Di balik hutan Alaska, Rowan menikahi cinta pertamanya, Anna. Mereka tinggal di rumah yang ia bangun dengan harapan suatu hari akan di penuhi tawa anak-anak. Tapi Anna belum siap menjadi ibu dan Rowan menghargainya.
-
Kabar tak terduga tiba “Rowan, Anna mengalami pendarahan di Prancis”.
-
Pria muncul di tengah penantian Rowan, Anna tengah mengandung.
“Aku ingin melakukan Tes DNA pada bayi kembar itu!!”
-
Kesetian, Kepercayaan, Penghianatan serta Penantian.
Segelas teh hangat di tengah hutan gelap.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tilia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perkelahian di bar
“Kau pasti sangat lelah?” Lucy bersandar pada Julian dan memakinkan jarinya di telapak tangan tunangannya itu.
“Tidak, kau menggemaskan Lucy” Julian mencubit hidung Lucy.
“Ya… kau sangat tampan dengan topi koboi ituu.” Lucy memeluk leher Julian, kedua berciuman di kursi bar.
Pintu bar terbuka dengan kencang, mengejutkan pengunjung bar di dalam. Rowan berjalan menuju counter bar menarik Orlando dengan kuat melemparkannya ke lantai melayang pukulan kuat ke wajahnya.
Beberapa gelas terlempar dan pesar, kursi terjatuh dan botol di counter bar pun ikut pecah.
“Akhhh!!!” Lucy terkejut melihatnya, Rowan memukul Orlando beberapa kali, Orlando segera melawannya keributan pun terjadi.
......................
Bippppp! Bip!!!
Anna terbangun mendengar dering handponenya, dengan susah menggerakan tanganya mengambil handpone tak jauh darinya.
“Hallo??” Anna dengan serak dan lelah.
“Anna!!!!!!”
“Rowan menghajar Orlando di bar!!!!”
“Cepat!!! Kemariii!!” Lucy berteriak, mendengar itu Anna melihat kamarnya Rowan tidak ada ia segara berlari ke lemari memakai pakaiannya sembarang, menuruni tangga dengan cepat, memasuki mobilnya dengan cepat menuju bar.
Dengan napas yang berat membuka pintu bar, Rowan tengah menahan tubuh Orlando di bawahnya berusaha memukulnya lagi beberapa pria menahan tubuhnya dan bar cukup kacau.
“Rowannn hentikann!!” Anna segera menarik tangan Rowan, Orlando di lantai wajahnya sudah cukup luka di tambah darah dari hidung dan mulutnya.
“Rowann!! Hentikan!!” kembali Anna berusaha menghentikan Rowan, namun Rowan mendorong Anna menjauh membuatnya terjatuh.
“Akh!!” tangan Anna mengenai pecahan gelas dan terluka.
“Anna!!!” teriak Lucy, mendengar itu Rowan berhenti memukul Orlando dan menatap Anna yang duduk terluka ia mendorong pria-pria yang menahan tubuhnya untuk menjauh segera berdiri.
Keduanya saling menatap, Rowan mengambil kunci mobilnya mengeluarkan dompet dan melemparkan lembaran uang ke arah wajah Orlando.
“Untuk Bir..” ia mengatur napasnya dan pergi melewati Anna tanpa menatapnya, saat itu juga Anna menyadari mungkin Rowan telah mengetahui perselingkuhannya sejak lama.
Rowan mengendarai mobilnya pergi meninggal bar dan kacau malam itu.
Memacu mobilnya tanpa arah dengan luka-luka di wajah da tanganya Rowan berusaha untuk menenangkan dirinya, saat melewati tanda papan di pinggir jalan tengah hutan, Rowan menghentikan mobilnya menuju kabin Isla.
Kembali udara yang berbeda menyejukan wajahnya, Rowan berjalan di tengah hutan yang gelap hanya mengandalkan cahaya bulan serta suara sungai ia sampai di depan kabin Isla. Lampu kabin masih menyala, Rowan melihat jam tanganya yang sudah menunjukan waktu tengah malam ia ragu untuk melangkahkan kaki karena takut menganggu Isla.
Pintu kabin terbuka, Isla memegang plastik hitam di tanganya akan membuang sampah sebelum tidur.
“Akhhh!!!” ia terkejut melihat sosok hitam berdiri di bawah pepohonan.
“Rowan??” Isla memicingkan matanya dan dapat melihat siapa bayangan itu.
“Apa yang kau lakukan? Kau butuh sesuatu kemarilah” setelah membuang sampahnya ia mendekat pada Rowan, Rowan tidak mengatakan apapun.
Saat melihat lebih dekat Isla terkejut melihat penampilanya yang sangat berantakan dengan luka lebam di wajah serta tanganya, tanpa bertanya.
“Masuklah, aku belum mengantuk” Isla dengan lembut mengajaknya, Rowan pun mengikuti langkah kakinya.
Memasuki kabin kini Isla dapat lebih jelas melihatnya serta tercium aroma wanita di tambah sedikit aroma alkohol dari tubuhnya.
“Duduklah” Isla membuat teh untuk Rowan yang duduk di sofa nampak sangat lelah.
“Aku akan menyalakan alat pemanas air” ia menuangkan teh untuk Rowan tersenyum tipis padanya.
Rowan menatap cangkir keramik di tanganya bayangan terpantul, sekilas ia dapat melihat wajah dan rambutnya yang berantakan, Rowan segera meminum teh itu.
“Aku tidak tahu jika ini cukup untuk ukuran mu, milik kakak ku” Isla kembali memberikan Rowan tumpukan pakaian bersih di tangannya.
“Terimakasih, Isla” Rowan mengambil pakaian itu, Isla tersenyum padanya melihat Rowan yang memasuki kamar mandi ia segera memaskan sup makan malamnya tadi.
Di dalam kamar mandi, air hangat membasahi tubuh Rowan menghilangkan sisa keringatnya bersama Anna dan darah yang menempel dari perkelahiannya dengan Orlando. Menatap dirinya di cermin Rowan membersihkan noda-noda di wajahnya yang lebam kini pikiranya telah tenang dan yakin dengan keputusanya.
Menatap peralatan mandi Isla, Rowan mencium aroma manis ia tersenyum tipis dan lanjut membersihkan diri.
Uap panas keluar dari tubuhnya keluar dari kamar mandi mengerinkan rambutnya, melihat Isla menuangkan sup pada mangkuk.
“Letakan saja di keranjang kosong itu” Isla melihat pada Rowan dengan pakaian kotornya ia pakaian kakaknya cukup ketat di tubuh Rowan untungnya masih terlihat pantas.
“Isi perut mu terlebih dahulu sebelum mengobati luka mu” ujar Isla memegang kotak P3K di pangkuannya, Rowan pun memakan sup hangat itu dengan tenang.
“Maaf Isla aku kembali merepotkan mu” Rowan meletakan mangkuk di tempat cuci.
“Kita teman jangan pikirkan itu, sekarang cepat duduk” jawab Isla dengan santai, mendengar itu Rowan menatapnya sesaat kemudian duduk, Isla pun mengobati luka di tangan dan membalutnya dengan kain kasa.
“Aku akan mengambil handuk untuk wajah mu” ia meletakan kotak di meja menuju lemari mencari handuk.
Bipp!!!! Bipp!!!
Handpone Rowan berdering, panggilan dari Velma.
“Rowann, Andrewww..” Velma menangis.
“Ada apa?” Rowan segera berdiri mendengar suara kakanya yang menangis.
“Andrew tak sadarkan diri, kami ada di rumah sakit”
“Aku akan segera pergi” Rowan mengambil kunci mobilnya, Isla terkejut mendengar Rowan yang nampak panik.
“Terimakasih banyak, Isla”
“Keponakan ku sedang di rumah sakit, aku akan segera pergi” Rowan memeluk Isla.
“Hati-hati” Isla terkejut dengan pelukan Rowan ia berusaha tetap tenang.
“Baiklah” Rowan melambaikan tanganya segera berlari, Isla berdiri di ambang pintu melihatnya berlari di tengah malam.
“Semoga dia baik-baik saja” Isla menutup pintu.
...----------------...