Hidup ini bukan tentang bagaimana caranya kita bahagia,tapi tentang.
Bagaimana cara nya kita menerima luka ini.
ikhlas bukan berarti tak terluka.kehadiran nya membawa keramaian di ruang yang kosong.
Raga ini untuk suami ku,tetapi hati dan pikiran untuk dirinya.
aku...memang bersalah di sini,telah membuka hati untuk yang lain tetapi luka yang di guriskan suami ku, sungguh sangat amat menyakitkan.
Dari dia ku belajar artinya tenang dan ikhlas.
Di kekosongan ini dia memberikan banyak cinta untuk ku yang tak ku dapatkan dari sosok suami ku.
Oh, Yan...begitu ku memanggilnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dedek Iting, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
14
Selama perjalanan Tami berpikir cara untuk menghasilkan uang dan uang,tetapi ia bingung gimana caranya agar bisa kerja,sedangkan ia mempunyai anak kecil.
sesampai dirumah Tami menyuruh anaknya untuk tidur siang, sedikit pun Tami tak menunjukkan wajah sedih di depan anaknya.
Tami tak mau Vania berfikir yang tidak tidak tentang papinya,gimana pun ia tak mau membuat Vania membenci papinya.
Tami melihat Vania sudah tertidur lelap,ia lalu mencari nomor kontak Ririn,di hubunginya nomor Ririn tetapi tidak aktif.
Tami sangat buntu,fikirannya berkecamuk.ia kesal dengan ucapan suaminya dan ibuk mertuanya yang selalu menyalakan apa yang di buat Rizal.
Tami terdiam sejenak,lama kelamaan Tami tengelam dalam lamunannya tak sadar sedari tadi ponselnya di hubungi seseorang.
Tami masih terdiam,masih belum sadar Tah panggilan keberapa Tami tersentak kaget.
"astaghfirullah"Tami lalu melihat ke arah ponselnya, tertulis kak Yan
"Hallo"
"Iya hallo"ujar Yan
"kamu masih marah?"ujar Yan lagi
"Gak"ketus
"kamu baik-baik saja kan?"Yan kawatir
"Aku baik-baik saja,ada apa?"tanya Tami
"tak ada apa-apa,aku hanya kawatir"ucap Yan jujur
"Oh, trimakasih"ujar Tami lalu menyambutnya lagi"Aku mau bertanya sama kamu"
"iya mau bertanya apa?"
"Kamu tau di mana ada lowongan kerja buat wanita"ujar Tami
Yan sudah paham maksud dan tujuan Tami,pasti pekerjaan ini untuknya.yan tersenyum jahat
'akan ku buat kamu melupakannya'batin Yan
"Untuk siapa?"Yan pura-pura
"Untuk teman, Mana tau ada yang kamu tau"ujar Tami
"Nanti aku tanya -tanya teman ku ya,mana tau ada"ujarnya
"Tapi kerjanya yang bisa Bawak anak ya,soalnya dia punya anak"ucapan Tami sedikit takut
"Oh,ok nanti aku cari dulu,bilang sama temen kamu sabar ya"ujar Yan
"Iya makasih"
"Kamu beneran baik-baik kan?"Yan mengulang pertanyaan tadi
"Aku baik,kenapa emangnya?"Tami berbalik bertanya
"tak apa,cuma aku dengar kamu seperti orang menangis"ujar Yan
"Oh,itu aku lagi tak enak badan karena ulah mu"ujar Tami asal
"kenapa karena ulah ku,apa salah ku"Yan pura-pura dan tersenyum di sebrang sana
"kemarin malam ada seseorang yang ingin menjadi pembinor"ujar Tami santai
"Hahaha,jadi apa jawabnya?"Yan malah tertawa
"kan malah tertawa,bukan introspeksi kamu malah senang"Tami kesal
"Ya jadi mau gimana lagi?.kan aku beneran suka sama kamu,kamunya aja yang tak jelas"ucap Yan
"kamu sadar?"Tami bertanya
"Ya,"jawab Yan singkat.
"Dasar lelaki buaya"ujar Tami
bukannya marah Yan malah tertawa kuat sekali,tawa Yan menular ke Tami,Tami juga ikut tertawa tak apa yang lucu Tami pun tak tau.
"Sudah ya besok aku telpon lagi,Aku mau kerja dulu.bye"ujar Yan
"Iya,bye"balas Tami.
selesai panggilan itu Yan sudahi Tami melamun kembali.
"Tami ini sudah benar,kamu harus kerja?"ujar Tami berbicara dengan dirinya sendiri.
"Semangat Tami,tak boleh bergantung dengan orang lain"Tami masih memotivasi dirinya
nyeri rasa hati ini,sangat nyeri rasa ingin sekali berpisah cum tak semudah itu,Tami tak mau mengorbankan anak untuk ke egoisan mereka.tami menyakinkan diri suatu saat Rizal akan berubah.
Akan kah Rizal berubah,atau kah perasaan Tami yang akan berubah?
nantikan di bab berikutnya ya besti.
Maaf masih suka typo, terimakasih yang sudah pada mampir 🙏
udah muncul bibit² pembinor😆