NovelToon NovelToon
Pembantu Kesayangan Tuan Abian

Pembantu Kesayangan Tuan Abian

Status: tamat
Genre:Romantis / Contest / Nikahmuda / Tamat
Popularitas:2.1M
Nilai: 4.5
Nama Author: Titin

Rara Depina atau biasa di panggil Rara, terpaksa menggantikan ibunya yang sedang sakit sebagai Art di ruamah tuan muda Abian Abraham.

Rara bekerja tanpa sepengetahuan tuan muda Abian. Abian yang pergi kerja saat Art belum datang dan pulang saat Art sudah pergi membuat Rara bisa bekerja tanpa di ketahui Abian.

Apa jadinya saat tak sengaja Abian memergoki Rara tengah berada di apartemennya.

Dilema mulai muncul saat diam-diam Abian mulai jatuh cinta pada pembantu cantiknya itu, dan di tentang oleh keluarga besarnya yang telah memilihkan calon buat Abian.


Akankah Abian mampu mempertahankan Rara di sisinya, cuus baca kelanjutannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Titin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 16

Mata Abian nyalang menatap tubuh di balik selimut , isak tangis terdengar di balik selimut itu.

Perlahan Bian mendekat, dia sendiri bingung harus apa, rasa bersalah menyelimuti hatinya, bagaimana tidak Ara yang dia sangka wanita penggoda, nyatanya masih vir gin. Sial !!

Ara masih terdengar sesegukan, walau isak tangisnya sudah berhenti.

"Ra, aku keluar dulu, aku sudah menaruh baju di samping mu, pakailah, kita perlu bicara."

Ara tak merespon, dia membisu di balik selimut. Bian menunggu sesaat, kemudian beranjak keluar kamar.

Perlahan Ara bangkit, dengan bergulung selimut tebal Ara beranjak kekamar mandi, membersihkan diri dari sisa-sisa sentuhan Abian yang terasa menjijikkan oleh Ara. Dengan sangat terpaksa Ara harus memakai kemeja Abian, sebab bajunya sudah tak utuh lagi.

Dengan wajah tertunduk Ara keluar dari kamar Abian, sementara mata Abian menatap lekat sosok Ara yang tampak tertunduk dalam.

"Duduklah." printah Abian. Ara menggeleng, dia tak ingin lama-lama di sini, dia ingin pulang sekarang juga, berada satu ruangan dengan Abian membuat dadanya sesak, seakan sulit bernafas.

"Ara please." mohon Abian.

"Aku mau pulang," ujar Ara mulai kembali terisak.

Bian tampak bingung, dia harus bicara tapi melihat Ara terisak takut, membuatnya bingung. Ara mengambil tasnya di atas sofa, kemudian melangkah pergi.

"Ra kita perlu bicara, setelah apa yang terjadi antara kita!" teriak Bian.

Tampak Ara menghentikan langkahnya, tanpa berpaling Ara menjawab ucapan Bian.

"Tidak ada yang perlu di bicarakan, bukankah itu yang tuan inginkan, dan bukankah tuan sudah mendapatkannya, satu yang harus tuan ketahui. Aku bukan gadis penggoda!" ucap Ara sinis, lalu beranjak pergi meninggalkan Abian yang termangu oleh ucapan Ara barusan.

Rasanya ingin menangis mengingat apa yang terjadi padanya, nasib buruk benar-benar menghampirinya, sesuatu yang paling berharga miliknya harus di renggut paksa oleh pria brek sek itu. Keterlaluan!

Ara terus saja melangkah tergesa meninggalkan tempat yang tak ingin dia kunjungi seumur hidupnya, tidak akan.

Saat tiba di rumah, ibu dan kedua adiknya sudah tertidur. Dia beruntung pintu rumahnya tidak di kunci oleh ibu, kalau tidak dia tentu bingung mencari alasan dari pertanyaan ibuk.

Ara merebahkan tubuhnya yang terasa sangat lelah, tubuhnya terasa remuk redam tak bertulang. Dadanya kembali terasa sesak saat peristiwa pahit itu melintas di benaknya, teringat olehnya bagaimana Abian menjamah tubuhnya dengan rakus.

Tiba-tiba ponselnya berdering, sekilas Ara menatap layar ponselnya, di layar tertera pangilan video dari Rendra, Ara tak berniat menerima panggilan Rendra dia sedang tak ingin di ganggu saat ini. Dia ingin sendiri.

Alarm berbunyi beberapa kali tapi Ara tak jua membuka matanya, entah mengapa kelopak matanya sulit sekali untuk di buka, kepalanya juga terasa berat, sepertinya dia sakit.

"Ra, sudah jam enam, kamu nanti telat loh."Seru ibu di balik pintu.

"Ara gak sekolah buk, sepertinya Ara demam." sahut Ara pelan, tapi masih terdengar oleh ibu.

Ibu bergegas masuk kekamar Ara, memeriksa keadaan Ara, benar saja tubuhnya terasa panas, tapi dia merasa kedinginan membuatnya bersembunyi di balik selimut tebal.

"Ya udah istrahatlah, biar ibu buatin bubur untuk sarapan, panggil dokter apa gimana Ra?"

"Gak usah buk, beli obat warung aja."

"Ya udah nanti ibu belikan obat di warung."

Tak menunggu lama ibu bergegas kedapur membuatkan bubur untuk Ara lalu membeli obat di warung depan gang.

Ada terselip rasa bersalah di hati ibu, ibu menduga Ara sakit karena terlalu lelah bekerja, sepulang sekolah dia langsung ketempat kerja tanpa istirahat terlebih dulu.

"Ra, makan buburmu abis itu minumlah obat ini, ibu mau pergi kerja dulu, biar siang nanti ibu bisa pulang." ujar ibu seraya melatakkan bubur dan obat di atas nakas.

Karena Ara sakit maka ibuklah yang masuk kerja, sebelumnya ibu sudah menelpon teman Ara mberitahu mereka Ara tak masuk karena sakit.

***

Abian sengaja pulang saat makan siang, dia bermaksud menunggu Ara, masalah mereka kemarin masih menggantung, kemarin Ara tak memberinya kesempatan bicara.

Langkah kakinya terhenti saat melihat ibu Ara keluar dari apartemen. Jadi Ara benar-benar menghindar darinya.

"Siang bik."

"Siang tuan Bian." sahut ibu sambil sedikit membungkukkan tubuhnya.

"Bibik udah mulai masuk kerja?"

"Iya Ara sakit tuan, jadi saya yang masuk."

Deg!

Sakit, jangan bilang dia sakit karena peristiwa kemarin. Tapi itu mungkin terjadi, mengingat apa yang dia lakukan kemarin.

"Sakit apa dia bik?"

"Kecapean mungkin tuan, badannya panas, dari pagi gak bangkit dari tempat tidur." jelas ibuk, Bian terdiam helaan nafas terdengar dari mulutnya.

"Baiklah saya permisi tuan."

"Tunggu bik, apa Ara sudah di bawa kedokter?" ibuk menggeleng.

"Kenapa bik?"

"Udah minum obat warung kok tuan." sahut ibuk sambil senyum.

"Ya udah tuan saya permisi dulu." pamit Ibuk, dia merasa canggung harus berlama-lama bicara dengan tuan Bian, apa lagi dia tau tuan Bian tak suka berinteraksi dengan pelayannya.

Bian menatap punggung ibu dengan perasaan gundah. dia merasa seperti pengecut saat ini, dia mengabaikan Ara setelah merenggut sesuatu yang sangat berharga bagi Ara, dia mang terdengar seperti pecundang.

Bukan kepuasan yang dia dapat, tapi rasa sesal, andai dia bisa berpikir sedikit waras, tak menyamakan Ara dengan wanita yang mendekatinya karena uang.

Bian murka saat tau Ara juga akrab dengan Rendra, dia tau Rendra bukan pria biasa, sama dengannya Rendra juga seorang ceo muda.

Apalagi saat dia tau Ara memiliki iphone, dengan harga yang terbilang sangat mahal untuk seorang pembantu seperti Ara. Pikiran dari mana dia mendapat benda semahal itu membuatnya semakin bertambah murka, tuduhan jual diri pun tuduhkan ke Ara.

Dia juga tak paham, kenapa dia bisa semarah itu, dia marah tapi juga tak rela Ara melakukan hal kotor itu.

****

Kamar Ara terdengar ramai oleh gelak tawa, padahal dia masih dalam keadaan sakit.

Siapa lagi yang mampu tertawa-tawa kalau bukan Amel dan laras, anak dua ini memang gak tau tempat dan situasi.

Ara masih terbaring, wajahnya sudah sedikit terlihat berdarah, tidak seperti pagi tadi terlihat pucat pasih.

Sementara Amel dan Laras duduk di sebelahnya di atas ranjang berdesakan dengan Ara.

"Ra kamu sakit di waktu yang tidak tepat, belum juga perang udah tumbang, harusnya sakit setelah ujian, berperang melawan soal-soal ujian." ujar Laras sambil memberi Ara potongan buah aple.

"Aku juga ogah sakit Ras." jawab Ara dengan suara yang terdengar lirih.

Saat Amel dan Laras asik ngobrol, ibu mengetuk pintu kamar Ara.

Tok!

Tok!

"Ra boleh ibu masuk?"

"Masuk aja buk." sahut Ara dengan suara yang terdengar lemah.

Ibu membuka pintu lebar-lebar kemudian masuk kedalam kamar, tapi ibuk tak sendiri, ibuk masuk bersama sosok yang membuat wajah Ara pucat seketika.

Ya Ibu datang bersama Abian juga seorang dokter wanita.

Ada banyak kata yang ingin di ucapkan Ara untuk mengusir lelaki be jat itu dari kamarnya, tapi bibirnya terkunci, tenggorokannya terasa kering tak satupun kalimat lolos keluar dari bibirnya.

Dia bahkan terlihat pasrah saat Dokte memeriksa kondisinya, dia memang sangat lemah, kepalanya masih pusing, tubuhnya juga masih sangat panas, walau sudah minum obat warung.

Bian menatap Ara dengan perasaan bersalah, melihat Ara tergeletak lemah tak berdaya membuat Bian mengutuk tindakannya, entah mengapa hatinya sakit melihat Ara tergeletak lemah.

.

Happy reading

jangan lupa like and komen ya readers 🥰🙏

1
Dewi Siahaan
Kecewa
Dewi Siahaan
Buruk
Ai Siti
Biasa
Ruli Ana
Kecewa
Ruli Ana
Buruk
Farani Masykur
coba mampir thor
Sabaku No Gaara
Luar biasa
Christina Dariyem
Kecewa
Christina Dariyem
Buruk
yuni_nuraeni
Rika Fitria
keren ceritanya
Siti Zubaedah
Luar biasa
sherly
novel yg bagus, tq Thor...
sherly
ya jelas donk, situ siapa ngarep dilembutin bian... ngaca mbak
sherly
aku tu sebenarnya sebel dgn sikap araa.. masih aja ngk mudeng kalo si bian tu sayang, cintaaaaa banget Ama dia... . emang sih si bian tu posesif tp itu menunjukkan kalo dia sayang banget lagian boleh pergi tp TDK boleh ada teman laki yg ikut kalo menurutku itu hal yg wajar
sherly
netizennya plinplan...
sherly
Luar biasa
sherly
sialan bener nih abian...
kalea rizuky
sering nginep kayaknya septi di situ
dhaa. made
apa aku harus jadi pembantu orang kaya dlu baru ketemu jodoh kaya :-
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!