Seorang gadis bernama santi anastasia yang berusia 24 tahun yang ditinggalkan oleh kekasihnya karna insiden kecelakaan yang terjadi dua tahun yang lalu tepat di hari ulanga tahunnya, yang membuatnya menutup diri dan memutuskan untuk pergi dari kota asalnya karna ingin melupakan kenangan bersama sang kekasih. dikota yang baru, santi menjalani kehidupanya dengan menjadi tenaga pengajar di salah satu sekolah yang terkenal di kota itu, hingga dia bertemu dengan seorang lelaki yang tak lain adalah pemilik sekolah tempat santi bekerja dan karna suatu kesalah pahaman membuat mereka terpaksa harus menikah.
Ruben Prasetya seorang pemuda yang berusia 29 tahun, dia seorang pengusaha yang terkaya dan tersohor dikotanya, namun sampai kini masih belum menikah akibat kegagalan percintaannya lima tahun yang lalu sehingga membuatnya menjadi pria yang kejam dan dingin bahkan tak akan segan menghancurkan orang yang telah menyinggungnya, hingga suatu saat terjadi sesuatu yang mengharuskan dia untuk menikahi gadis yang mengajar di sekolah miliknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon baene, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 14
***berjuang untuk orang tersayang dan berharga itu adalah hal yang terbaik bagiku dan aku memiliki kebanggan tersediri bagi ku saat melakukannya , karna apa.,? karna itulah yang akan menjadi alasan bagi dia akan mengingat bahwa aku pernah berjuang untuk dirinya.
Dan untuk yang diperjuangakan aku harap agar bisa mengahargai perjuangan orang lain agar nanti tidak ana ada penyesalan jikania sudah tidak berjuan lagi😊****
💖💖💖💖💖💘💘💘💘💘💘💘💘💘💘💘
Pagi sekali santi kembali berkutat didapur membuat sarapan untuk sang suami. ya santi masih berjuang dan berusaha terus merebut perhatian dari sang suami dan untuk mendapat pengakuan dan kejelasan dalam hubungan mereka.
" aku akan buat makanan spesial untuk mas ruben pagi ini. gumam santi penuh semangat.
Santi memasak dengan penuh semangat tangannya yang lincah mengaduk makanan dalam wajan setelah semau masak ia menata dimeja makan kemudian berbalik kembali kedapur mebuatakan kopi kesuakaan sang suami , Setelah semua selesai santi menuju kamar ruben untuk membangunkan lelaki itu. Awalnya santi gugup dan ragu namun setelah mengumpulkan semua keberaniannya ia pun melangkah menaiki tangga menuju kamar ruben.
Dengan tangan gemetaran dan jantung yang berdebar santi mengetuk pintu kamar ruben.
Tok..tok...tok...
Tak lama pintu pun terbuka dan ruben keluar dari kamar berdiri di depan pintu masih dengan pakaian tidurnya dan muka bantalnya namun tidak dengan tatapan tajamnya karna ia merasa terganggu dengan ketukan pintu kamarnya.
santi bertambah gugup dan menundukan wajahnya, lidahnya keluh rasanya ia tak sanggup berkata lagi.
" ada apa.?" tanya ruben datar.
" em,,,emm maaf mas sa..saya cuma ma..mau membangunkan mas takunya nanti telat kekantor." ucap santi terbata. ya santi sudah membiasakan diri dengan menyematkan panggilan mas kepada ruben semenjak pembicarannya dengam bundanya beberapa bulan yang lalu dan ruben pun juga sudah terbiasa dengan panggilan itu.
" hm." jawab ruben singkat dan langsung menutup kembali pintu kamarnya dengan sedikit kasar.
Santi hanya menatap sendu pintu yang sudah tertutup itu matanya berkaca kaca pertanda air matanya siap tumpah hanya dalam sekali kedipan saja.
" sampai kapan kamu bersikap seperti ini mas.?" batin santi. Hatinya terasa sakit dadanya sesak setiap kali ia menerima perlakuan ruben yang seperti itu namun ia tak mampu berkata apa apa selain menerima dan bertahan terhadap semua yang terjadi.
Santi kembali menuruni anak tangga menuju kamarnya ia tidak sanggup berdiri lebih lama lagi disana, ia masuk kekamar dan langsung menuju kamar mandi. Disana Dia menumpahkan air matanya yang sudah tidak dapat ditahan lagi.
" hiks....hiks.... Sampai kapan kamu begini mas.? sampai kapan kamu bersikap sedingin ini.? apa kamu tidak bisa memberi rasa padaku walau hanya rasa kasian saja.? dan apa kamu tidak bisa menerima kehadiranku sedikit saja walaupun kamu tidak mencintaiku.? lirih santi sembari tangannya memukul mukul dadanya yang terasa sakit dan sesak.
" aku tidak memaksamu mencintaiku tapi aku cuma minta kamu menganggap dan mengakui aku sebagai istrimu meskipun tanpa adanya cintamu setidaknya aku ada alasan tetap berada didekatmu yaitu pengakuan hanya sebuah pengakuan ." pinta santi yang tangisnya semakin pecah tat kala hatinya semakin sakit dan teriris jika mengingat kemabali pernikannya
" ya Tuhan hatiku sakit, sakit sekali menerima semua ini, rasanya aku ingin menyerah dan pergi dari sini saja dan pulang kerumah bunda. Bunda pasti akan memelukku disaat seperti ini Hiks...Hiks..." adu santi, Ia masih memusakan diri untuk menagis.
Setelah tangisnya mereda ia langsung membasuh wajahnya membersihkan tubuhnya, ia tidak mau berlama lama disini takutnya hal itu akan membuat ruben menunggu dan marah lagi nantinya.
Santi sudah selesai bersiap dan keluar dari kamar menuju meja makan, disana sudah ada ruben yang menunggunya duduk dimeja makan dan menyilangkan tanganya didepan dada dan menatap santi tajam yang kini berjalan kearahnya.
Santi berjalan pelan dan pelan ia hanya menundukan wajahnya selama menuju meja makan, ia tak berani menatap ruben yang menatapnya dengan tajam tanpa suara hingga santi duduk barulah ruben mengalihkan perhatiannya.
Sebenarnya Ruben tau kalau santi sedang menangis karna matanya yang masih sembab walaupu sudah dipolesi dengan bedak, namun dia hanya diam dan fokus pada sarapannya, ia makan dengan lahap tanpa tersisa dipiringnya. Ya,, ruben akan sangat lahap memakan masakan santi namun ia tak pernah menunjukan rasa suka itu secara terang terangan.
selesai memakan sarapannya Ruben langsung berlalu meninggalkan santi tanpa kata atau pamitan kepada santi yang sedang membereskan piring kotor mereka ya lagi dan lagi ruben pergi begitu saja tanpa pamit apalagi menawarkan diri untuk menganyarkansanti ketempat kerja tapi santi sudah terbiasa dengan hal itu dan tidak mau ambil pusing apalagi ambil hati, Ia membereskan meja makan dan mebersihkan meja makan dan mencuci kotor mereka dan setelah selesai dengan pekerjaanya santi juga pergi menuju sekolah untuk mengajar.
Sesampainya disekolah santi langsung menyibukan diri dikelasnya dan mencoba meluapakan pemasalah dan beban hidup dalan rah tangganya.
***
Di tempat lain diwaktu yang sama ruben baru saja tiba di lobi kantornya. ia turun dengan wajah angkuh dan dinginya melewati para karyawan yang menyapanya dan membungkuk hormat padanya, menaiki lift khusur untuk CEO dan para petinghibpenggi persahaan dan para tamu perusahaan itu, sesampainya diruangan ia tidak langsung bekerja melainkan sedang termenung mengingat kembali kejadian tadi dirumahnya.
Ia Mengingat wajah takut dan mata sembab santi sang istri. Sungguh ia juga tak tega melihat keadaan santi dan bahkan sebenarnya ia tak tahan dengan keadaan rumah tangga mereka yang tidak seperti pasangan pada umumnya namun ia Tidak bisa berbuat apa apa selain bersikap seperti ini.
Ia juga ikut sakit saat melihat wajah sedih istrinya apalagi saat mendengar tangis dan kata kata istrinya setiap malam, rasanya sungguh sangat menyayat hati tak kala santi harus menjerit menahan sesak didadanya ingin rasanya ia mendekap erat dan menenagkan dan mengatakan kalau dia tidak suka melihat sakit menagis namun apa daya ia tidak bisa berbuat apa apa selain menatapnya dari jauh.
Dan bukan tanpa alasan ruben bersikap seperti itu karna sebenarnya dia.....
Bersambung....
Maaf teman2 segini duluya, nanti kita sambung upnya lagi.
Dan untuk teman teman pembaca yang setia, teman teman terbaik dan tercintanya author mari dukung karya pertama author ini ya.🤗🤗
Maaf jika cerita author kurang serk bagi readers dan terkesan berputar putar karna sesungguhnya autor bingung untuk menempataka kata sanbung dan kata bantu,jadi harap maklum ya.🙏🙏
Mohon Bantu author untuk rate, like, komen dan vote juga yang banyak ya teman karya pertama author ini.😍😘😘