Viola merasa di tipu dan dikhianati oleh pria yang sangat dicintainya. Menyuruh Viola kuliah hingga keluar negeri hanyalah alibi saja untuk menjauhkan Viola dari pria itu karena tidak suka terus di ikuti oleh Viola.
Hingga 8 tahun kemudian Viola kembali untuk menagih janji, tapi ternyata Pria itu sudah menikah dengan wanita lain.
"Aku bersumpah atas namamu, Erland Sebastian. Kalian berdua tidak akan pernah bahagia dalam pernikahan kalian tanpa hadirnya seorang anak"
~ Viola ~
Benar saja setelah 3 tahun menikah, Erland belum juga di berikan momongan.
"Mau apa lo kesini??" ~ Viola ~
"Aku mau minta anak dari kamu" ~ Erland ~
Apa yang akan terjadi selanjutnya pada Viola yang sudah amat membenci Erland??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15. Adu nasib
"Mas!! Kamu dari mana aja sih Mas?? Kenapa semalam nggak pulang?? Ponsel kamu juga tidak aktif"
Sarah sudah menunggunya di ruang tamu saat Erland kembali pagi ini. Mungkin Sarah begitu marah sampai mau menunggu Erland di bawah, sedangkan biasanya hanya terus berada di kamar sambil mengurus pekerjaannya.
"Maaf semalam baterai ponselku habis"
Erland terus berjalan menuju kamar di ikuti Sarah di belakangnya.
"Iya tapi kamu kemana aja?? Kenapa nggak pulang?? Di rumah Ibu juga nggak ada" Erland berhenti sejenak karena Sarah menyebut Ibunya.
"Apa yang Ibu katakan??" Erland takut Ibunya akan mengatakan tentang kesadaran Viola pada Sarah lebih dulu.
"Ya katanya kamu lembur tapi aku nggak percaya!!" Erland bernafas lega. Dia kembali berjalan masuk ke kamarnya.
"Maaf aku nggak bilang sama kamu. Semalam aku di rumah sakit" Jelas Erland.
Sarah langsung berdiri di depan Erland. Dari wajahnya saja sudah terlihat jika Sarah pasti marah pada suaminya itu.
"Kenapa kamu di sana Mas?? Kamu mulai simpati sama dia?? Kamu tega ya sama aku" Sarah ingin pergi dari kamar mereka namun kalimat Erland berhasil menghentikan Sarah.
"Sarah, Viola sudah sadar"
Punggung Sarah mulai bergetar, apa yang dia takutkan akhirnya terjadi juga. Dari awal Sarah sudah mempunyai firasat buruk tentang itu. Kini menerima kenyataan Viola sudah sadar dan harus berbagi suami dengan wanita lain rasanya Sarah tidak sanggup.
Erland menghampiri Sarah dan menariknya ke dalam pelukannya. Membiarkan istrinya itu menangis sepuasnya.
"Maaf" Sudah tak terhitung kata itu terucap dari Erland untuk kedua istrinya.
Didikan Ayahnya dulu yang selalu menekan Erland agar tidak menyakiti hati perempuan karena ada Endah dan Ibunya yang harus ia jaga kini hanya lah angin lalu belaka. Buktinya Erland sama sekali tidak menjalankan nasehat Ayahnya. Dua wanita tersakiti di tangan Erland.
"Apa kamu ingin mempertahankannya Mas?? Kamu akan tetap hidup dengan dua orang istri??" Sarah mencari jawaban dari mata Erland.
Dari sorot mata Erland saja Sarah bisa tau kalau suaminya saat ini masih bimbang. Tidak tegas mengambil keputusan, dan itu yang membuat Sarah kecewa.
"Aku akan berusaha adil untuk kalian berdua" Jawaban yang sangat tidak di inginkan oleh Sarah.
"Kenapa Mas?? Kamu tidak mencintainya kan?? Kamu hanya mencintaiku kan Mas?? Lalu kenapa kamu tidak menceraikannya??" Erland menarik Sarah lagi ke dalam pelukannya.
Membuat wanita yang sangat dia cintai menangis seperti itu, rasanya juga sakit bagi Erland. Tapi mau bagaimana lagi sekarang. Nasi sudah menjadi bubur. Erland juga tidak mengambil keputusan menikahi Viola bukan karena terpaksa. Tapi karena Erland juga mendapat jawaban dari Allah atas sholat tengah malamnya waktu itu.
"Cinta bisa datang kapan saja, asalkan kita ikhlas menjalaninya"
Sarah menggeleng kuat di dekapan Erland.
"Aku nggak sanggup untuk berbagi cinta Mas. Aku nggak mau"
Erland tak lagi menjawab. Dia hanya semakin mendekap Sarah lebih dalam. Dia tidak mau semakin menghancurkan istrinya itu.
*
*
*
*
Pagi tadi saat Viola bangun, dia sudah tidak menemukan Erland di sana. Pria itu hanya meninggalkan note yang mengatakan jika Erland harus pulang dan ke kantor. Viola tak peduli dan membuang note itu begitu saja setelah membacanya.
Namun kedatangan Endah membuatnya sedikit melupakan Erland. Sahabat yang sudah lama dia tinggalkan itu masih tetap sama. Begitu peduli dan menyayangi Viola.
"Hanya usaha kecil-kecilan saja Vi"
"Walaupun kecil tapi lo hebat Ndah. Tidak semua orang punya kesempatan buat usaha sendiri. Banyak orang di luar sana yang harus berkerja untuk orang lain"
Waktu sepuluh tahun ternyata banyak yang mereka lewatkan. Termasuk Endah yang kini punya toko kue sendiri. Meski semua resep berasal dari Ibunya, namun berat kepiawaian Endah mengolahnya, toko rotinya berkembang pesat dalam waktu 5 tahun hingga kini mempunyai tiga 4 cabang di Jakarta.
"Benar Vi, itu juga salah satu tujuan gue. Membuka lapangan kerja"
"Gue bangga sama lo Ndah" Endah tertawa renyah.
"Bisa aja lo Vi. Lo juga sama, sekarang jadi Dokter hebat, punya klinik sendiri di Korea"
Mereka berdua lalu bernostalgia tentang jaman sekolah mereka. Dari awal pertemuan mereka hingga Viola yang semakin dekat dnegan Erland. Tapi Viola langsung menghentikannya karena tak mau mengingat kenangan pahit itu.
"Ndah, lo sebenernya suka sama Bang Vino kan??"
Deg...
Viola langsung bisa membuat Endah mematung hingga tangannya yang berada di pangkuannya mulai gemetar.
"Permisi"
Tamu yang tak diundang itu menyelamatkan Endah dari pertanyaan Viola.
"Endah, bisa kamu tinggalkan kita berdua dulu??" Pinta tamu tak tau diri itu.
"Memangnya Mbak Sarah mau apa??" Endah seperti tak ingin meninggalkan Viola dan Sarah hanya berdua saja.
"Gue nggak papa Ndah" Akhirnya Endah mengalah keluar dengan rasa khawatirnya.
Sarah hanya berdiri agak jauh dari Viola, tidak mau duduk bahkan mendekat sekalipun pada madunya itu.
"Senang melihatmu terbangun lagi dari tidur panjang mu" Kalimat pembuka dari Sarah.
"Benarkah??" Dalam hati Viola ragu dengan ucapan Sarah itu. Bukankah seharusnya dia marah karena akhirnya suaminya punya dua istri.
"Baiklah, aku rasa tak perlu basa basi karena sudah tau apa yang ada dalam hariku" Sarah berjalan ke jendela dan pandangannya tertuju pada langit Jakarta yang berwarna abu-abu.
"Lalu??"
"Apa kamu senang sudah berhasil menikah dengan pria idaman mu??" Tangan Viola mengepal di balik selimut.
"Pria idaman?? Siapa?? Suamimu?? Itu dulu sebelum aku tau kebusukannya" Balasan Viola membuat Sarah menatap heran pada Viola.
"Harusnya kamu senang dan bahagia. Kenapa justru terlihat tertekan seperti ini?? Apa kamu sudah beralih membencinya??"
Lirikan mata Sarah, bibirnya yang tertarik miring saat menunjukkan senyumnya yang mengerikan itu membuat Viola paham maksud dari wanita itu.
"Memangnya kenapa?? Ingin membujukku agar menceraikannya??"
Tepat, tebakan Viola sangat tepat hingga membuat Sarah mengerjabkan matanya beberapa kali.
"Untuk apa lagi pernikahan kalian di pertahankan jika kamu sudah tidak mencintainya lagi??"
Baru pertama kali mereka berdua bertemu secara pribadi, namun Sarah sudah menunjukkan ketidaksukaannya pada Viola.
"Maka dari itu, suruh saja suamimu untuk menceraikan ku!!" Viola jengah menghadapi wanita di depannya itu. Kesannya seperti Viola yang memohon pada Erland agar mempertahankannya menjadi istri ke dua.
"Mas Erland tidak mau, dia membenci perceraian"
"Kalau begitu itu bukan urusanku. Walaupun aku sudah mengirimkan gugatan kalau dia bersikeras juga tidak akan berhasil" Jawab Viola dengan tenang. Seperti sudah menguasai permainannya dengan Sarah.
Viola mengernyit karena wajah Sarah yang mulai sendu.
"Apa kamu tega Vi?? Sakit rasanya harus menerima kenyataan suamiku menikah lagi di usia pernikahan kita yang belum satu bulan. Aku tidak sanggup untuk berbagi Vi. Aku mohon kamu mengertilah"
Viola bukannya bersimpati pada Sarah yang terlihat menyedihkan dengan air matanya namun terus menatap Sarah datar.
"Kamu sakit?? Kamu tidak terima?? Lalu bagaimana denganku?? Aku juga sama sakitnya, jadi kalau mau di adu tentu saja lebih sakit yang kurasakan. Jadi jangan coba untuk meminta pengertian dariku, karena tingkat kesakitan kita berbeda. Aku tidak akan pernah bisa memahami mu karena aku lebih sakit atas segalanya darimu. Kalau ingin suamimu menceraikan aku, maka bujuklah suamimu itu. Aku akan menerima dengan senang harti"
Sarah yang mulanya ingin menekan Viola justru kini terhempas dari atas angin oleh Viola. Bibirnya sudah tidak mampu lagi untuk mengeluarkan sanggahan untuk kalimat panjang Viola.
bisa....bisa ...
emansipasi wanita anggap aja😁😁
mana bisa keguguran hamil juga ngga....