" Aku percaya suatu saat nanti kita akan saling mencintai dan menyayangi, walaupun sekarang kita disatukan dalam ikatan pernikahan karena perjodohan, Tetapi hati seseorang siapa yang akan bisa menebaknya " Fadly ".
" Aku tidak tau apakah aku pantas bersanding dengan dirimu yang hampir sempurna di mata diriku, berbeda dengan aku yang jauh dari kata sempurna untuk menjadi wanita idaman " Azura".
Namun aku percaya kalau kita memang sudah di takdirkan bersama, maka semua kesulitan dan cobaan akan bisa kita hadapi bersama hingga pada saatnya yang kita rasakan adalah kebahagian setiap harinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novi yanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
# Part Lima Belas
Kini keduanya telah sampai di restoran namun tangan Fadly sedari tadi belum juga melepaskan tautan tangan mereka seolah-olah ketika ia lepaskan tangan itu membuat orang yang ada di depannya saat ini pergi, Azura yang mulai merasa malu dan tidak nyaman akhirnya pun mencoba melepaskan tangan itu.
" Loh kok di lepas sih Dek ? " tanya Fadly dengan muka cemberut.
" Malu kali Mas, kita di perhatiin orang tau ngak karena Mas megang tangan aku terus, berasa mau nyebrang jalan aja kita deh pakek di gandeng terus " jawab Azura.
" Yaudah deh " pasrah Fadly.
Pesanan mereka pun sampai dan mulai di atur di atas meja , Fadly langsung saja membaca doa dan kedua nya pun makan dengan lahap.
Selama acara makan tersebut tidak adanya pembicaraan antara kedua belah pihak bahkan keduanya terlalu fokus dengan makanan-makanan di depan mereka sehingga membuat suasana di antara mereka sedikit aneh.
Fadly yang memang sudah terbiasa tidak berbicara ketika sedang makan ia merasa biasa-biasa saja saat ini namun hal itu berbeda dengan Azura yang memang di keluarga mereka biasanya pun tetap ribut meskipun pada saat makan sekalipun hingga suasana sunyi seperti beberapa saat lalu membuat Azura sedikit canggung.
Kini pasangan pengantin baru itu sudah menyelesaikan acara makan yang seharusnya makan pagi buat mereka namun karena mereka berdua terbangun ketika sudah siang jadinya sarapan itu pun berubah menjadi makan siang.
Setelah menghabiskan makanannya, kini mereka berdua kembali lagi ke kamar untuk membereskan pakaiannya dan setelah itu mereka akan pulang ke rumah untuk packing baju-baju yang lain karena mereka akan berangkat bulan madu ke Raja Ampat besok pagi.
Saat ini keduanya yang sudah ada di kamar mulai membereskan pakaian dan memasukan ke dalam koper, beberapa pakaian kotor milik Fadly dan Azura bekas pertempuran semalam juga tergeletak di lantai hingga membuat Azura mulai mengutipnya satu persatu dan memasukannya ke dalam koper.
Azura yang sudah mengutip beberapa pakaian itu namun dia merasa sepertinya ada yang hilang hingga Fadly yang melihat itu ikut membantu mencari hingga sampai ke bawah ranjang.
Fadly mulai meraba-rabakan tangannya ke bawah ranjang dan tidak lama setelah itupun dia seperti memegang sesuatu hingga dia pun menarik keluar benda itu namun saat dia melihatnya Fadly sedikit kaget karena rupanya benda yang ada di tangannya adalah sebuah Bra berwarna merah menyala dengan ukuran yang tidak terlalu besar dan tidak kecil juga.
Fadly yang memang duluan menemukannya berniat menggoda sang istri dengan barang di tangannya itu.
" Sayang kamu lagi nyari kacamata ya " tanya Fadly dengan absur dan menyembunyikan Bra itu di belakang punggungnya.
" Hah, siapa yang lagi nyari kacamata coba, aku lagi nyari daleman aku ni, Mas sih semalam main lempar-lempar sembarangan aja " jawab Azura sedikit sewot.
" Yang ini ya Dek " tanya Fadly lagi dengan memperlihatkan benda itu pada istrinya.
Azura yang melihat dalemannya berada di tangan suaminya dengan mata melotot dan perasaan yang sangat malu, mereka itu baru menikah kemarin dan rasanya melihat bahkan memegang barang-barang pribadi seperti itu masih terasa sangat memalukan.
Azura pun dengan mata melotot langsung saja berlari dan mengambil dalemannya itu dan segera memasukan ke dalam koper hingga membuat Fadly tertawa karena melihat reaksi istrinya dengan muka yang sudah memerah karena malu.