NovelToon NovelToon
Terpaksa Jadi Istri Kedua Demi Keturunan

Terpaksa Jadi Istri Kedua Demi Keturunan

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Ibu Pengganti / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:162.1k
Nilai: 5
Nama Author: Aisyah Alfatih

Hana, gadis sederhana anak seorang pembantu, tak pernah menyangka hidupnya akan berubah dalam sekejap. Pulang dari pesantren, ia hanya berniat membantu ibunya bekerja di rumah keluarga Malik, keluarga paling terpandang dan terkaya di kota itu. Namun takdir membawanya pada pertemuan dengan Hansel Malik, pewaris tunggal yang dikenal dingin dan tak tersentuh.

Pernikahan Hansel dengan Laudya, seorang artis papan atas, telah berjalan lima tahun tanpa kehadiran seorang anak. Desakan keluarga untuk memiliki pewaris semakin keras, hingga muncul satu keputusan mengejutkan mencari wanita lain yang bersedia mengandung anak Hansel.

Hana yang polos, suci, dan jauh dari hiruk pikuk dunia glamor, tiba-tiba terjerat dalam rencana besar keluarga itu. Antara cinta, pengorbanan, dan status sosial yang membedakan, Hana harus memilih, menolak dan mengecewakan ibunya, atau menerima pernikahan paksa dengan pria yang hatinya masih terikat pada wanita lain.

Yuk, simak kisahnya di sini!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah Alfatih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

33. 4 bulan kemudian.

Empat bulan berlalu sejak Hana diizinkan pulang dari rumah sakit. Kehidupan di rumah Hansel perlahan menemukan ritme baru, meski tidak pernah benar-benar tenang. Bayi mungil itu menjadi pusat perhatian, sekaligus pusat dilema yang tak pernah berhenti menggantung di udara.

Hana kini bisa bergerak lebih leluasa, meskipun tubuhnya masih menyisakan kelemahan akibat koma panjang dan pendarahan yang sempat mengancam nyawanya. Namun, justru bukan kelemahan fisiknya yang paling berat, melainkan kelemahan hatinya. Hampir setiap hari, bayi itu lebih tenang ketika berada dalam pelukan Laudya. Tangis yang tak henti seketika mereda hanya dengan usapan atau nyanyian lirih Laudya, seolah bayi itu mengenalinya jauh lebih dalam dibanding Hana, ibu kandungnya sendiri.

Awalnya Hana selalu mencoba, memaksa dirinya menenangkan sang buah hati, berjam-jam duduk dengan sabar meski peluh membasahi dahi. Namun, ketika tangisan itu tak juga berhenti, dan akhirnya Laudya datang lalu membuat bayi itu diam hanya dalam hitungan menit, Hana merasa hatinya seperti diremas. Ada perih yang tak bisa dijelaskan, perasaan kalah, tersisih, sekaligus bersalah. Tapi ia juga tahu, dirinya tak bisa menolak kenyataan itu.

'Apa ini cara Tuhan memisahkan kita, Nak?' bisik Hana dalam hatinya.

Hansel, di sisi lain, mencoba adil. Setiap pagi ia memastikan Hana mendapat segala kebutuhan, dari makanan, vitamin, hingga pengobatan lanjutan. Ia juga selalu berusaha menjaga Laudya, yang kini kelelahan luar biasa karena mengurus bayi hampir tanpa henti.

“Kalian berdua sama pentingnya,” begitu kata Hansel suatu malam, ketika Hana hanya terdiam melihatnya menidurkan bayi di gendongan Laudya. Kata-kata itu terasa seperti pisau bermata dua, menenangkan, tapi sekaligus menyadarkan bahwa Hansel berdiri di antara dua dunia yang sama-sama rapuh.

Perlahan, Hana mulai dilanda keraguan. Setiap kali ia melihat Hansel menyeka peluh di dahi Laudya, setiap kali ia menyaksikan bayi itu tertidur damai dalam dekapan Laudya, ada bisikan di dalam dirinya, 'Haruskah aku merebut kembali?'

Rasa egois itu muncul, mengingat bagaimana dulu dialah yang selalu berada di sisi Hansel, dialah istri siri yang kini hanya tinggal status masa lalu. Tapi seiring waktu, Hana juga sadar, jika ia menuruti bisikan itu, yang terluka bukan hanya Laudya, bukan hanya Hansel, melainkan dirinya sendiri dan bayi mungil yang tak tahu apa-apa.

Suatu sore, ketika Hansel baru pulang kerja, Hana duduk di teras dengan wajah sendu. Bayi itu berada di pelukan Laudya yang duduk tak jauh darinya, membisikkan lagu nina bobo pelan. Hansel mendekat, menatap keduanya bergantian.

“Aku tahu ini sulit, Hana…” ucap Hansel pelan, duduk di samping Hana. “Tapi percayalah, aku hanya ingin kalian berdua baik-baik saja. Tidak ada yang ingin kulukai.”

Hana mengangguk, meski matanya berkaca-kaca. “Aku tahu, Mas Hansel. Aku tahu ... tapi setiap kali aku melihat dia...” ia melirik ke arah Laudya dan bayi,“aku merasa … kosong. Seolah aku tidak punya tempat lagi di dunia kalian.”

Hansel terdiam, hatinya sendiri kacau. Ia ingin memeluk Hana, menenangkannya, tapi ia juga tahu, satu gerakan salah bisa melukai Laudya. Di dalam rumah itu, cinta, luka, dan pengorbanan bercampur menjadi satu.

Hana menunduk, mengusap matanya dengan ujung jari. “Aku tidak ingin merebutmu kembali, Mas. Tidak juga ingin merebut bayi itu dari Laudya. Aku hanya … ingin belajar ikhlas. Walaupun setiap malam aku menangis sendirian.”

Hansel menatapnya lama, dadanya sesak. Laudya, yang mendengar percakapan itu dari kejauhan, hanya bisa menggenggam bayi lebih erat, seakan takut sesuatu yang indah di pelukannya itu bisa direnggut kapan saja.

Dan begitulah hari-hari mereka berjalan dengan Hana yang mencoba berdamai, Laudya yang terus dihantui rasa takut kehilangan, dan Hansel yang terjebak di tengah, berusaha menyeimbangkan dua hati yang sama-sama rapuh.

Malam itu suasana rumah begitu hening. Bayi mungil itu baru saja tertidur di pelukan Laudya, setelah berjam-jam menangis tak henti. Hana duduk di kursi sudut ruangan, matanya sembab, namun ia berusaha tetap tegar. Hansel berjalan bolak-balik di ruang tengah, wajahnya jelas menunjukkan kepanikan. Ia tahu, kedua wanita itu sama-sama terluka dan dirinya berada di tengah pusaran yang kian berat.

“Laudya…” Hansel mendekat, menatap istrinya yang hampir terlelap sambil menggendong bayi. “Kau butuh istirahat. Serahkan dulu padaku.”

Laudya menggeleng pelan. “Aku takut kalau dia terbangun, Hansel. Hanya aku yang bisa menenangkannya.”

Nada suaranya lirih, namun penuh kekhawatiran. Hansel mendesah, lalu duduk di sampingnya, mengusap lembut punggung istrinya.

Sementara itu, Hana hanya bisa menatap dari kejauhan. Dadanya terasa sesak, tapi ia menahan diri. Ia sadar, jika ia memaksa, hanya akan menambah beban. Namun, di balik matanya yang tenang, ada gelombang perasaan yang kacau, cemburu, rindu, sekaligus ikhlas yang dipaksa.

Pagi harinya, dokter keluarga datang untuk memeriksa kondisi Hana.

“Kesehatannya sudah jauh membaik. Hanya saja, ibu Hana perlu banyak istirahat, jangan sampai stres,” kata dokter itu.

Hana tersenyum tipis, meski hatinya bergetar mendengar kata jangan stres. Bagaimana bisa ia tidak stres, jika setiap hari ia merasa kalah dari Laudya, bahkan di hadapan anak kandungnya sendiri.

Setelah dokter pergi, Hansel menyiapkan sarapan. Ia selalu berusaha membagi waktunya, menyiapkan makanan untuk Hana, mengingatkan Laudya minum vitamin, dan memastikan bayi mereka dalam keadaan sehat. Namun, bukannya merasa lega, justru semakin lama Hana makin ragu. 'Apakah aku kuat menjalani ini? Apakah aku bisa benar-benar ikhlas?'

Hari itu, Hana memberanikan diri. Ia meminta Laudya menyerahkan bayi ke pelukannya. “Aku ingin coba lagi,” ucapnya pelan. Laudya terdiam sejenak, lalu dengan hati-hati menyerahkan. Bayi mungil itu sempat merengek, namun Hana mengayun perlahan sambil berbisik, “Nak … ini ibu … dengarkan suara ibu…”

Untuk pertama kalinya, tangis bayi itu tidak berlarut-larut. Meski tetap rewel, ia akhirnya terlelap di dada Hana. Air mata Hana jatuh tanpa bisa ditahan. Hansel yang melihat dari kejauhan ikut terharu, sementara Laudya menggigit bibirnya, berusaha menahan perasaan takut kehilangan sesuatu yang selama ini ia rawat sepenuh jiwa.

Malam itu, Hana termenung di kamarnya. Dalam hati ia berbicara pada dirinya sendiri. 'Mungkin memang benar, aku tidak bisa merebut kembali Tuan Hansel, juga tidak bisa sepenuhnya merebut anak ini dari Nyonya Laudya. Tapi aku masih ibunya … aku akan pergi, iklas dan memulai hidup baru,'

Keputusan itu tidak mudah, namun Hana tahu, kalau ia terus melawan, hanya luka yang akan tersisa.

1
A.M.G
lidi harus diaapain sih biar tobat
A.M.G
saatnya ketwaa 📢📢📢📢📢
A.M.G
tuh mulut lemes bener kek kunti
A.M.G
kapan sih lidi sadarnya hobi banget nyalahin orang lain jelas jelas itu karna dirinya sendiri🤧🤧🤧
A.M.G
good job 💜💜💜
A.M.G
ada apa dengan hana
A.M.G
duh geramnya
A.M.G
ayo fuqon saatnya membersihkan nama baik ibumu
A.M.G
semoga hana bisa mengambil hak nya
A.M.G
heh mak lampir yang harusnya intropeksi lu ya
A.M.G
roh halus sama manusia lidi saama sama playing viktim si daniel🤭🤭
A.M.G
dasar rubah klo pada akhir nya cerai kenapa kau pisahkan hana dengan anaknya
A.M.G
aduh smaa smaa rindu tapi gengsi semoga hana dan furqon bersatu yang lain terserah
A.M.G
untung ada pamannya... cie hana ngidam 💜💜💜💜
A.M.G
🫠🫠🫠🫠
Ddek Aish
sj jalang selalu nyalahin orang
Fitria Syafei
Wow emang enak Laudya 🤪 Kk cantik kereeen 😘😘
enungdedy
trus tujuannya ngajak hana ke acara keluarga tuh mksdnya gmn nyonya rohana? klo emg status hana disembunyikan ngapain di ajak kn cuma ank pembantu katamu
Rahma
ko ada y org ky laudya sm Bu Rohana pdhl mereka yg salah, mereka yg menyeret Hana k kehidupan yang rumit tp ko mereka yg nyalah2in Hana terus, pgin aq tembak tuh 2 org laudya sm bu Rohana
Ma Em
Emang Hana hrs melawan kalau Hana lemah dan cuma diam Laudya dan Rohana makin berani menghina dan menindas Hana , bangkitlah Hana lawan semua orang yg menghinamu .
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!