ngga usah mas, entar malah mas cemburu lagi". Jawab Dian memanyunkan bibirnya.

Mendengar itu Irul hanya memamerkan deretan giginya.

Melihat itu Dian hanya geleng kepala.

"oia sayang, hari minggu ini kita adakan pertemuan di cafe Risa yah, kamu hubungi sahabat kamu Aini, setelah mas pikir, sebaiknya kita langsung menceritakan kepada sahabat sahabat kita tentang rencana kita sayang, bagaimana menurut kamu". Ucap Irul

"aku pikir juga begitu mas, lebih cepat lebih baik, besok aku hubungi Aini buat datang nanti". Ucap Dian.

Tak terasa waktu sudah mulai larut malam. Irul pun pamit pulang.

******

Sesampainya di rumah, Irul langsung menghubungi Dian lewat pesan singkat bahwa dia sudah sampi rumah.

Sampai di dalam rumah, Irul yang melihat kedua sahabatnya sedang menonton di ruang keluarga pun ikut bergabung dengan mereka.

"Udah pulang bro". Ucap Umar.

"Hari minggu ini, gue mau ngajak kalian ngumpul di cafe Risa, Dian juga bakal ngajak Aini buat dateng, ada yang mau gue dan Dian sampaikan". Ucap Irul.

"Curiga gue kalian udah nentuin tanggal pernikahan". Ucap Khalil menatap Irul.

"Entar juga kalian tau, udah yah gue mau mandi dulu". Ucap Irul sambil menepuk pundak Umar yang berada di sampingnya.

Irul langsung meninggalkan kedua sahabatnya setelah mengucapkan itu, Umar dan Khalil pun saling pandang.

"yakin gue si Irul bakal nikah dalam waktu dekat ini". Ucap Khalil.

"kita doakan aja yang terbaik buat dia, gue si seneng, akhirnya setelah sekian lama sohib kita nemuin wanita idamannya". Ucap Umar.

"iya bener, gue juga seneng, gue seneng kedua sahabat gue udah ketemu pawangnya". Ucap Khalil lalu tertawa.

"lu sendiri gimana, apa ngga ada niatan buat segera cari pasangan, ya kali ke nikahan Irul ngga punya gandengan". Ucap Umar.

"sialan lu, gue juga lagi berusaha, tapi cewek ini susah banget, gue di tolak mulu ama dia". Ucap Khalil.

"ada juga yang nolak lu". Tanya Umar.

"dia selalu bilang dia ngga pantes buat gue, padahal gue udah coba buat yakinin dia". Jawab Khalil.

"gue jadi penasaran ama cewek yang lu maksud, siapa si orangnya". Tanya Umar.

"entar gue kenalin kalo dia udah jinak ama gue". Jawab Khalil tertawa.

Umar hanya geleng kepala. Setelah mengatakan itu, Khalil terdiam, dia memang terlihat santai, tapi hanya dia yang tahu isi hatinya yang sebenarnya sedang galau. Tak ada obrolan lanjutan tentang cewek yang sedang di dekati oleh Khalil. Umar pun tidak ingin memaksakan sang sahabat untuk menceritakan semuanya lebih dalam.

1
Yani
Cepat halallin Rul
Yani
Ternyata Aini sama Farel
Yani
Dian cemburu
Yani
Aku kira Dian pake ternyata engga ya?
Yani
Mas apa abang 😊
Yani
Layanya sama ada hati ni
Yani
Jangan dingin" bang
Yani
Apakah jodohnya Dian?
Yani
Seru kauanya
Mrs.Ozora: selamat membaca kak
total 1 replies
Yani
Mampir ah...
Mrs.Ozora: boleh dong kak
total 1 replies
nis_ma
semangat berkarya, kak 🔥
Mrs.Ozora: terimakasih kak🙏
total 1 replies
Joanita Missella
salam kenal dari malaysia..suka baca cerita ini../Smile/
Joanita Missella: dari sarawak
nis_ma: dari negeri mane KK?
total 3 replies
Maito
Bukan main bagusnya.
Mrs.Ozora: Alhamdulillah, terimakasih kak dukungannya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!