NovelToon NovelToon
Terpikat Sekretaris Ayah

Terpikat Sekretaris Ayah

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Angst / Romansa
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: Anjana

Aleena terpaksa harus menolak perjodohan karena dirinya sama sekali tidak menyukai laki-laki pilihan orang tuanya, justru malah tertarik dengan sekretaris Ayahnya.

Berbagai konflik harus dijalaninya karena sama sekali tidak mendapatkan restu dari orang tuanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anjana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 14#Meeting

Aleena yang tengah berada diruang kerja, ia celingukan sambil mengitari isi dalam ruangan.

"Kamu pegawai magang ya dikantor ini, kenalin, aku Reno," sapa salah seorang karyawan saat memergoki Aleena yang terlihat seperti sedang melihat-lihat disekelilingnya.

"Iya, aku karyawan magang dikantor ini. Emm namaku Aleena, salam kenal." Aleena pun menerima uluran tangan dari Reno.

Saat itu juga, Vivian langsung melepaskan tangan mereka berdua.

"Jangan mudah percaya sama Reno, dia ini playboy di kantor ini."

Reno pun melotot serta bengong mendengarnya.

"Mau apa kamu? aku peringatkan sama kamu ya, jangan pernah godain sahabat aku. Awas saja kalau suka gangguin Aleena, aku yang bakal bales, ngerti." Ancam Vivian kepada Reno.

Reno justru tertawa kecil saat Vivian memberi ancaman pada dirinya.

"Kamu percaya, Aleena?"

Aleena cuma geleng-geleng kepala dan tersenyum.

"Aku gak tahu, soalnya aku orang baru disini, dan kenal Vivian juga disini."

Reno tertawa mendengar penuturan dari Aleena, dan nunjuk pada Vivian.

"Aku bakal buktiin kalau aku sahabat baiknya Aleena. Emang kamu, puih! sukanya godain perempuan di kantor ini."

"Sok tau kamu, cih!"

"Udah jangan berantem, katanya mau ngenalin aku dikantor ini. Oh iya, aku nanti kerjanya ngapain ya, soalnya baru pertama kalinya aku terjun dikantor. Jadi, aku masih awam dan tidak tau apa-apa."

"Biar aku aja yang ngajarin,"

"Enak aja, aku!"

"Aku!"

Brak!

Tiba-tiba Lusia menggebrak pintu cukup kuat, hingga semua yang ada didalam mendadak hening tak ada suara apapun.

"Bikin malu saja kalian!"

Lusia pun menoleh pada Aleena yang menurutnya sangat asing dan seperti belum pernah melihatnya. Kemudian, ia mendekatinya.

"Kamu siapa?" tanya Lusia sambil memperhatikan Aleena dari ujung kaki hingga keujung kepalanya.

"Saya Aleena, saya pegawai magang dikantor ini, saya orang baru disini."

"Oh. Pegawai magang ya, tempat kerjamu disana, nanti Reno yang akan mengajarimu."

"Hei! Lusia, jangan Reno, biar aku aja yang ngajari Aleena." Sahut Vivian langsung mengambil alih.

"Aku bilang Reno ya Reno, ngerti. Sudah sana kamu selesaikan pekerjaan kamu. Nanti siang akan ada pertemuan diakhir jam pulang sama pimpinan baru perusahaan Puri Mandiri. Jadi, selesaikan kerjaan mu hari ini."

Vivian memasang muka cemberut terhadap Lusia.

"Perhatian untuk semuanya. Hari ini kita diminta untuk menyelesaikan pekerjaan yang kemarin sempat tertunda, sebisa mungkin untuk diselesaikan hari ini, ngerti kalian."

"Ngerti!" jawab semuanya serentak.

Lusia segera ke tempat duduknya. Sedangkan Vivian menatap lesu kepada Aleena.

"Kamu hati-hati ya sama si Reno, dia tuh duta gombalin cewek-cewek dikantor ini, ingat ya."

Aleena pun tersenyum mendengarnya.

"Aleena, mari." Ajak Reno yang hendak meraih tangannya Aleena.

Puk! sesuatu tengah mengenai tangannya Reno.

"Aw!" Reno langsung mendongak dan melihat siapa orangnya.

"Eh! sekretaris Devan." Reno pun nyengir kuda ketika dipergoki oleh sekretaris Devan.

Aleena lagi-lagi terpesona dengannya, dan tersenyum memandangi sekretaris Devan.

"Ayo ikut aku," ucapnya. Sontak saja membuat karyawan lainnya terkejut atas sikapnya.

"Jangan-jangan dia itu adiknya sekretaris Devan. Bukannya punya adik perempuan kan ya?"

"Iya juga ya, wah kabar bagus ini. Jadi, kita bisa mencari perhatian lewat si Aleena itu, iya gak."

Seketika, Lusia seperti mendapat ide baru untuk mendekati Aleena, yakni agar bisa mencuri perhatian dan bisa lebih dekat lagi dengan sekretaris Devan, pikirnya.

Vivian yang mendengar obrolan dari para karyawan lainnya tidak ikut menanggapi, justru masa bodoh dan memilih untuk sibuk dengan pekerjaannya.

Aleena yang sudah berada di ruang sekretaris Devan, ia celingukan melihat-lihat isi dalam ruangan tersebut.

"Hari ini Nona akan diajari sama Vivian. Ini, nanti bisa Nona pelajari sama Vivian. Terus, Tuan Bernio meminta kepada Nona untuk berhati-hati dalam berteman. Karena tidak semua yang kita lihat baik, itu baik."

Kemudian, sekretaris Devan menyodorkan sesuatu kepada Aleena untuk dipelajari. Aleena pun menerimanya sambil memperhatikan wajahnya.

"Silakan Nona kembali ke tempat kerja. Semoga Nona dapat mempelajarinya dengan mudah."

Aleena mengangguk dan bergegas keluar, dan kembali ke tempat kerjanya.

Setelah itu, sekretaris Devan segera melakukan meeting bersama Bosnya, dan juga yang lainnya.

Suasana ruang rapat dipenuhi dengan konsentrasi dan fokus. Sekretaris Devan dengan rapi menyajikan berkas-berkas yang diperlukan, sementara Bosnya memperhatikan setiap detail dengan seksama. Diskusi berlangsung lancar, dengan gagasan-gagasan baru yang dituangkan untuk meningkatkan kinerja usaha.

"Bagaimana jika kita ekspansi ke pasar internasional?" usul Bosnya.

"Itu bisa menjadi peluang besar, tapi kita perlu mempertimbangkan risiko dan strategi pemasaran yang tepat," jawab Sekretaris Devan.

Rapat berlangsung produktif, dengan hasil yang diharapkan dapat membawa perusahaan ke tingkat yang lebih tinggi.

Setelah diskusi yang produktif, Bos dan Sekretaris Devan sepakat untuk melanjutkan rencana ekspansi ke pasar internasional. Mereka membagi tugas untuk melakukan riset pasar, analisis kompetitor, dan strategi pemasaran yang efektif.

"Devan, tolong siapkan proposal lengkap untuk ekspansi ini dalam waktu satu minggu," kata Bosnya.

"Tentu, Bos. Saya akan segera bekerja sama dengan tim untuk menyelesaikannya," jawab Sekretaris Devan.

Dengan rencana yang jelas, mereka berdua merasa optimis akan masa depan perusahaan dan siap menghadapi tantangan baru.

Setelah presentasi proposal, Bosnya memberikan beberapa catatan dan saran untuk penyempurnaan. Devan mencatat setiap poin dengan seksama dan berjanji untuk segera merevisi proposal sesuai dengan arahan Bosnya.

"Bagus, Devan. Saya percaya kamu bisa menyelesaikan ini dengan baik. Jika sudah selesai, kirimkan proposal revisi kepada saya untuk finalisasi," kata Bosnya.

"Tentu, Bos. Saya akan segera merevisi dan mengirimkannya dalam waktu dekat," jawab Devan.

Rapat pun diakhiri dengan kesepakatan yang jelas dan target yang harus dicapai. Devan meninggalkan ruang kerja Bosnya dengan rasa puas dan percaya diri bahwa proposal ekspansi akan berhasil. Dengan langkah-langkah yang telah direncanakan, perusahaan siap menghadapi tantangan baru dan mencapai kesuksesan yang lebih besar. Tidak terasa cukup lama berada di ruang meeting, akhirnya semua pembahasan telah selasai, dan kembali ke tempat kerja masing-masing.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!