NovelToon NovelToon
ME OR HER, MR?

ME OR HER, MR?

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan di Kantor / Pelakor / CEO / Dijodohkan Orang Tua / Romansa
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: Blueberry Solenne

Serafim Dan Zephyr menikah karena di jodohkan oleh kedua orang tuanya, dari awal Serafim tahu Calon suaminya sudah mempunyai pacar, dan di balik senyum mereka, tersembunyi rahasia yang bisa mengubah segalanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Blueberry Solenne, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14 - Tiket Pesawat

(Serafim)

Saat aku meminta maaf, dia tidak menjawabku. Aku akhirnya memutuskan untuk tidur, tapi dia malah menarikku. Aku mencoba melepaskan diri, namun pelukannya terlalu erat.

Tubuhku menempel padanya, aku bisa merasakan tubuhnya memanas, jantungnya berdebar sama cepatnya denganku. Lalu ia memutar tubuhku dan menindihku. Apa yang sedang ia lakukan?

Wajahnya mendekat dan hendak menciumku.

“Phyr, aku tidak bisa napas. Badanmu berat.”

Dia tersenyum dan memutuskan tidur di sampingku.

Tak lama, ia tersadar.

“Ah, iya… maaf.”

Ia menatapku lekat-lekat.

“Fim, apa kau mau memberikan kesempatan padaku? Menjadi suamimu yang sebenarnya?”

“Ah, kita lihat saja nanti… apakah perasaanmu benar tulus padaku, atau kau hanya ingin punya anak dariku, lalu menghilang?”

“Fim, apa kau punya perasaan padaku?”

Aku gugup. Tak menjawab.

“Hoammm… aku ngantuk, Phyr,” kataku pura-pura mengantuk.

Aku memalingkan wajah, menatap langit-langit, dan memejamkan mata. Tapi ia malah menarikku kembali, memelukku dari belakang, lalu mencium rambutku.

“Tidurlah, aku akan menjagamu,” bisiknya.

Aku membiarkannya memelukku… dan akhirnya tertidur.

(Zephyr)

Kami pun tertidur.

Keesokan paginya, Serafim sudah bangun lebih dulu. Ia sedang mandi.

Aku mengusap wajah, merapikan rambut, lalu mengecek ponsel. Ada panggilan tak terjawab dari orang suruhanku. Aku pun menyelinap keluar kamar.

“Bagaimana, apa rumah kami aman?” tanyaku.

Suara di seberang terdengar tegang.

“Bibi Naureen di rumah sakit. Sekitar jam tiga pagi, mereka datang ke rumah kalian.”

“Sial…”

Belum sempat aku melanjutkan kata-kata, panggilan dari Serafim muncul di layar. Aku langsung berjalan menuju kamar sambil mengangkatnya.

“Baiklah, aku akan menunggu sampai Louis datang. Kita akan menjenguknya setelah kembali,” ujarku.

Saat membuka pintu kamar, kulihat Serafim hanya mengenakan handuk putih sebatas paha. Ia duduk di atas ranjang, menangis, dan ketakutan. Begitu melihatku, ia langsung berlari memelukku.

“Phyr… kau ke mana saja?” tanyanya panik.

“Fim, aku tadi menelpon. Mereka datang ke rumah, dan Bibi Naureen dibawa ke rumah sakit.”

“Hem… aku tahu,” katanya lirih sambil menyerahkan ponselnya.

Di layar, terlihat foto ART kami yang babak belur, dan pesan ancaman agar aku menemui orang itu.

“Siapa mereka, Phyr?”

Aku mengusap pipinya.

“Aku juga belum tahu.”

Saat aku hendak mandi, dia menahan ujung bajuku.

“Kenapa, Fim? Mau ikut mandi denganku?” godaku.

Ia menjawab dengan suara gemetar, air matanya menetes pelan.

“Aku takut…”

Aku tersenyum, mencoba menenangkannya.

“Aku cuma mandi sebentar. Baiklah, sekarang pakai pakaianmu. Aku tidak akan menutup pintu kamar mandi.”

Ia mengangguk pelan, menunduk.

Aku mengangkat dagunya, memandanginya. Dan entah kenapa, aku tak bisa menahan diri untuk menciumnya.

Kali ini, dia tidak menolak. Ciuman kami dalam dan lembut, sampai dahi kami saling menempel.

“Aku harus mandi. Sebentar lagi kakakmu akan menjemput kita,” ucapku pelan.

Dia mengangguk. Aku tersenyum, lalu mencium keningnya sebelum beranjak.

“Ya Tuhan,” aku bergumam pelan, “jantungku hampir copot. Hampir saja aku tak bisa mengendalikan diri.”

Aku menggeleng, lalu menyiram tubuhku dengan air dingin agar pikiranku jernih.

Setelah selesai, kami turun untuk sarapan.

Tak lama kemudian, Louis datang bersama beberapa orang kepercayaannya.

Serafim langsung berlari memeluk kakaknya sambil menangis.

Louis menenangkannya.

“Tenang, selama ada aku, kau akan baik-baik saja. Kau satu mobil denganku, ya.”

Serafim mengangguk.

Kami kembali ke kota dan menjenguk Bibi Naureen di rumah sakit.

Wanita itu menangis sambil memeluk Serafim.

“Nona Fim, apa baik-baik saja? Mereka menerobos rumah, mencari Nona dan Pak Zephyr.”

Kami meminta maaf. Gara-gara kami, ART itu ikut terkena imbas. Untuk sementara, kami memintanya tinggal di rumah Pak Edwin, mertuaku.

Beberapa hari setelahnya, hubungan kami semakin dekat. Kami sering makan bersama keluarganya.

Tapi karena Serafim mulai bosan di rumah, ia memaksa kembali ke kantor, meski aku terus memantau dari jauh.

Belakangan, ancaman terhadapku makin menjadi. Maka aku memutuskan menemui orang di balik itu. Louis diam-diam membantuku, mengirim anak buahnya ikut berjaga.

Ternyata, dalangnya adalah mantan karyawan yang kupecat setahun lalu. Ia menyuruh anak buahnya menyabotase material pembangunan jembatan. Saat mereka menyerangku, aku melawan dengan sekuat tenaga.

Ketika salah satu dari mereka hampir mendorongku dari atas bangunan, aku berhasil menendang kakinya dan selamat. Namun ia menodongkan pistol. Aku segera berlari berlindung hingga Louis datang bersama polisi. Mereka akhirnya ditangkap.

Aku sengaja tak memberitahu Serafim. Cukup kukatakan padanya: kini kami aman.

(Serafim)

Akhirnya aku bisa kembali ke kantor setelah berminggu-minggu di rumah.

Setiap jam makan siang, Zephyr datang hanya untuk makan bersamaku. Sejak kejadian menegangkan itu, setiap hari ada bunga di kamarku, dan suatu hari, ia meninggalkan catatan kecil dengan kata-kata romantis.

Aku membuka pintu kamar, menatap meja yang penuh bunga. Hatiku berdebar. Di antara kelopak mawar, ada secarik kertas kecil bertuliskan:

“Fim… aku punya sesuatu untukmu. Bukalah laci meja riasmu.”

Aku mengerutkan alis. Apa lagi, nih… pikirku sambil menahan rasa penasaran.

Dengan tangan sedikit gemetar, aku membuka laci itu.

Mataku langsung melebar saat melihat sepasang tiket pesawat ke Swiss.

“Apa… ke Swiss?!” gumamku nyaris terjatuh.

Di bawah tiket itu ada catatan lain.

“Kalau kau setuju… rapikan barangmu. Tunggu di rumah, aku akan menjemputmu.”

Aku menutup mulut dengan tangan, menahan tawa dan air mata sekaligus. Astaga, Zephyr ini benar-benar gila… tapi manis banget!

Senyumku melebar, mataku berbinar. Tanpa ragu, hatiku sudah berkata “ya”.

(Zephyr)

Saat aku sedang rapat, pesan dari Serafim muncul.

Ia mengirim foto tiket itu.

“Aku menemukan sesuatu di laci.”

Aku tertawa kecil.

Fim, kau masih saja jual mahal.

Kuketik balasan:

“Oh ya? Apakah itu dari pacar barumu?”

Ia membalas cepat:

“Bukan. Aku bahkan tak tahu wajahnya. Dia juga tak pernah bilang kalau dia menyukaiku.”

Aku menghela napas, senyumku melengkung. Ayolah, Fim… kenapa dia tak bisa to the point sedikit saja?

“Apakah kau punya perasaan padanya?” tanyaku lagi.

“Aku tak akan memberikan hatiku pada orang yang tidak mencintaiku,” tulisnya.

“Aku juga tak mau berhubungan dengan pria yang sudah beristri, apalagi punya wanita lain.”

Aku langsung keluar dari ruang rapat dan menelponnya. Ia mengangkat.

“Fim, apa maksudmu? Bukankah kau sudah tahu, wanita yang sedang dekat denganku saat ini cuma adiknya Louis?”

“Oya? Apakah dia cantik? Kau menyukainya?”

“Ya, dia sangat cantik. Jadi tolong bujuk dia agar mau pergi denganku ke Valerra. Aku akan memberitahu isi hatiku padanya. Bagaimana?”

“Baiklah, tunggu sebentar!”

Lalu dia pura-pura berbicara pada dirinya sendiri.

“Fim, dia bilang kau sangat cantik. Dia juga akan mengungkapkan perasaannya padamu nanti. Apa kau mau ikut dengannya?”

Aku hanya tertawa di seberang.

“Ayolah, Fim!”

Serafim terkekeh.

“Ah, sepertinya dia sudah setuju.”

“Benarkah? Oke, katakan padanya aku akan menjemputnya sore ini.”

Kami menutup telepon, dan aku kembali ke ruang rapat dengan senyum yang sulit disembunyikan.

(Serafim)

Ah, kenapa hatiku berbunga-bunga begini… lirihku sambil menepuk dada.

Aku berbaring di kasur, menatap tiket bulan madu kami ke Valerra.

Dengan bantuan Bibi Naureen. aku mulai merapikan pakaian ke dalam koper.

“Saya senang sekali akhirnya hubungan Nona Fim dan Pak Zephyr semakin membaik,” katanya tersenyum.

“Apa Non sudah membuka hati buat Pak Zephyr?”

Aku tersenyum pelan.

Mungkin… untuk kali ini, iya.

Bersambung.

1
🦋Rosse Roo🦋
timpuk aja tuh, muka pake tas. Daripada di anggurin tasnya.. 😩
🦋Rosse Roo🦋
sori sori tu say bang,, 😌
📚ᴀᴜᴛʜᴏʀ_ʀᴀʙʙɪᴛ¹⁸🐇
katanya kalau orang yang minta cerai, nanti pernikahannya akan awet terus
📚ᴀᴜᴛʜᴏʀ_ʀᴀʙʙɪᴛ¹⁸🐇
hahaha kamu yang terlalu bodoh😂
⛧⃝ 𓂃Luo Yi⧗⃟
Klo suka mulai brubah bukannya ngekang gak jelas
⛧⃝ 𓂃Luo Yi⧗⃟
Ni Zapyr tu maunya apa dah.. Posesif tpi masih main ama selingkuhan juga dasar nyebelin
dilafnp
sabar ya bu..
dilafnp
aku kebayang kok, pasti cantik..
dilafnp
pake jaket kamu sekarang, aku traktir seblak.. dijamin ga hambar.
kim elly
🙄🙄🙄kok gitu
kim elly
wow gundik 🤣
kim elly
🙄🙄bingung ya kalo bukti terarah padanya
Ani Suryani
ibunya di bunuh siapa
Iyikadin
Weh ternyata menikah diaaa
Iyikadin
Baru kali ini ada yang menolak perjodohan
Mingyu gf😘
ehh langsung di snaggul ya kirain cuma fitting coba coba gaun aja
Kutipan Halu
Di sogok dong biar dapat cucu🤣🤣
rahmad faujan
tenang bakal tau juga lama²
Nadin Alina
Visual yang keren dan cool banget cowok jas hitam itu
Wida_Ast Jcy
wah... kuat juga ya. keren
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!