NovelToon NovelToon
Debaran Hati

Debaran Hati

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / CEO / Selingkuh / Cinta Terlarang / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Pelakor
Popularitas:822
Nilai: 5
Nama Author: Serena Muna

Mengisahkan mengenai Debby Arina Suteja yang jatuh cinta pada pria yang sudah beristri, Hendro Ryu Handoyo karena Hendro tak pernah jujur pada Debby mengenai statusnya yang sudah punya istri dan anak. Debby terpukul sekali dengan kenyataan bahwa Hendro sudah menikah dan saat itulah ia bertemu dengan Agus Setiaji seorang brondong tampan yang menawan hati. Kepada siapakah hati Debby akan berlabuh?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serena Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Fitnah yang Belum Usai

Debby membuka pintu apartemennya dengan hati-hati, setelah mendengar ketukan yang mencurigakan. Betapa terkejutnya ia mendapati Hendro berdiri di hadapannya, menyeringai sinis. Jantung Debby berdegup kencang. Bukankah pria ini seharusnya masih ditahan polisi? Bagaimana bisa ia bebas begitu cepat?

"Hai, Sayang. Kangen aku?" sapa Hendro dengan nada mengejek, mencoba melangkah masuk namun Debby dengan sigap menghalanginya.

"Kamu! Bagaimana bisa kamu di sini? Bukankah kamu sudah ditangkap?" tanya Debby dengan nada cemas bercampur marah.

Hendro tertawa pelan. "Polisi bodoh itu tidak bisa menahanku lama. Sekarang aku kembali untukmu, Debby." Ia mencoba meraih tangan Debby, namun wanita itu menarik tangannya menjauh.

"Jangan sentuh aku! Aku sudah melaporkanmu! Kamu penculik!" bentak Debby, berusaha menutup pintu namun Hendro menahannya dengan paksa.

"Ayolah, Debby. Kita bisa melupakan semua ini dan kembali bersama. Aku janji akan membuatmu bahagia," bujuk Hendro, namun matanya memancarkan obsesi yang menakutkan.

"Tidak akan pernah! Aku muak denganmu, Hendro! Pergi dari sini!" tolak Debby mentah-mentah.

Hendro semakin kesal mendengar penolakan Debby yang begitu tegas. Ia mencoba memaksa masuk ke dalam apartemen Debby. "Kau akan ikut denganku, Debby. Suka atau tidak suka!"

Debby berteriak meminta tolong, berharap ada tetangga yang mendengar. Tepat pada saat yang genting itu, pintu apartemen Agus di sebelah terbuka. Agus yang mendengar keributan kembali keluar untuk melihat apa yang terjadi. Ia terkejut melihat Hendro sedang berusaha memaksa Debby.

Tanpa ragu, Agus segera menghampiri mereka. "Hei! Apa yang kamu lakukan?! Lepaskan Mbak Debby!" tegur Agus dengan nada berani.

Hendro menoleh dengan tatapan penuh amarah. "Kau lagi?! Jangan ikut campur!"

"Saya tidak akan membiarkan Anda menyakiti Mbak Debby," balas Agus tegas, berdiri di antara Debby dan Hendro.

Hendro mendengus marah. "Kau pikir kau siapa berani menghalangiku?!" Ia mencoba menerobos Agus untuk meraih Debby.

Namun, Agus dengan sigap menahan Hendro. Perkelahian kecil sempat terjadi di depan pintu apartemen Debby. Debby merasa takut namun juga berterima kasih pada keberanian Agus yang selalu melindunginya.

Akhirnya, Agus berhasil mendorong Hendro menjauh. "Pergi dari sini! Jangan ganggu Mbak Debby lagi!"

Hendro menatap Debby dan Agus dengan tatapan penuh dendam. "Ini belum berakhir! Kalian berdua akan menyesal!" ancam Hendro sebelum akhirnya pergi dengan langkah penuh amarah.

Debby merasa lemas dan bersyukur Agus kembali datang di saat yang tepat. "Terima kasih, Agus. Kamu benar-benar pahlawanku," ucap Debby dengan suara bergetar.

Agus tersenyum lembut. "Tidak apa-apa, Mbak Debby. Saya akan selalu membantu jika Anda dalam kesulitan. Sebaiknya kita laporkan lagi kejadian ini ke polisi." Debby mengangguk setuju. Ia tahu, Hendro tidak akan berhenti mengganggunya.

****

Setelah kembali terusir, Naura dan keluarganya akhirnya menemukan rumah kontrakan lain di pinggiran kota. Tempat itu sederhana, namun memberikan rasa aman dan harapan baru. Naura segera fokus mencari pekerjaan untuk menopang hidup mereka, sementara Subeni dan Haryati dengan penuh kasih sayang menjaga Marcella. Mereka berusaha keras untuk melupakan trauma masa lalu dan membangun kembali kehidupan yang tenang.

Namun, ketenangan itu kembali terancam. Fathia, yang rupanya terus mengikuti jejak Naura, berhasil mengetahui alamat rumah kontrakan baru mereka. Dendam sepupu Naura itu tampaknya tak pernah surut. Dengan niat jahat, Fathia kembali melancarkan aksinya untuk membuat Naura dan keluarganya menderita.

Fathia mulai mendekati para tetangga di sekitar rumah kontrakan Naura. Dengan kepiawaiannya dalam menghasut, ia menyebarkan cerita-cerita bohong tentang Naura dan keluarganya. Ia kembali mengungkit masa lalu Naura di desa, membesar-besarkan fitnah yang dulu ia sebarkan, dan berusaha meyakinkan para tetangga bahwa kehadiran Naura dan keluarganya akan membawa masalah bagi lingkungan mereka.

"Ibu-ibu tahu kan, mereka itu diusir dari desa? Pasti ada alasan kuat di baliknya. Kita harus hati-hati, jangan sampai mereka membawa pengaruh buruk ke sini," ujar Fathia dengan nada penuh peringatan kepada beberapa ibu yang sedang berkumpul.

Para tetangga yang belum mengenal Naura dan keluarganya dengan baik, mulai terpengaruh oleh ucapan Fathia. Mereka saling berbisik-bisik dan menatap Naura dengan tatapan curiga. Fathia merasa puas melihat rencananya mulai berhasil.

Tak hanya para tetangga, Fathia juga menyasar pemilik rumah kontrakan yang kini ditinggali Naura, seorang bapak tua yang ramah bernama Pak Jono. Fathia mendatangi rumah Pak Jono dengan wajah dibuat-buat khawatir.

"Maaf, Pak Jono, saya tetangga Naura di desa dulu," kata Fathia dengan nada sopan.

Pak Jono mempersilakan Fathia masuk. "Oh, ada apa, Neng?"

"Saya cuma mau mengingatkan Bapak saja. Hati-hati dengan keluarga yang baru ngontrak di tempat Bapak itu. Mereka punya masalah di desa, sampai diusir warga," ujar Fathia, berusaha meyakinkan Pak Jono.

Pak Jono mengerutkan kening. "Masalah bagaimana, Neng? Selama ini mereka baik-baik saja."

Fathia terus berusaha meyakinkan Pak Jono dengan cerita-cerita bohongnya. Ia mengatakan bahwa keluarga Naura sering berbuat onar dan tidak menghormati warga desa. Ia juga menambahkan bumbu-bumbu dramatis agar Pak Jono semakin percaya.

"Saya cuma tidak mau Bapak menyesal nanti. Lebih baik Bapak waspada," kata Fathia dengan nada akhir yang dibuat-buat khawatir.

Pak Jono yang mendengar cerita Fathia mulai merasa tidak tenang. Meskipun ia melihat Naura dan keluarganya sebagai orang baik, ia tidak ingin mengambil risiko jika apa yang dikatakan Fathia benar. Fathia kembali tersenyum licik dalam hati, yakin sebentar lagi Naura dan keluarganya akan kembali terusir. Dendamnya pada Naura seolah tak berujung, dan ia akan terus berusaha membuat hidup Naura menderita.

****

Di bawah rindangnya pepohonan taman dekat apartemen, Debby dan Agus duduk berdampingan di sebuah bangku kayu. Udara pagi terasa sejuk, namun suasana di antara mereka masih diwarnai kecanggungan pasca pengakuan perasaan Debby. Keduanya menikmati pemandangan anak-anak bermain dan orang-orang yang berolahraga tanpa banyak bicara.

Agus sesekali melirik Debby, yang tampak sedang menerawang jauh. Ia merasa ada sesuatu yang perlu ia sampaikan, meskipun ia sendiri masih belum sepenuhnya yakin dengan perasaannya.

Setelah beberapa saat hening, Agus akhirnya membuka suara. "Mbak Debby..." panggilnya pelan.

Debby menoleh, menatap Agus dengan tatapan lembut namun sedikit penuh harap. "Ya, Agus?"

Agus menarik napas sejenak sebelum melanjutkan. "Soal... yang waktu itu kamu katakan... aku sudah memikirkannya."

Jantung Debby berdebar sedikit lebih cepat. Ia menunggu kelanjutan ucapan Agus dengan rasa penasaran dan sedikit kecemasan.

"Aku... mungkin saja bisa membuka hati untukmu, Mbak Debby," kata Agus akhirnya, menatap lurus ke depan.

Mendengar ucapan Agus, Debby merasakan kehangatan menjalar di hatinya. Namun, di saat yang sama, ia juga merasakan keraguan. Ia tidak ingin Agus melakukan ini hanya karena merasa tidak enak atau terpaksa.

Debby menghela napas pelan. "Agus... aku tidak ingin kamu melakukan ini karena merasa tidak enak padaku. Aku tidak ingin kamu membuka hati hanya karena kamu merasa berhutang budi padaku selama ini."

Agus menoleh, menatap Debby dengan tatapan yang lebih intens. "Tidak, Mbak. Bukan begitu. Aku memang merasa berterima kasih atas semua yang sudah kamu lakukan. Tapi... aku juga merasakan ada sesuatu yang berbeda saat bersamamu. Kamu baik, perhatian, dan kuat."

Debby tersenyum tipis. "Tapi kamu tidak yakin?"

Agus terdiam sejenak, tampak sedang menimbang-nimbang perasaannya. "Aku... aku memang belum sepenuhnya yakin. Ada perbedaan usia di antara kita... dan aku belum pernah..." Agus menghentikan kalimatnya, tampak kesulitan merangkai kata-kata.

Debby mengerti keraguan Agus. Ia tidak ingin memaksakan perasaannya. "Tidak apa-apa, Agus. Aku mengerti. Yang penting kamu jujur padaku."

"Aku ingin jujur, Mbak Debby. Aku tidak ingin menyakitimu. Aku hanya butuh waktu untuk memikirkannya lebih dalam," kata Agus dengan nada tulus.

Debby mengangguk. "Tentu saja, Agus. Aku akan menunggu. Tapi aku juga tidak ingin kamu merasa tertekan."

1
kalea rizuky
klo ortu agus gk bs nrima ywda
kalea rizuky
lanjut
Serena Muna: terima kasih kakak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!