Bagaimana jika sahabatmu meminta mu untuk menikah dengan suaminya dalam bentuk wasiat?
Dara dan Yanti adalah sahabat karib sejak SMA sampai kuliah hingga keduanya bekerja sebagai pendidik di sekolah yang berbeda di kota Solo.
Keduanya berpisah ketika Yanti menikah dengan Abimanyu Giandra seorang Presdir perusahaan otomotif dan tinggal di Jakarta, Dara tetap tinggal di Solo.
Hingga Yanti menitipkan suaminya ke Dara dalam bentuk wasiat yang membuat Dara dilema karena dia tidak mencintai Abi pria kaku dan dingin yang membuat Yanti sendiri meragukan cinta suaminya.
Abi pun bersikukuh untuk tetap melaksanakan wasiat Yanti untuk menikahi Dara.
Bagaimana kehidupan rumah tangga Dara dan Abi kedepannya?
Follow Ig ku @hana_reeves_nt
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Reeves, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kecelakaan
Byeolcheoreom ssodajyeo eodumeul geoseulleo
Neoreul piwonael sigan
Gamchun neoui nunmulmajeo bicci nage
Saebyeok kkeute wasseo modu jejariro ganeun gil
Baro yeogie nae modeun geol nege julge
Soneul naemin neol jikireo igoseul
Chaja hemaetdeon neoreul wihan savior
Amheuk sok naega bicci dwaejulge
A life saver, Lightsaber
Light Light Light Light Light woo oh woo oh
Light Light Light Light Lightsaber
Light Light Light Light Light woo oh woo oh
Light Light Light Light Lightsaber
Light Light Light Light Light woo oh woo oh
Light Light Light Light Lightsaber
Lightsaber
Lightsaber
Lightsaber
Suara Sehun, Baekhyun, Chen dan Suho EXO terdengar dari buds di telinga Dara yang sedang asyik membuat laporan di laptopnya sampai ada suara panggilan masuk.
"Assalamualaikum" sapa Dara sambil memencet budsnya tanpa melihat siapa yang menelpon.
"Wa'alaikum salam Rara". Dara tertegun.
"Mas Sena?"
"Yoi, siapa lagi" kekeh Antasena di seberang.
"Apa kabar mas."
"Alhamdulillah baik. Ohya Ra, besok aku ma mas Abi ke solo lho, nemenin mbak Yanti yang mau reunian. Kamu juga kan? Mau reuni SMA bareng."
"Iya mas. Ini tadi Yanti kasih kabar kalau dia jadinya ke Solo naik mobil. Katanya biar puas bisa jalan-jalan disini."
"Besok bis acara reuni, kamu harus ajak kita makan yang enak-enak yaaaa!"
"Siyap mas!" kekeh Dara.
"See you tomorrow Rara. Assalamualaikum"
"Wa'alaikum salam."
Dara kembali melanjutkan pekerjaannya dengan lagu-lagu KPop di budsnya.
***
Abi meeting dengan beberapa rekan bisnisnya dengan perasaan tidak enak. Ada sesuatu yang membuatnya tidak konsentrasi dan gelisah sepanjang siang ini. Tadi Yanti sudah memberitahu bahwa mereka sudah masuk Semarang dan sekitar dua jam lagi sampai Solo karena dia mau beli oleh-oleh di kota lumpia itu.
Hanya saja perasaan tidak enak ini tetap membuat Abi tidak nyaman. Melihat kakak sepupunya gelisah tidak nyaman, Antasena segera meminta meeting dipercepat.
"Maaf tuan-tuan sekalian, tuan Abimanyu sedang tidak enak badan jadi meeting kita bisa kita tutup sekarang? Semua sudah setuju kan dengan draft surat perjanjian yang kita buat?"
"Baik pak Antasena. Kami sudah setuju dengan draftnya tinggal tanda tangan setelah menjadi surat perjanjian" ucap salah seorang peserta meeting.
Abi sendiri hanya diam, wajahnya tampak datar namun tampak ada kegelisahan disana. Antasean akhirnya yang menutup meeting dan semua saling berjabat tangan dan meninggalkan ruang pertemuan.
Abi segera menuju ruangannya. Entah apa yang mendorongnya, dia memesan tiket pesawat menuju solo penerbangan terakhir. Beruntung dia mendapatkan dua kursi terakhir.
Antasena yang baru saja mengantar para koleganya pulang, langsung masuk ke ruang Abi.
"Mas Abi kenapa? Wajahmu pucat sekali."
"Anta, panggil Jun!"
Antasena menatap Abi lalu segera keluar memanggil sekretaris kakaknya. Jun adalah seorang pria dengan wajah imut namun berkesan dingin. Tubuhnya tinggi hampir sama dengan Abi yang mempunyai tinggi 183cm.
"Pak Abi memanggil saya?" tanya Jun setelah masuk ke ruangan bossnya.
"Jun, saya dan Antasena ke solo sekarang dengan pesawat, mungkin sampai Senin. Tolong handle semua pekerjaan saya di hari Senin." titah Abi sambil membereskan semua bawaannya.
"Siap pak." Jun menjawab dengan tegas.
Antasena hanya terbengong mendengar ucapan Abi. "Kita ke Solo sekarang mas?"
Abi hanya mengangguk. "Bereskan bawaanmu."
Tanpa berkata apapun, Antasena langsung mengambil tas ranselnya yang selalu dibawanya setiap ke kantor. Dimasukkan semua iPad, MacBook, charger, beberapa berkas penting. Tak lupa dia membawa duffle bag LV berisi baju dan perlengkapan lainnya yang selalu ia siapkan jika harus pergi mendadak seperti ini.
Anta kembali ke ruangan Abi yang juga sudah siap dengan tas kerja dan duffle bag di tangan kiri. Sama seperti Antasena, Abi pun selalu siap dengan tas yang berisi pakaian dan perlengkapan lainnya di kantor.
"Sudah siap?" tanya Abi.
"Sudah mas."
"Ayo berangkat! Jun, saya titip kantor ya." Abi pun menuju lift.
"Baik pak."
***
Dara berada di sebuah hotel tempat reuni ini akan diadakan. Tadi seusai Maghrib, Edo menjemputnya untuk melihat lokasi.
Tampak sudah mulai tertata semua kursi-kursi dan meja. Acara reuni ini dibuat per meja bundar dengan delapan kursi disana. Sudah ada tulisan masing-masing nama peserta. Dara melihat ada namanya dan Damayanti di satu meja.
Dara melihat dekorasi yang mengingatkan pada jaman SMA, ada banyak foto yang dipasang pada saat mereka melakukan masa ospek, disetrap oleh pak kepsek dengan disuruh berdiri depan tiang bendera, acara inagurasi sekolah, dan masih aneka macam.
"Kamu memang cantik dari dulu" puji Edo.
Dara mengalihkan pandangannya dari foto-foto di hadapannya.
"Masa?" tanyanya geli.
Edo hanya menunjukkan sebuah foto yang memperlihatkan Dara sedang tertawa melihat Yanti seperti kepedasan. Tanpa sadar Dara tersenyum mengingat kejadian saat itu.
"Kalian itu ngapain?" tanya Edo.
"Ini yang ambil foto pasti Firman" komentar Dara
Teman mereka yang bernama Firman memang punya obsesi mendokumentasikan semua kegiatan teman-teman seangkatan. Bisa dibilang dia juru foto semua dari kelas 1 hingga kelas 3 SMA. Sekarang Firman menjadi seorang fotografer terkenal.
"Iya. Kemarin Firman mengirimkan banyak file untuk kita pilah-pilah mana yang lebih menarik sebelum dia datang dari Bali" ucap Edo. "Lalu kalian berdua ini ngapain?"
"Oh ini. Yanti itu bukan pecinta pedas tapi kami berdua taruhan. Siapa yang nilai fisikanya jelek, harus makan bakso dengan lima sendok sambal. Ternyata mendapat 85, aku dapat 95. Jadinya dia harus membayar taruhan" kekeh Dara.
"Dan Firman memfotonya?" tanya Edo.
"Firman tahu taruhan itu jadi dia bahagia bisa menemukan obyek foto."
Edo tersenyum sambil melihat Dara yang masih asyik melihat beberapa foto disana.
Kemudian beberapa teman seangkatan merek yang termasuk panitia pada datang ke meeting room untuk mengecek segala persiapan.
Dara pun ikut membantu sambil bernostalgia pada jaman SMA.
Sejam kemudian, terdengar suara ponsel Dara berbunyi. Dara mengambilnya dari dalam tas dan dahinya berkerut melihat nama Antasena disana.
"Assalamualaikum mas Sena" sapanya.
"Dara..."
Deg!
Ini suara mas Abi, bukan suara mas Sena.
"Ya mas Abi? Ada apa mas?" tanya Dara dengan perasaan tidak enak.
Kenapa jantungku jadi berdebar-debar tidak nyaman. Ada apa ini? Dan kenapa suara mas Abi seperti itu?
"Kamu berada dimana?" tanya Abi.
"Aku di hotel Lor In, membantu persiapan reuni besok. Gimana mas?"
"Kamu bisa datang ke rumah sakit PKU Muhammadiyah sekarang?" suara Abi terdengar lemah.
"PKU Muhammadiyah Solo?" tanya Dara meyakinkan lagi.
"Iya".
"Memangnya ada apa mas Abi bisa sampai sana?" tanya Dara cemas. Hatinya benar-benar terasa tidak enak.
"Yanti kecelakaan, Dara..." jawab Abi lirih.
"Astaghfirullah. Ya Tuhan..." Air mata Dara tanpa sadar menetes bahkan ponselnya nyaris jatuh. Tubuhnya terasa lemas.
Edo yang melihat Dara memucat langsung menghampiri dan memapah gadis ke kursi yang ada di dekatnya.
"Dara... Dara!" suara di ponsel terdengar. Edo pun mengambil alih.
"Selamat malam, saya Edo temannya Dara. Maaf ini siapa ya?"
"Pak Edo, bisa minta tolong antar Dara ke rumah sakit PKU Muhammadiyah Yosodipuran? Saya Abi suaminya Yanti."
"Bisa pak Abi. Memangnya ada apa dengan Yanti?"
"Yanti kecelakaan dan dia mencari Dara."
"Baik pak Abi, saya akan mengantarkan Dara sekarang."
Edo pun memutuskan sambungan lalu dia berjongkok di hadapan Dara.
"Kita ke rumah sakit sekarang ya?" ucapnya lembut.
Dara pun mengangguk. Melihat keduanya pergi, para teman-temannya yang berada disana pada bertanya.
"Kalian mau kemana?"
"Aku ma Dara pamit dulu, mau ke rumah sakit!" jawab Edo.
"Siapa yang sakit?" tanya salah seorang dari mereka.
"Damayanti kecelakaan!"
***