"Ini putri Bapak, bukan?"
Danuarga Saptaji menahan gusar saat melihat ponsel di tangan gadis muda di hadapannya ini.
"Saya tahu Bapak adalah anggota dewan perwakilan rakyat, nama baik Bapak mesti dijaga, tapi dengan video ini ditangan saya, saya tidak bisa menjamin Bapak bisa tidur dengan tenang!" ancam gadis muda itu lagi.
"Tapi—"
"Saya mau Bapak menikah dengan saya, menggantikan posisi pacar saya yang telah ditiduri putri Bapak!"
What? Alis Danu berjengit saking tak percaya.
"Saya tidak peduli Bapak berkeluarga atau tidak, saya hanya mau Bapak bertanggung jawab atas kelakuan putri Bapak!" sambung gadis itu lagi.
Danu terenyak menatap mata gadis muda ini.
"Jika Bapak tidak mau, maka saya akan menyebarkan video ini di media sosial!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon misshel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 34. Simpati Tanpa Empati
Hari ini hari pertama Beby masuk pasca penyerangan hari itu. Wajahnya belum benar-benar pulih, tapi hal itu tidak mengganggu pekerjaannya sama sekali. Keadaan pun bisa langsung Beby tebak akan se canggung dan setidak nyaman ini. Mungkin dia harus resign karena pandangan mereka terhadapnya berubah. Bisik-bisik pun tidak bisa Beby kendalikan lagi.
Jika kemarin dia masih mendapatkan pandangan iba, sekarang justru merendahkan dan mencibir. Bukan soal bagaimana dia dipandang, tapi mereka pasti tidak bisa menerima orang kedua dalam pernikahan—seperti yang mereka lihat selama ini. Tanpa tahu keadaan yang sebenarnya.
Ini demi kebaikan perusahaan juga. Lagipula, Beby tidak mau menjelaskan keadaan. Itu hanya akan membuatnya tampak bersalah.
"Beb, kamu nggak masalah sama cara mereka melihat kamu?" Zizah lebih dulu memulai, menatap karyawan yang memang hanya berada di dalam satu ruangan saja. "Kamu nggak berniat menjelaskan sama mereka keadaan sebenarnya?"
Beby menggeleng. "Biarin aja!" jawabnya tanpa mengalihkan perhatian dari sisa pekerjaan yang tengah ia selesaikan menjelang waktu pulang ini.
"Mereka keterlaluan nggak sih? Kan semua sudah jelas." Moa nimbrung, mulutnya mengunyah permen karet, sehingga suaranya sedikit kacau. "Mereka gak bisa baca situasi ya?"
"Mereka nggak tau kalau pernikahan sebelumnya hanya pernikahan kontrak!"
"Apa?!"
"Kontrak?!" ulang Zizah usai dia dan Moa memekik bersamaan, sehingga membuat Anggun yang baru masuk ke ruangan tidak jadi ke mejanya melainkan menuju kubikel tempat Beby duduk.
Beby menarik napas dalam-dalam, lalu memberi hadiah berupa tatapan tajam pada teman-temannya itu. "Mulut kalian bisa nggak kalau nggak pake mode sound horeg begitu?!" kesal Beby kemudian.
Ekspresi penuh permintaan maaf pun muncul dari mereka saat merunduk ke depan Beby.
"Kaget, Beb!" ujar Moa seraya menyisihkan helaian rambutnya agar tidak menghalangi pendengaran. Gosip ini begitu harum semerbak dan amat sayang jika sampai ada yang terlewat.
"Serius?" Zizah mencari pembenaran.
Beby menghela napas lagi. "Nikah mereka hanya kontrak, tapi aku sendiri tidak paham karena Clara lahir jauh sebelum pernikahan itu terjadi."
"Bu Mila butuh status kali," cetus Anggun tiba-tiba. "Clara kan yang benar-benar lahir diluar nikah, sementara kakak-kakaknya lahir setelah menikah resmi, lalu cerai pas usia anak 3 atau 4 tahun."
"Kok kamu tau, Nggun?" Kini kepala mereka berotasi ke arah Anggun yang berada di antara Zizah dan Moa. Beby pun mendongak.
Anggun berdecak, sebelum memilih jongkok agar orang lain tidak dengar bisik-bisik ini. "Kakakku sama Candra sekelas pas TK sama SD. Ibuku tau gosip itu lah, secara dulu Bu Mila anak orang paling kaya di sini. Dan, Bapaknya Candra sering anter jemput sebelum Bu Mila hamil dan nikah lagi. Pokoknya abis cerai gitu, gak lama nikah, trus lahir juga si Cakra. Ibu sempat jenguk di rumah sakit sama wali murid yang lain."
"Oh ...." Moa langsung paham. "Pantas kamu kaya biasa saja pas ketemu Candra, padahal aku aja berbunga-bunga saking terpesona nya."
"Kami sering ketemu dulu, tapi sekarang tidak lagi, mungkin dia udah lupa sama aku, buktinya kemarin juga hanya salaman tanpa basa basi nanyain Kakak." Anggun berdiri. "Tujuannya pasti buat wali saat nikah kemarin, tapi Pak Danu kayaknya masih mikir keabsahan pernikahan Clara jika nggak ngomong apa adanya."
"Iya ya," jawab Zizah seraya manggut-manggut. "Kamu kok baru bilang sih," sergah Zizah gitu aja.
"Ya kan ini aib orang, buat apa aku nyebar-nyebarin? Dosa entar," balas Anggun dengan anggun dan sok berwibawa seolah tanpa pernah berbuat dosa.
"Dih, barusan juga apa?" sengit Moa mual.
"Kan kalian nanya, beda ceritanya!" Anggun membela diri.
"Gak ada yang nanya, kamunya aja yang ember cerita." Beby sedikit tertawa. "Jadi benar 100 persen Pak Danu tidak ada hubungannya sama Clara ya?"
"Kurasa gitu." Anggun mengangguk. "Kata Ibu, Pak Danu sama Bu Mila itu kayak anak sama ibunya pas awal-awal nikah. Secara Bu Mila seumuran ibuku, Pak Danu masih dua puluhan."
"Hush, kesenjangan usia shaming itu namanya!" Zizah mengingatkan, "kaya cucu sama neneknya mungkin lebih tepat! Lihat aja muka peyot Bu Mila, mana aromanya kek apek-apek bau tanah kuburan ...."
Mereka tertawa serempak, sehingga menarik perhatian karyawan lain yang memilih untuk mencebik akhirnya.
"Tapi Revan kemana ya?" tanya Zizah serta merta.
"Nemenin bininya yang hamil dipenjara kali!" Beby menjawabnya dengan nada mengejek.
"Wah, samawa sekali ya pasangan itu," ledek Moa lancar jaya seperti jalan tol. "Ke penjerong pun berdua—hahaha!"
Semuanya pun ikut tertawa. Ini terlalu lucu untuk didiamkan seperti jokes garing.
"Nanti ke rumahku lagi, katanya bakal banyak yang datang ke rumah, dan aku pasti makin kesepian." Beby sedikit memohon.
"Pesenin makanan enak dong, kan yang kemarin masakan rumahan," rengek Moa. "Sesekali ayam panggang atau nasi padang gitu."
"Entar aku siapin, mau resto mana?" Beby meraih ponsel. "Uang bulanan ku masih utuh nih," ujarnya sedikit menyombong.
"Dih, dua juta juga gak bakal nyukup sampe akhir bulan, Beb! Gaya lu!" Moa menoyor kepala Beby. "Gaji UMR aja sombong!"
"Segini banyak, UMR kota mana coba?" Beby menunjuk saldo di rekening yang ternyata autodebit dari Danu.
Namun, bukannya bereaksi yang bagaimana-bagaimana, tetap mereka langsung bilang.
"Pinjam dulu 100, baliknya dibayar pake doa! Boleh kan ya? Kamu bisa punya setengah M dalam beberapa hari juga karena doa kita-kita!" Zizah mengusap liur yang rasanya terus menetes melihat saldo bank milik Beby.
Sudah bisa diduga oleh semua orang, Zizah memang otaknya sering ketinggalan kalau bercanda.
"100 doang, Beb! Pelit amat," rengek Zizah.
"Nggak bisa!" Beby berkilah. "lebih baik buat jajan aku sendiri daripada mumet nagih mulu ke kamu! Janji bulan depan jadinya berbulan-bulan kemudian!"
tetap semangat ya kak 🫰😘
gaya bahasa
cerita menarik tp knpa sepiii
terima kasih kak telah membuat novel yg bagus, ringannn tp enak di baca
tetap membuat karya karya terbaik ya thor🙏😍
novel istri muda pa dewan ttp di nt atau aplikasi lain thor🙏
yg buat salah anak kamu bersama Mila pa Broto 🤭
Akhirnya ketahuan ya bapak kandung Clara , tinggal bapak kandung candra dan cakra 😄
semoga Beby hamil kembar ya thor
agar ada kebahagian Danu punya anak kandung🙏