NovelToon NovelToon
Two Promises 2

Two Promises 2

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Time Travel / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Angst / Romansa
Popularitas:531
Nilai: 5
Nama Author: Penulis Anonim

Season kedua dari "Two Promises"

Musim panas telah berlalu, dan Minamoto Haruki akhirnya berhasil menjalin hubungan dengan Yoshimoto Sakura. Namun, perjalanan waktu Haruki untuk menyelamatkan kekasihnya baru saja dimulai.

Seiring berjalannya waktu, bayang-bayang masa lalu mulai mengancam kebahagiaan mereka. Haruki harus menghadapi konflik internal keluarga Yoshimoto yang gelap, dan yang lebih mengerikan, rahasia besar yang selama ini disembunyikan Sakura mulai terungkap perlahan.

Akankah Haruki mampu mengungkap kebenaran dan mengubah takdir yang menanti? Atau, akankah usahanya sia-sia, membawa mereka pada akhir yang tragis seperti di masa lalu?

Saksikanlah perjuangan mereka dalam 'Two Promises 2"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Penulis Anonim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ch. 3 - Yoshimoto Hanabi

[21 September — 2015]

[•] Kediaman Keluarga Yoshimoto

Ibu berjalan menghampiriku dan Akari dengan tatapan penuh penyesalan di wajahnya.

Ibu mengatakan sesuatu yang membuatku terkejut karenanya.

"Sakura... Akari... Ibu akan mengatakan pada kalian, kejadian yang sebenarnya."

Itulah yang ibu katakan pada kami. Ibu pun mulai menceritakan semua yang dialaminya setelah kematian ayahku.

[8 Tahun yang lalu]

*POV Yoshimoto Hanabi, ibu Sakura

Sebelum kematiannya, dia menitipkan pesan padaku.

"Hanabi... "

"Iya, sayang?"

"Aku titipkan Sakura dan Akari padamu ya."

Saat mendengar dia mengatakan itu padaku. Hatiku terasa seperti dicabik-cabik dengan kuat.

"Jangan katakan hal seperti itu lagi, sayang! Aku masih belum siap untuk... "

"Hanabi! mungkin ini akan sulit bagimu. Tetapi... aku yakin kamu bisa melewatinya. Itu karena mereka berdua, pasti akan menyelamatkanmu suatu hari nanti."

Melihatnya mengucapkan kalimat itu sambil tersenyum... buat hatiku semakin terasa sakit.

Tak ada banyak hal yang bisa dilakukan olehku.

Aku hanya bisa diam melihatnya mengembuskan napas terakhirnya di depan mataku.

Dia bahkan masih tetap tersenyum di saat-saat terakhir hidupnya.

Yanagi Kazuki, suamiku, telah meninggalkanku dan kedua anak kami.

* * *

Setelah kematian Kazuki, aku selalu menyalahkan mereka berdua atas kematiannya.

Aku tahu yang aku lakukan itu salah, namun diriku pada saat itu masih belum bisa menerima kenyataan.

Diriku yang masih belum menerima kenyataan itu pun, pergi meninggalkan kewajibanku sebagai seorang ibu bagi mereka.

Aku pergi dari rumah dan meninggalkan mereka berdua di rumah selama beberapa hari.

•Keesokan harinya...

Sudah sehari berlalu sejak aku meninggalkan kedua anakmu di rumah. Saat ini, aku sedang berada di salah satu taman di Nakano, Tokyo.

"Apa anak-anak baik-baik saja ya? Apa mereka bisa makan dengan benar ya? Aku sudah berjalan sangat jauh dari rumah... "

Di saat aku sedang duduk di bangku taman sambil memikirkan nasib Sakura dan Akari.

Ada seorang anak laki-laki seumuran dengan Sakura menghampiriku. Anak itu berhenti dan berdiri di depanku.

"Tante siapa? Sepertinya tante bukan orang sini," anak itu bertanya padaku.

"Kamu benar nak... tante memang bukan orang sini."

Anak itu memiringkan kepalanya dengan bingung.

"Lalu kenapa tante ada di sini?!" tanya anak itu dengan jari telunjuk di bibir.

Aku tersenyum pahit sambil memandang ke atas.

"Aku meninggalkan anak-anakku di rumah."

"Rumah tante ada di mana? dan kenapa tante meninggalkan anak-anak tante?"

Ada apa dengan anak ini? Kenapa dia terus melontarkan pertanyaan padaku?

"Nee, kenapa kau terus bertanya padaku? di mana orang tuamu?"

Anak itu melangkah dan duduk di sampingku. Kemudian, anak itu menatapku sambil tersenyum.

"Aku tidak punya orang tua, tante. Ayah dan ibuku meninggal akibat kecelakaan saat aku berusia 3 tahun."

"...Maaf sudah bertanya."

Ternyata anak ini tidak punya orang tua. Bahkan lebih buruk dari kondisi keluargaku saat ini.

Namun kenapa... Anak ini masih bisa tersenyum seperti itu?

"Nee, bocah!"

"Ada apa, tante?!"

"Alasanku meninggalkan anak-anakku adalah karena aku sedang bertengkar dengan mereka."

Anak itu menatapku sambil tersenyum dengan bingung. "Kenapa... tante bertengkar dengan mereka?"

Aku menghela napas. "Karena aku menyalahkan mereka atas kematian suamiku."

Anak itu terdiam dan kembali menatap ke depan.

"Tante... aku pernah bertemu dengan seseorang."

Anak itu kembali bicara dan menceritakan sesuatu padaku. Aku diam dan menyimak semua perkataan anak itu.

"...Orang itu selalu menyalahkan orang lain karena kematian orang tuanya. Namun, orang yang disalahkan olehnya itu juga merasa kalau dirinya bersalah. Pada akhirnya, orang itu pun menyesal karena sudah menyalahkan orang lain yang sebenarnya tidak bersalah sama sekali. Jadi... aku yakin, jauh di dalam hati tante pasti ada rasa bersalah dan penyesalan. Cepatlah berbaikan dengan anak-anak tante, aku yakin mereka akan mengerti."

Pada kalimat terakhir yang diucapkannya, anak itu tersenyum dengan sangat tulus padaku.

Serta, semua yang dikatakan anak itu, aku bisa mengerti maksudnya. Dia terlihat seperti...

"Oh ya, nak... siapa namamu?"

Anak itu menaikkan alisnya saat memandangku. Kemudian anak itu tersenyum tipis.

"Aku? namaku adalah... "

Anak itu pun memberitahukan namanya padaku. Sungguh tak terduga, kalau anak ini tetap dapat mencerminkan namanya meskipun nasibnya seperti itu.

Setelah itu, aku pun kembali ke taman itu setiap harinya hanya untuk mencurahkan isi hatiku padanya.

Anak itu pun tetap mendengarkan semua keluh kesahku. Sampai akhirnya aku pun memutuskan untuk kembali ke rumah.

* * *

Setelah kembali ke rumah, aku pun mencari pekerjaan untuk membiayai hidup keluarga kecilku.

Walaupun aku harus membuat diriku dibenci oleh Sakura dan Akari... aku akan tetap berjalan pada jalan hidup yang sudah aku pilih ini.

Maafkan aku, Sakura... Akari... aku melakukan ini semua untuk keberlangsungan hidup kalian berdua.

[7 Tahun yang lalu]

Seiring berjalannya waktu, aku bertemu seseorang dari tempat kerjaku sebagai pelayan di sebuah toko pakaian.

Dia adalah seorang pembeli yang datang saat aku sedang bertugas. Namanya adalah Yoshimoto Hikaru.

Orang itu datang ke toko tempat aku bekerja hanya untuk mengenang kembali kenangan bersama istrinya yang telah tiada.

Aku merasakan hal yang sama dari dirinya denganku. Yaitu sebuah rasa bersalah yang sangat besar dari dalam hatinya.

Merasakan kesamaan dari dirinya. Aku pun menceritakan semua yang aku alami sejak kematian Kazuki. Dia pun mendengarkannya dengan sepenuh hati.

Sejak hari itu, aku mulai sering keluar rumah hanya untuk bertemu dengannya.

Waktu pun berlalu, Hikaru-kun melamarku dan kami pun menikah, lalu pindah ke Tokyo.

Hikaru-kun tidak mempermasalahkan perlakuanku terhadap Sakura dan Akari. Namun dia berkata: "Hanabi, walaupun kamu terus menyakiti mereka berdua. Kamu tidak boleh kehilangan rasa sayangmu terhadap mereka. Jika itu terjadi, maka aku siap menanggung dosa itu bersama... itu karena aku juga terlibat, Hanabi."

Karena perkataannya itu, aku pun tetap menyimpan rasa sayangku yang terus bertambah setiap kali aku melihat mereka.

Walaupun aku terus menyakiti mereka... aku tetap memiliki rasa sayang yang sangat besar terhadap mereka.

Aku percaya, bahwa ada satu hari di mana semua rasa kasih sayang dan penyesalan ini tak dapat terbendung lagi.

[Saat ini, 21 September — 2015]

[•] Kediaman Keluarga Yoshimoto

*POV Sakura

Ibu telah menceritakan semuanya pada kami. Sebuah kisah yang selama ini ibu pendam.

Penderitaanku dan Akari, serta penyesalan ibu. Aku tak tahu sama sekali...

"Payahnya aku... "

Ibu yang berada di hadapan kami saat ini, sedang meneteskan air mata penyesalan yang selama ini dia pendam.

Akari yang menggenggam lenganku pun perlahan mulai melepaskan genggamannya. Kemudian Akari berjalan ke arah ibu.

"Ibu... Maafkan aku yang sudah membencimu selama ini. Maafkan aku... "

Akari menangis di depan ibu. Aku pun sama... namun semua itu sudah berlalu, tak ada hal yang harus disesali sekarang.

Aku hanya perlu terus menatap ke masa depan. Masa depan yang saat ini sedang menunggu kami.

Sebuah masa depan yang berisi kehidupan keluarga yang selama ini aku impikan.

Hari di mana aku, Akari, dan ibu, serta ayah tiri kami, akan tertawa bersama di meja makan saat makan malam.

Sebuah keluarga yang bahagia.

Aku pun mulai menetapkan hatiku dan mulai mengambil langkah ke depan.

"Terima kasih... Haruki-kun," ucapku saat mengambil langkah pertama.

Aku terus melangkahkan kakiku menuju masa depan yang menanti kami. Dan aku berhenti di depan ibuku.

"Ibu... ada yang ingin aku bicarakan denganmu."

Bersambung....

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!