NovelToon NovelToon
Sang Penerus (Pendekar Naga Petir) 2

Sang Penerus (Pendekar Naga Petir) 2

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Spiritual / Epik Petualangan / Budidaya dan Peningkatan
Popularitas:24.2k
Nilai: 5
Nama Author: kelana syair( BE)

perjuangan seorang pemuda untuk menjadi lebih kuat demi meneruskan wasiat seorang pendekar terdahulu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kelana syair( BE), isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14 Melawan Dewi maut penyebar kematian

Dewi Maut, si Penyebar Kematian, mengalihkan pandangannya dari senjata bulan sabit. Tatapannya kini tertuju pada binatang terbang di hadapannya, atau lebih tepatnya, pada dua orang yang berada di punggung binatang itu.

Tatapan wanita iblis itu tajam, penasaran, dan penuh amarah karena tangannya terluka oleh senjata tadi. Padahal, selama ini tidak ada satu pun senjata yang mampu melukainya. "Senjata orang itu sepertinya bukan buatan manusia biasa. Aku yakin benda berbentuk bulan sabit itu diambil dari Tanah Pemakaman Senjata," batin Dewi Maut.

Tubuh Dewi Maut Penyebar Kematian yang sebenarnya berasal dari orang mati itu, ternyata tidak mampu menahan pisau bulan sabit milik Barata yang berasal dari Pulau seribu ular. Pulau seribu ular adalah tempat berbagai macam jenis senjata dikuburkan di sana.Pulau seribu ular terletak di sebelah utara perguruan pedang terbang dan merupakan tempat terlarang bagi perguruan lain.

(Asal-usul senjata bulan sabit telah dibahas pada season pertama bab 11).

"Tidak kusangka, cuma seorang pendekar Tingkat Langit tahap menengah mampu melukaiku seperti ini," gumam wanita berilmu iblis itu dengan tatapan tajam.

"Siapa kalian? Berani-beraninya mengganggu kesenanganku!" bentak Dewi Maut dengan amarah yang meluap.

"Hai, wanita muka pucat...!" Barata hendak berbicara, tetapi Andini memotongnya.

"Tuan, biarkan aku saja yang menjawab pertanyaan wanita muka pucat itu."

"Baiklah, tapi jangan terlalu tajam, Andini. Ingat, dia bukan pendekar sembarangan. Dia seorang pendekar Tingkat Dewa tahap akhir," pesan Barata, teringat betapa tajam mulut gadis kecil itu saat berdebat dengan Rengganis.

"Haiii, Bibi Muka Pucat! Kau bilang membunuh orang itu kesenangan? Pasti otakmu sudah rusak sehingga berkata seperti itu!" suara Andini lantang dan tajam, membuat Barata hanya bisa menepuk jidat.Sebab Barata tahu setiap perkataan yang keluar dari mulut gadis kecil itu selalu membuat lawannya kepanasan.

Dan benar saja Dewi Maut Penyebar Kematian pun langsung naik darah setelah Andini selesai berbicara.

"Kau pantas disebut setan kecil! Bicaramu tidak ada sopan santunnya kepada orang yang lebih tua. Kurang ajar!" bentak wanita muka pucat itu.

"Setan kecil bermulut tajam sepertimu harus cepat-cepat kuberi pelajaran! Berani sekali mengatakan otakku rusak! Apakah kau tidak tahu siapa aku, hah!" Mata Dewi Maut melotot semakin tajam. Dia marah sekali karena baru kali ini ada orang yang berani menghinanya secara terang-terangan. Para tokoh sakti pun akan berpikir ribuan kali sebelum berhadapan dengannya. Dia tidak menyangka akan bertemu dengan gadis kecil pendekar tingkat rendah yang bermulut tajam.

"Benar, Bibi Muka Pucat. Aku memang tidak tahu siapa dirimu. Memangnya siapa kamu sehingga menyuruhku bersikap sopan?" ucap Andini balik bertanya bahkan gerakan bibirnya sedikit mengejek wanita bermuka pucat itu.

Dewi Maut merasa jengkel dan heran mendengar ucapan gadis itu yang seolah belum pernah mendengar kebesaran namanya yang sudah sangat tersohor itu

"Kalian berdua pasti akan terkejut setelah mendengar siapa diriku yang sebenarnya. Dengarkan baik-baik. Aku adalah Dewi Maut, si Penyebar Kematian yang sangat kejam! Pernah dengar nama itu?" katanya, berharap keduanya akan terkejut dan lekas minta ampun padanya.

Andini menoleh ke Barata, tetapi Barata hanya menggeleng karena ia juga belum pernah mendengar nama itu.

"Dengar, Bibi Muka Pucat, aku dan tuanku tidak pernah mendengar nama itu. Bagi kami, bibi hanyalah seorang pendekar asing yang suka membuat keonaran," jawab Andini dengan lantang bahkan semakin berani.

"Kurang ajar! Dua orang bodoh dari mana sampai tidak mengetahui namaku? Apakah pengembaraanku selama ini kurang jauh?" batin Dewi Maut dengan rasa dongkol.

"Aku ingin tahu dari mana asal kalian sampai-sampai tidak mengenaliku?" tanya wanita bermuka pucat itu dengan perasaan heran.

"Apakah itu penting, Bibi?" tanya Andini sambil membuang muka, membuat wanita muka pucat itu seakan mau meledak kemarahannya.

"Tentu saja penting! Aku tidak akan tenang jika membunuh orang yang tidak kuketahui asal-usulnya," ucap wanita itu yang semakin geram.

"Karena bibi penasaran, baiklah akan kuberi tahu. Kami berdua berasal dari utara dan sedang mengembara menuju selatan," jelas Andini dengan singkat.

Dewi Maut menggeleng dengan kesal. "Ternyata masih ada orang-orang bodoh seperti mereka di utara. Mungkin semua orang di utara itu bodoh sampai tidak mendengar namaku di sana."Batin Dewi Maut Penyebar Kematian.

Dewi Maut lalu tertawa. "Hihihi... Dengan begitu, aku sekarang tidak ragu-ragu untuk membunuh kalian!" ucapnya di sela tawa cekikikan. Wanita muka pucat itu pun langsung melepaskan pukulan jarak jauh. Wuus...!

"Andini, nanti kau bawa gadis itu ke tempat yang aman. Biar aku yang hadapi wanita muka pucat itu!" perintah Barata.

"Baik, Tuan!" jawab Andini.

"Singa Api, pergilah cari tempat yang aman!" Setelah berkata demikian, Barata secepat kilat membawa Andini melesat menghindari serangan itu. Pukulan itu meleset tanpa mengenai sasaran.

"Ternyata pemuda itu cukup punya kemampuan, makanya berani mencampuri urusanku." Usai berkata, Dewi Maut kembali menyerang.

Barata yang baru mendarat menoleh ke arah Andini. "Andini, cepat tolong gadis itu!" perintahnya sambil menunjuk Sari Ningrum yang tergeletak.

Andini segera berlari, sementara Barata bersiap melepas Ajian Guntur Es-nya.

"Aku ingin lihat sejauh mana kau mampu menghadapiku, anak muda!" seru Dewi Maut penasaran dengan kesaktian Barata.

Barata melepaskan Ajian Guntur Es yang sudah disiapkannya. Wuus...! Pukulan itu meluncur cepat disertai deru angin dan hawa dingin yang teramat sangat.Deess...! Pukulannya tepat mengenai wanita itu, sampai membuatnya membekukan dan membatunya seketika.

Barata menatap tajam, menunggu reaksi wanita itu. Ia tahu mustahil seorang pendekar Tingkat Dewa tahap akhir mati begitu saja. Benar saja tak berselang lama, tiba-tiba terdengar suara tawa cekikikan yang disertai pecahan es yang mengurungnya.Pyaaar...! Dinding es pun pecah menjadi berkeping-keping.

"Pukulanmu cukup kuat, anak muda. Namun, itu tidak cukup untuk membunuhku!" Dewi Maut lalu bergerak cepat menggunakan Jurus Bayangan Hantunya, slaaaap.....!Seketika, ia sudah berada di dekat Barata. Wees...! Wanita itu melayangkan tinjunya.

Barata memiringkan tubuhnya dan bergerak secepat kilat dengan Langkah Seribu Petir untuk menjauh. Dewi Maut menyeringai melihat Barata dapat menghindar dengan mudah. Ia langsung mengejar, dan pertarungan sengit pun terjadi.

Serangan ganas dan mematikan langsung menghujani Barata bertubi-tubi. Namun, Barata berhasil menghindar dengan tepat. Perbedaan kekuatan yang cukup jauh membuatnya tidak berani bertarung fisik secara langsung. Dalam pertarungan ini, Barata memilih bertahan dan akan menyerang pada saat yang tepat. Andini, yang berada di bawah pohon bersama Sari Ningrum, mengawasi pertarungan itu dengan cermat.Dia akan membantu jika Barata dalam keadaan terdesak atau jika Barata memintanya untuk turun tangan.

1
Ariel Yono
Lanjutkan
Ariel Yono
lanjutkan
Ariel Yono
makasih Thor
Ariel Yono
mantap
Ariel Yono
oke
Ariel Yono
maju terus
Ariel Yono
lanjutkan
Ariel Yono
mencurigakan
prahara
hancurkan... hancurkan
prahara
makasihh min
prahara
teruskan
rio
lanjutkan
rio
lanjut
Ronaldo vs Messi
mantap lah
Ronaldo vs Messi
maju terus
xio zhou
lanjutkan thord
xio zhou
lanjutkan.
Batsa Pamungkas Surya
penguntit ternyata kalah lihai
Ronaldo vs Messi
lanjutkan
xio zhou
lanjutkan k
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!