Arkendra Zivan Mahendra seorang laki-laki yang berhati dingin dan terkenal dengan sikapnya yang anti perempuan. Bukan tanpa alasan laki-laki sukses dan kaya raya itu di juluki anti perempuan. Hal itu karena di masalalu, dia pernah di kecewakan oleh seorang perempuan yang berstatus calon istrinya.
Di hari pernikahan Kendra harus menelan pil pahit jika calon istrinya memilih meninggalkan dirinya dengan pria lain. Hal itu menjadikan Kendra trauma akan pernikahan dan malas berdekatan dengan perempuan.
Sampai di mana dia bertemu dengan seorang seorang perempuan yang menarik hatinya. Siapakah perempuan yang berhasil membuat Kendra berani untuk mengambil hatinya?
ikuti kisahnya ...
Happy Reading
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puspa Arum, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Usaha Kendra
Kendra membawa Dania ke mansion. Saat sampai di rumah besar itu, terlihat kedua orang tua Kendra sedang duduk di ruang keluarga beserta kakaknya juga kakak iparnya.
"Assalamualaikum.." Kendra masuk ke dalam rumah di susul di belakang Kendra sosok Dania mengekorinya.
"Wa'alaikum salam," keempat orang yang sedang ngobrol santai langsung menoleh ke arah pintu depan.
Mereka saling pandang saat sosok Kendra masuk ke dalam rumah terlihat Dania yang setia mengekor di belakang Kendra dengan menundukkan kepalanya.
"Kamu baru pulang Ken?"
"Awwwsstttt.."
Belum juga sempat Kendra menjawab ucapan sang mama, terdengar suara rintihan dari balik tubuh Kendra.
Kendra langsung menoleh ke arah Dania yang melihat mengusap dahinya. "Makanya kalau jalan tuh liat kedepan, bukan ke bawah!"
"Tuan nih, berhenti nggak ngomong-ngomong. Saya kan jadi...
"Loh, Dania...kamu nggak apa-apa?"
tiba-tiba Yunita susah ada di dekat Kendra dan juga Dania.
Dania dan Kendra pun langsung menoleh ke arah menatap ke arah Yunita.
"Nyonya, maaf saya kurang hati-hati.." dengan wajah tertunduk Dania meminta maaf pada Yunita karena sudah kurang berhati-hati.
Yunita menatap sang putra memberikan isyarat untuk meminta penjelasan. "Ah..Jadi gini ma, pa, berhubung ini Dania sudah nggak ada, terus... untuk tinggal lagi di sana juga menyita waktu yang lumayan untuk datang kesini, aku putuskan untuk Dania tinggal disini. Bukan apa-apa, kalau aku pulang malam kan dia masih bisa setidaknya nggak ngerepotin mama atau bi Sumi," Yunita memicingkan matanya mendengar penjelasan putranya.
Lalu dia pun menoleh ke arah Dania.
"Dania, kamu oke kan?"
Dania yang menundukkan kepalanya pun perlahan mendongakkan kepalanya menatap ke arah Kendra.
Melihat isyarat dari Kendra, Dania pun mengangguk.
"Mama nggak keberatan Dania tinggal di sini, karena asisten Rumah Tangga yang lain pun tinggal di paviliun."
"Emmm...begini ma, kalau untuk Dania aku rasa dia bisa tinggal di kamar dekat dapur, bukan apa-apa..itu rasanya lebih fleksibel saja." Yunita menoleh ke arah sang suami.
"Ken, kamu yakin? Apa kamu nggak bikin art yang lain nantinya akan merasa pilih kasih?"
"Kak, Dania kan asisten ku. Lagi pula dia berurusan langsung dengan ku. Kalau kakak keberatan, biar Ken bawa Dania tinggal di apartemen saja." mendengar ucapan putranya Dimas langsung bereaksi.
"Jangan gil* kamu Ken, kalian sudah sama-sama dewasa, kalian juga bukan muhrim. Jangan biarkan rendahkan marwah Dania dengan keputusan kamu itu. Papa lebih setuju dengan rencana kamu yang pertama. Biarkan Dania tinggal di kamar dekat dapur, kamar itu pun di buat untuk art pada awalnya."
"Baik pa, terimakasih..Dania..kamu istirahat sana, kamu kerja mulai besok pagi."
Dania menatap ke arah Yunita yang kini berdiri di dekatnya.
"Benar apa kata Kendra, sebaiknya kamu Istirahat. Pasti selama seminggu ini kamu kurang tidur bukan?"
"Terimakasih nyonya, tuan, non Gita, den Angga..saya undur diri dulu kalau begitu."
Akhirnya Dania pun melangkah menuju kamar dimana dia akan tinggal mulai malam ini.
...----------------...
Pagi tiba dan Dania pun mulai dengan pekerjaan nya.
"Pagi bi, mba Minah..." Dania menyapa dua orang yang memang sedang mulai bekerja di dapur.
"Pagi.." sahutan keduanya pun terdengar.
"Loh, Dania...kapan kamu datang. Biasanya kamu ke belakang dulu."
"Semalam bi, Nia tidur di kamar itu.." Dania menunjuk ke arah kamar yang ada di dekat dapur.
"Syukurlah kamu sudah kembali, maaf ya bibi dan yang lain belum bisa datang ke rumah kamu. Bibi mewakili yang lain mengucapkan turut berduka cita, atas meninggalnya ibu kamu."
"Terimakasih bi, sudah takdir ibu..beliau sekarang sudah tidak sakit lagi."
"Yang sabar ya Ni, kamu nggak sendirian. Kamu ada kami semua, anggap saja kami keluarga kamu." Minah pun ikut serta dalam obrolan santai itu.
"Benar kata Minah, anggap kita semua keluarga kamu. Saya bisa kamu anggap seperti ibu kamu." bi Sumi pun memeluk Dania dan mengusap lembut punggung gadis itu.
Semua menu sarapan pagi ini sudah tersedia di atas meja. Dania pun sudah kembali ke lantai bawah setelah mengurus keperluan Kendra.
"Pagi..!" Kendra menyapa semua keluarga nya yang sudah berkumpul di ruang makan.
"Pagi..!" semuanya pun dengan hampir bersamaan mereka menjawab sapaan Kendra.
"Piring kamu nak.." Yunita meminta piring yang ada di depan Kendra.
"Ah..mama lebih baik layani papa saja. Kalau Kendra sekarang sudah ada Dania. Nia, ayo !!" Dania yang sedang menuangkan air ke gelas milik Kendra pun langsung menghentikan pergerakan nya.
"Sa_saya tuan, maksudnya...saya yang ambilkan makan tuan muda?" dengan sedikit kikuk Dania menoleh ke arah orang tua Kendra dan juga kakaknya.
" Iya siapa lagi, mama ngurusin papa..mba Gita juga lagi ngurus bang Angga, masa saya harus nunggu mama kelar ngurusin papa..sudah ayo!! Mulai sekarang, kamu tambah tugasnya yaitu melayani saya di pada jam makan!"
Dania benar-benar mati kutu di buatnya. Rasanya Dania ingin menghilang saat ini juga. Tuan muda nya benar-benar tak bisa melihat dia nafas sedikit saja.
" Dania, ayo..nggak apa-apa kok..turuti kemauan tuan muda kamu. Kendra benar, kamu kan asisten nya. Jadi, apapun kebutuhan Kendra kamu yang bertanggung jawab." perkataan Yunita membuat Dania menarik nafas panjang.
Kemudian dengan sedikit kaku Dania pun mulai melayani Kendra di meja makan. Mungkin karena baru pertama kalinya Dania melakukan tugasnya itu, jadi dia pun sedikit canggung.
"Segini tuan,?" Dania menoleh ke arah Kendra dan melihat anggukan dari Kendra. " Pakai apa saja tuan?"
Dania pun bertanya lagi soal lauk yang akan Kendra makan.
"Terserah kamu." jawaban Kendra pun membuat Dania bingung. "Yakin, tuan mau makan apa yang saya ambil?" dengan sedikit berbisik Dania menanyakan lagi ke Kendra dengan keputusan nya.
"Sudah Ni, terserah kamu. Saya nanti yang ada telat ke kantor.." mendengar penuturan Kendra, akhirnya Dania pun mengambil beberapa lauk dan di taruh ke atas piring Kendra.
"Eehhh... Dania!! Kendra nggak suka bawang goreng.." Dania yang mendengar teguran Yunita dan mendengar kalau Kendra tak suka bawang goreng, hal itu membuat Dania panik. Apalagi dia menaburkan nya lumayan banyak.
"Aduh, saya sudah terlanjur kasih lumayan banyak lagi. Kalau gitu saya ambil piring baru lagi.
"Nggak usah, nggak apa-apa, biar saya makan yang itu saja." Kendra pun menarik piring yang ad di tanah. Dania.
"Tapi...
Terlihat Dania masih mempertahankan piring yang ada di depannya.
"CK..banyak mikir kamu! Sini !!" dengan sedikit menyentak tangan Dania, Kendra pun mengambil piring yang ada di tangan Dania.
Hal yang paling membuat orang-orang yang ada di sana melongo, Kendra memakan nasi yang sudah bertaburan bawang goreng di atasnya.
Bersambung.
Tunduk deh...