"Izinkan aku menikah dengan Zian Demi anak ini." Talita mengusap perutnya yang masih rata, yang tersembunyi di balik baju ketat. "Ini yang aku maksud kerja sama itu. Yumna."
"Jadi ini ceritanya, pelakor sedang minta izin pada istri sah untuk mengambil suaminya," sarkas Yumna dengan nada pedas. Jangan lupakan tatapan tajamnya, yang sudah tak bisa diumpamakan dengan benda yang paling tajam sekali pun. "Sekalipun kau benar hamil anak Zian, PD amat akan mendapatkan izinku."
"Karena aku tau, kau tak akan membahayakan posisi Zian di perusahaan." Talita menampakkan senyum penuh percaya diri.
"Jika aku bicara, bahwa kau dan Zian sebenarnya adalah suami istri. Habis kalian." Talita memberikan ancaman yang sepertinya tak main-main.
Yumna tersenyum sinis.
"Jadi, aku sedang diancam?"
"Oh tidak. Aku justru sedang memberikan penawaran yang seimbang." Talita menampilkan senyum menang,
Dan itu terlihat sangat menyebalkan.
Yumna menatap dalam. Tampak sedang mempertimbangkan suatu hal.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon najwa aini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
"Berapa kali kau mengganggu Yumna, Talita. Kau pikir aku tidak tau?"
"Wahh!" Talita hampir tergelak dengan ucapan itu. Namun nyatanya ekspresi kemarahan mulai tampak di raut wajahnya. "Itu, dia yang sudah mengadu padamu? Harus kau tau, aduannya itu mengada-ada."
"Dan yang aku tau, Yumna tidak suka bohong."
"Lalu?" Talita sesaat menahan napas. "Jadi, aku yang bohong begitu?" Wanita cantik itu menatap Zian sengit. Dalam hatinya sungguh terasa sakit. Lelaki itu. Lelaki yang begitu dipujanya telah mendudukkan Talita dalam posisi tersangka hanya karena seorang Yumna El Shanum. Wanita yang menurut Talita, bahkan tidak pantas untuk Zian.
"Yumna hampir dipecat oleh ayahmu karena membawa dokumen yang salah saat mendampingi aku rapat dengan PT Maheswara. Padahal dokumen itu kau yang menukarnya tanpa sepengetahuan Yumna."
Talita kaget dengan rentetan kalimat Zian yang menguraikan perbuatan isengnya pada Yumna beberapa waktu lalu.
Perbuatan iseng katanya. Jelas itu kesengajaan yang bertujuan untuk merugikan.
kemudian dengan Talita kuasai diri untuk menunjukkan raut tenang seakan perasaannya tak terusik sama sekali.
"Atas permintaan ayahmu aku mendiamkan perbuatanmu saat itu. Jadi, kau aman bukan karena aku tak tau. Kau aman karena punya ayah yang menyandang jabatan tinggi di perusahaan."
Itu sebuah ucapan, atau tusukan belati tajam?
Ujung mata Talita sedikit berkedip mendengar ucapan Zian. Ia baru tahu kenyataannya sekarang. Dia pikir pada saat itu tidak ada siapa pun yang dapat mengendus perbuatannya. Rupanya, seperti itu faktanya.
Karena tak berhasil mendepak Yumna dari sisi Zian, Talita kemudian melancarkan aksi yang kedua. Dan hal itu pun diuraikan oleh Zian dengan rinci di depannya.
"Kau juga mengubah laporan yang disusun Yumna pada bagian personalia, membuatnya juga hampir diberhentikan dengan paksa. Untungnya saat itu ada yang melihat perbuatanmu. Dan lagi-lagi, kau diselamatkan oleh ayahmu."
Zian terlihat menghela napas sesaat. Memandang Talita yang kini enggan beradu tatap. "Apa semua yang kusebutkan ini mengada-ada?"
Talita diam. Ia menganggap itu sikap yang paling aman sekarang.
"Itu alasanku memberimu syarat untuk tidak mengusik Yumna jika ingin menjadi sekretarisku."
"Oke. Dua hal yang kamu uraikan, aku memang melakukannya." Apa ada pilihan lain bagi Talita sekarang, selain mengaku?
Tidak ada.
Talita sadar, jika terus mengelak ia hanya akan semakin kehilangan respek dari Zian.
"Tapi, untuk syarat yang kau ajukan, aku tidak pernah melanggarnya, Zian. Setelah dua hal itu, aku tak pernah lagi mengganggu Yumna."
Ternyata Talita masih mencoba peruntungan dengan bermain peran. Mengakui salah satu, dan menyangkal hal yang lainnya.
"Menemui Yumna, dan mengaku hamil anakku. Apa itu bukan termasuk mengganggu, Talita?"
"Itu.. aku.." Talita berdecak kesal. Kesal pada dirinya sendiri kenapa harus gugup.
Dan saat ia bisa menetralisir perasaannya kembali, gadis cantik itu berkata.
"Aku hanya main-main dengan Yumna. Karena aku ingin tau siapa dia sebenarnya bagimu."
"Dan saat kabar aku punya dua istri tersebar di perusahaan, apa itu juga main-main, Talita?"
"Aku tidak menyebarkan kabar itu," sanggah Talita dengan cepat.
"Yumna juga tidak akan melakukan hal itu.
Lalu siapa, ada makhluk tak kasat mata yang ikut mendengarkan pembicaraan kalian. Lalu menyebarkannya?"sindir Zian dengan tatap mata yang sangat jelas meremehkan Talita.
Saat Talita mengaku hamil anak Zian, di sana juga ada Dira. Tapi, Nadira Ayu jelas bukan orang yang pantas jadi tersangka penyebar kabar bohong itu. Selain ia tak percaya dengan pengakuan Talita terkait kehamilannya, perusahaan juga bukan lingkup pergaulan Dira.
Yang paling memungkinkan hanya Talita, namun gadis cantik itu juga tak mau mengakuinya. Maka
wajar jika kemudian Zian menggunakan analogi makhluk tak kasat mata.
"Aku kembali jadi tertuduh?" Talita mengempaskan napas kesal. "Siapa sebenarnya Yumna, kenapa kau sangat membelanya, Zian?"
"Aku sudah bilang, secara personal dia sahabatku. Dan secara profesional, dia sekretarisku. Jelas, aku bertanggung jawab untuk melindunginya."
Sudah berkali-kali Zian menegaskan hal itu pada Talita tentang hubungannya dengan Yumna. Tapi, berkali-kali pula Talita menolak percaya. Menurutnya, perlakuan Zian pada Yumna lebih istimewa dari lazimnya perlakuan atas nama ikatan persahabatan--seperti yang telah diakui lelaki tampan itu.
"Oke. Baik." Talita merasa dadanya sesak sekarang. Menerima cukup banyak fakta yang menyakitkan, begitu melukai perasaannya hingga seakan tersayat pisau yang tajam. "Jadi, aku melanggar syarat yang kau ajukan? Jadi, aku pun tidak bisa lagi menjadi sekretarismu? Dan kau akan tetap memilih Yumna untuk itu?"
"CEO perusahaan yang akan menentukan siapa yang akan jadi sekretarisku nanti. Bisa jadi Yumna, atau orang lain. Tapi, yang jelas bukan kamu," tandas Zian seakan tak mengenal belas kasihan.
Tapi, itu setimpal untuk seorang Talita dengan segala perbuatannya yang tidak menyenangkan.
"Siapa sebenarnya Yumna bagimu, Zian. Aku tidak percaya jika kalian hanya sekedar bersahabat?"
Lagi, kata tanya yang sama. Yang telah berkali dijawab, namun, tak membuat Talita puas.
"Yumna calon istriku. Puas?"
Aku kasih vote biar calonnya Zian tambah semangat