Hanabi di bunuh oleh wakil ketua geng mafia miliknya karena ingin merebut posisi Hanabi sebagai ketua mafia dia sudah bosan dengan Hanabi yang selalu memerintah dirinya. Lalu tanpa Hanabi sadari dia justru masuk kedalam tubuh calon tunangan seorang pria antagonis yang sudah di jodohkan sejak kecil. Gadis cupu dengan kacamata bulat dan pakaian ala tahun 60’an.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erika Ponpon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
14
Mall sore itu ramai, lampu-lampu toko berkilau memantul di lantai marmer. Arland jalan duluan dengan gaya cool-nya, tangannya masuk ke saku celana. Moira melangkah di sampingnya, berusaha tetap tenang walau Rio terus melambai-lambai ke setiap kaca etalase. Stella? Nempel ke Arland kayak perangko, bikin Moira beberapa kali jengah melihat Stella.
Rio, dengan tas kecil menyilang di dadanya, ngoceh terus.
“Land, gue serius, celana yang lo pake itu so last season. Gue punya rekomendasi brand bagus—”
Arland mendengus. “Gue nggak peduli musim. Gue beli yang nyaman.”
Stella ikut nimbrung, suaranya dibuat lembut. “Tapi gue setuju sama Rio. Arland pantasnya pakai yang lebih classy. Biar matching sama gue.”
Rio langsung tepok jidat dramatis. “Classy? Honey, classy bukan berarti ketat sampai kayak bungkus lemper.”
Moira sampai hampir ketawa meledak, tapi ditahan.
Namun tawa itu langsung membeku saat matanya tanpa sengaja menangkap dua sosok di seberang lorong. Razka. Bersama… Paula. Mereka terlihat santai, jalan berdampingan, sesekali berbicara pelan sambil menunjuk barang.
Napas Moira tercekat. Dunia seolah mengecil. Apa-apaan ini? Kenapa Paula sama Razka? Mereka saling kenal?
Dia buru-buru menoleh ke arah Arland, takut pria itu juga sadar. Untungnya Arland lagi sibuk ngibasin tangan menolak Stella yang nyodorin kemeja branded.
Moira berdeham. “Gue ke toilet dulu.” Suaranya datar, tapi matanya masih nyangkut ke arah Razka dan Paula.
Rio langsung ngeh. Dia tahu tatapan Moira bukan tatapan orang kebelet pipis. Mata itu tajam, fokus, penuh insting pemburu.
“Oke sayang, gue cover lo,” Rio berbisik cepat sambil kedip genit. Lalu dengan gerakan super dramatis, dia langsung loncat ke depan Arland dan Stella.
“WAIT! Gue nemu promo buy one get one lipstick!!!”
Stella berkedip bingung. “Terus… kenapa? Itu kan buat cewek.”
Rio mendengus. “Excuse me? Gender is an illusion. Lagian, lipstick warna nude ini bakal nyelamatin muka lo dari kehancuran, babe.”
Stella mau protes, tapi Rio langsung narik tangannya ke arah counter makeup. “Ayo kita swatch! Land, lo ikut, biar lo bisa ngasih lipstick yang cocok buat Moira. Kan sweet gitu loh.”
Arland menghela napas berat, jelas males banget, tapi akhirnya ikut karena Rio terlalu heboh. Stella, walau manyun, jelas nggak mau ketinggalan kesempatan buat nempel lagi.
Sementara itu, Moira memanfaatkan momen itu. Dia bergerak cepat, menyelinap ke lorong lain, langkahnya ringan. Jantungnya berdegup kencang saat jaraknya makin dekat dengan Razka dan Paula. Dia sembunyi di balik pilar, matanya mengintai.
Dari posisinya, ia bisa mendengar samar-samar obrolan keduanya. Dan yang didengarnya… cukup buat darahnya berdesir.
Moira berdiri terpaku di lorong mall setelah mengikuti Razka dan Paula dari kejauhan. Pandangannya membeku, otaknya seperti menolak apa yang baru saja dilihatnya. Paula — istri kedua ayahnya, perempuan sok elegan yang selalu merendahkannya — ternyata bermesraan dengan Razka.
Gila… Paula pacarnya Razka? Moira hampir tertawa miris. Dia sepuluh tahun lebih tua! Tapi ternyata malah kompak buat ngegasak harta Evander…
Dia menahan diri agar tidak gegabah, hanya mengamati dengan tatapan penuh perhitungan. Dan semakin dia menguping, semakin jelas ambisi Razka bukan hanya Nitro yang ingin dikuasai, tapi juga seluruh kekayaan keluarga Evander.
Namun satu hal membuat Moira lebih kaget lagi. Tunggu… bukannya pacar Razka sebenarnya ada di Singapura? pikirnya, mengernyit. Gue tahu nama itu. Jiyo…
Ingatan lama muncul.
Waktu masih di Nitro sebagai Hanabi, dia pernah berinteraksi dengan Jiyo — gadis cerdas, gesit, dan licik, yang sering jadi partner dalam beberapa misi. Hanabi tahu Jiyo adalah pacar resmi Razka. Hubungan mereka waktu itu sudah rahasia umum di lingkaran dalam Nitro.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Apartemen penuh asap rokok dan sisa snack berantakan. Moira duduk di kursi dengan tangan terlipat, wajahnya serius. Keenam orang—Gentha, Kiko, Danu, Rio, Bima, dan Reno—menatapnya, menunggu penjelasan.
Moira menarik napas panjang.
“Gue baru aja nemuin sesuatu yang bikin kepala gue mau pecah. Ibu tiri gue, si Paula itu… ternyata kekasih gelapnya Razka.”
Semua serentak. “APA?!”
Rio langsung tepok jidat dramatis. “Astaga, jadi sugar babu eh baby dong? Eh tapi gue nggak kaget sih, mukanya Paula emang vibes sugar mommy banget.”
“Diam lo, Yo!” potong Gentha. Dia mencondongkan tubuhnya ke Moira. “Lo yakin? Jangan-jangan cuma salah liat.”
Moira menatap tajam. “Mata gue nggak pernah salah liat, Tha. Gue ngeliat sendiri mereka mesra di mall. Paula dan Razka lagi main api di belakang papah gue.”
Bima nyengir miring. “Fix, Razka doyan jajan tua. Eh tapi… terus gimana sama pacar resminya dia yang di Singapura? Namanya siapa tuh… Jiyo?”
“Ya,” Moira mengangguk. “Jiyo. Dan itu masalahnya. Jiyo selama ini setia sama Razka, sementara dia dikhiatin habis-habisan. Gue tahu Jiyo… dia keras, ambisius, tapi kalau dikhianatin? Bisa jadi bom waktu. Kita harus manfaatin itu.”
Kiko nyengir sambil ngemil keripik. “Maksud lo, kita kasih tau ke Jiyo kalo Razka main belakang sama Paula, biar dia ngamuk sendiri? Wah itu sih jadi sinetron Indosiar azab secara live.”
Reno yang sedari tadi sibuk dengan laptop, menambahkan, “Secara strategi masuk akal. Kalau Jiyo balik dan tahu kebenarannya, kemungkinan besar dia akan jadi lawan Razka. Dan kalau kita bisa bikin dia kerja sama, kekuatan kita nambah.”
Danu bersuara berat. “Tapi Jiyo juga bukan orang sembarangan. Dia bisa aja balik, bukannya bantu, malah bunuh kita duluan.”
Moira mengangguk pelan. “Makanya kita harus hati-hati. Gue kenal Jiyo, dulu waktu gue masih Hanabi di Nitro. Dia bukan tipe yang gampang percaya orang. Tapi ada satu hal yang selalu bikin dia meledak pengkhianatan. Dan itu kartu kita.”
Rio langsung mengangkat tangan. “Oke tapi satu pertanyaan penting, say… kalau kita beneran ketemu Jiyo, gue harus nyamar jadi apa? Teman curhat? Beauty influencer? Atau sidekick seksi?”
Bima langsung lempar bantal ke Rio. “Lo nyamar jadi tukang parkir aja, Yo. Biar nggak nambah drama.”
Semua ngakak sejenak, tapi Moira tetap serius. “Denger ya, ini bukan main-main. Kalau Jiyo beneran balik dari Singapura, dia kunci buat ngerobohin Razka. Kita harus jadi orang pertama yang nyampein fakta itu ke dia. Sebelum Paula atau Razka putar balik cerita.”
Suasana langsung hening lagi. Semua saling pandang, lalu Gentha akhirnya bersuara:
“Baik. Kalau gitu, langkah pertama kita jelas cari cara buat ketemu Jiyo sebelum dia balik ke pelukan Razka. Karena kalau kita telat sedikit aja, habis kita semua.”
ini lagi si Stella, harusnya dia buktikan dong, bahwa dia bisa, bukannya malah jadi iri/Sweat/