NovelToon NovelToon
Balas Dendam Istri Marquess Yang Difitnah

Balas Dendam Istri Marquess Yang Difitnah

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Anak Genius / Mengubah Takdir / Mengubah sejarah / Fantasi Wanita / Balas dendam pengganti
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: BlackMail

Dieksekusi oleh suamiku sendiri, Marquess Tyran, aku mendapat kesempatan untuk kembali ke masa lalu.

​Kali ini, aku tidak akan menjadi korban. Aku akan menghancurkan semua orang yang telah mengkhianatiku dan merebut kembali semua yang menjadi milikku.

​Di sisiku ada Duke Raymond yang tulus, namun bayangan Marquess yang kejam terus menghantuiku dengan obsesi yang tak kumengerti. Lihat saja, permainan ini sekarang menjadi milikku!

Tapi... siapa dua hantu anak kecil itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BlackMail, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 26 : Tangkap Luna Velmiran!

Grand Duke Orkamor mendongak, matanya yang biru menyipit karena amarah. "Ular... aku tidak punya urusan dengan binatang melata."

"Apa karena kamu anak haram jadi tidak punya sopan santun kepada yang lebih tua? Bocah, semua yang ada di bawah langit Gevarran adalah urusanku," balas Marquess, melompat turun dari puncak dinding es dengan keanggunan yang mustahil, mendarat tanpa suara di antara kami. "Terutama jika hama dari utara mencoba mencuri ternakku." Tatapannya yang menghina melirik sekilas ke arahku.

Duke Raymond menggeram di sampingku, surai emasnya berkobar. "Jaga mulutmu, Tyran!"

Marquess mengabaikannya. Dia hanya menatap Grand Duke.

"Aku tidak tertarik dengan pertikaian internal kalian. Mati." Langit bergemuruh, sebuah balok es besar jatuh dari atas dan menimpa Marquess Tyran. Suara logam berdenting dan bongkahan es itu berubah menjadi balok-balok yang jauh lebih kecil.

Marquess mengangkat pedangnya. Bilah hitam legam itu terlepas dari gagangnya, memanjang dan meliuk di udara seperti cambuk ular, mencapai panjang lima meter. Dengan satu ayunan pergelangan tangan yang malas, dia menebas udara.

SLASH!

Sebuah garis hitam tipis muncul di dinding es raksasa di belakang kami. Untuk sesaat, tidak ada yang terjadi. Lalu, dengan suara pecah yang memekakkan telinga, seluruh dinding penjara hancur berkeping-keping, meledak ke luar dalam hujan serpihan es. Jalan keluar kini terbuka.

"Tidak tertarik? Bukankah ini kesempatan bagimu untuk memupuk kekuatan luar? Hahaha, jangan katakan kau mau menjadi anjing Kaisar yang tidak mengakui kelahiranmu?" Marquess membicarakan sesuatu yang tidak aku ketahui.

"Aku? Bukannya kau? Lihatlah di cermin, lehermu... berkalung rantai anti-sihir," desis Grand Duke Orkamor. "Apa singa menyedihkan itu yang mengikatnya?"

Marquess tertawa kecil, tawa yang dingin dan tanpa humor. "Oh? Benarkah?"

"Benar."

Marquess kembali tertawa. Lalu tanpa peringatan lebih lanjut, dia melesat. Pertarungan para raksasa telah dimulai. Aku menarik Duke yang masih terluka untuk mundur lebih jauh. Apa yang kami saksikan selanjutnya bukanlah duel. Itu adalah bentrokan dua bencana alam.

Marquess bergerak seperti ular — cepat, gesit, mematikan. Tapi Grand Duke Orkamor adalah benteng es yang tak tergoyahkan.

"Kita harus pergi dari sini!" teriak Duke di sampingku. Tapi tidak ada tempat untuk pergi. Medan perang itu sendiri terus berubah. "Mari menjauh dulu!" teriaknya lagi.

Grand Duke Orkamor menghentakkan kakinya. Tanah berguncang. Hawa dingin yang kuat menusuk sampai ke tulang. Tubuhku terhempas oleh guncangannya. Duke menangkapku, dan membawaku pergi dengan sisa-sisa tenaganya. "Elira, kau tahu pria Grand Duke itu, kan? Apa ada informasi lain tentangnya yang berguna!?"

Pikiranku berpacu seiring dengan detak jantungku yang menggila. Aku menyisir setiap gosip, setiap bisikan, setiap informasi yang pernah kudengar di kehidupanku yang lalu. Rumor-rumor tentang Grand Duke Orkamor sangat samar, tertutup oleh mitos. Ada yang bilang dia membunuh Kaisar Thalor. Ada yang bilang dia menjadi gila... gila setelah kekasihnya tewas.

Kekasihnya...

Luna Velmiran!

Gadis yang baru saja kami tangkap. Gadis yang menjadi alasan pria ini muncul. Itu dia. Kunci kelemahannya. Di kehidupan ini, gadis itu masih hidup.

"Kekasihnya!" teriakku pada Duke. "Wanita yang tadi! Luna Velmiran! Dia kelemahannya! Jika kita bisa menangkapnya, kita bisa menggunakannya sebagai sandera!"

Kali ini tidak ada kenaifan. Tidak ada lagi keraguan. Ini adalah perang, dan dalam perang, kau harus menggunakan setiap senjata yang kau miliki.

Wajah Duke mengeras karena tekad. "Di mana dia!?"

Kami menemukannya tidak jauh dari sana, mencoba melarikan diri di antara reruntuhan. Dia terluka dan terhuyung-huyung, jelas masih merasakan efek dari sihir anti-sihir Duke.

Melihat kami, matanya melebar. Duke tidak memberinya kesempatan. Dengan raungan singa, dia menerjang, cakarnya yang tajam menggores udara. Luna menghindar dengan gesit, tapi dia terlalu lambat. Cakar Duke berhasil menggores bahunya, merobek seragamnya dan meninggalkan tiga luka dalam yang mengucurkan darah.

Dia menjerit kesakitan. Saat itulah aku menyerang. Mengingat sarannya yang menusuk — "Harusnya kamu menusukku tadi" — aku mengayunkan belati Cedric ke arahnya.

Dia menatapku, matanya dipenuhi keterkejutan dan pengkhianatan. "Elira Hartwin, bukankah sudah terlambat untuk menusukku?"

Belatiku tidak pernah mencapainya. Luna, dalam keputusasaannya, membanting sebuah artefak di liontinnya. Sebuah gelombang energi merah meledak darinya, mendorong kami mundur.

Di belakangnya, udara beriak dan membentuk pusaran merah darah. Dari dalam pusaran itu, muncul sesosok makhluk raksasa. Seekor ular laut transparan berwarna merah delima, tubuhnya panjang dan meliuk-liuk di udara seperti naga dari mitos kuno.

Sisiknya berkilauan seperti permata, dan matanya adalah dua bara api yang menyala. Makhluk itu melingkari Luna, kepalanya yang agung mendesis ke arah kami, menjadi perisai hidup terakhirnya.

Duke menggeram, menerjang sekali lagi. Cakar emasnya nyaris mencakar Luna, tetapi ular laut merah itu menyelamatkannya di detik terakhir. Napas Duke sudah terengah-engah, transformasinya mulai meredup, luka-lukanya kembali terbuka, dan kekuatan legendaris itu terlalu besar untuk ditahan tubuhnya.

Tiba-tiba, seluruh alun-alun mulai membeku lebih cepat. Pilar-pilar es yang tadinya statis mulai bergerak, dinding-dindingnya tumbuh dan bergeser.

Ini buruk, pertarungan antara Marquess dan Grand Duke telah mencapai tingkat di mana mereka secara aktif mengubah medan perang. Sebuah labirin es yang hidup terbentuk di sekeliling kami.

Ular laut merah itu tidak ragu-ragu. Makhluk itu menerjang ke arah salah satu dinding es yang baru terbentuk, menghancurkannya berkeping-keping dan menciptakan sebuah jalan keluar. Luna, yang kini berada di punggung pelindungnya, melirik kami sekali lagi, memberi jari tengah, sebelum menghilang ke dalam labirin yang terus berubah.

"Jangan biarkan dia kabur!" teriak Duke.

Kami mencoba mengejarnya, masuk ke dalam labirin es yang mematikan. Tapi ini adalah dunia milik Grand Duke Orkamor. Setiap kali kami berlari menyusuri sebuah lorong, dinding es akan menutup di depan kami. Setiap kali kami berbalik, jalan yang baru saja kami lewati telah berubah.

Setelah beberapa upaya yang sia-sia, sebuah pergeseran besar di labirin mendorong kami dengan kasar kembali ke tempat kami memulai.

Kami kembali berada di pinggir alun-alun, kini menatap pertarungan antara Marquess dan Grand Duke dari kejauhan. "Pria itu... apa dia tahu kita mengincar kekasihnya?" Kondisi Duke semakin melemah.

DRAAAAAA!!

Palu es raksasa jatuh dari langit bagai meteor, tetapi Marquess tidak terlihat gentar. Dia tertawa, tawa yang terdengar gila. "Kau ingin bermain!?" Aku mendengar dia berteriak kemudian menusukkan pedangnya ke tanah. Bayangan di seluruh labirin menjadi lebih pekat, lebih gelap, dan mulai bergerak dengan sendirinya, merayap seperti ular-ular tak berwujud.

Dua kekuatan absolut mengubah reruntuhan Atika menjadi taman bermain pribadi mereka.

DUAR!!!

Sebuah ledakan dahsyat dari es dan bayangan meletus di pusat labirin. Gelombang kejutnya begitu kuat hingga melemparkan aku dan Duke ke udara.

Aku terpisah dari genggaman Duke. Aku menjerit saat tubuhku terlempar dan menabrak salah satu dinding es yang baru terbentuk. Rasa sakit yang tajam menjalari punggungku, dan pandanganku kabur.

Hal terakhir yang kulihat sebelum kegelapan menelanku adalah Duke Raymond yang mencoba meraihku, wajahnya dipenuhi kepanikan.

Lalu, tanah di bawahku retak.

Aku jatuh.

Jatuh ke dalam celah es yang gelap, diiringi oleh suara tawa Marquess dan raungan kesedihan Duke yang menggema di atas. Aku sendirian. Terluka. Dan terjebak di dalam labirin maut ciptaan mereka.

1
BlackMail
Makasih udah mampir.🙏
Pena Santri
up thor, seru abis👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!