Memiliki kecantikan dan kepintaran saja tidak cukup untuk membuat ibu mertuanya senang padanya. Elleana Bella, seorang wanita karier dan juga ibu yang baik untuk putranya.
Namun ia selalu di cap sebagai menantu yang buruk oleh ibu mertuanya, bahkan suaminya pun selalu memojokan dan menyalahkan dirinya dalam segala hal dan selalu membenarkan kata-kata ibunya.
Bagaimana cara Bella menghadapi sikap toxic ibu mertuanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon QueenMama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
Kepergian Bella menjadi tamparan keras bagi Abimana. Ia benar-benar sangat menyesali perbuatannya pada sang istri yang sudah ia lukainya secara pisik dan mentalnya.
"Pergi kemana kamu Bella. Maafkan aku, kembalilah padaku aku mohon, aku benar-benar berjanji tidak akan mengulanginya lagi, sungguh." Abimana merasa sangat sedih dan terluka karena perbuatannya sendiri.
Namun berbeda dengan ibu Maya yang sengat begitu senang dengan keputusan Bella untuk meninggalkan rumah itu tanpa ia harus repot-repot mengusir nya.
Rasa benci terhadap sang menantu, membuat ibu Maya semakin gelap mata dan kini ia pun tega memfitnah Bella memiliki pria lain di belakang putranya.
"Abi, ibu yakin istrimu pasti tidak pergi sendirian, dia pasti memiliki pria lain di belakang mu nak, coba kamu pikirkan saja dari mana uang yang ia pakai untuk membeli semua barang-barangnya yang mahal itu, tidak mungkin seorang desainer mendapatkan gaji besar. Ibu juga pernah sekolah jadi ibu tidak bisa di bohongi dengan tipu muslihat nya." Ibu Maya mulai memprovokasi putranya agar semakin membenci istrinya.
"Itu tidak mungkin bu, Bella buka perempuan seperti itu." Abimana menyangkal perkataan ibu nya dan memilih pergi untuk bersiap mencari keberadaan istri dan putranya saat ini.
"Dasar anak itu. Aku harus terus membuatnya membenci Bella, bila perlu biarkan saja mereka berpisah setelah itu aku akan mencarikan wanita yang cocok untuk putraku." Ibu Maya tersenyum menyerinyai menatap pintu kamar putranya yang kini tutup rapat.
Kini ibu Maya pun lebih memilih pergi berbelanja untuk menghilangkan rasa kesal pada putranya yang mulai membantah perkataan nya.
***
Bella menatap rumah sederhana yang ada di hadapannya saat ini. "Bagai mana menurutmu Bella?" Tanya Bagas yang kini tengah membantu Bella memilihkan beberapa rumah untuknya.
"Aku suka yang ini, harganya pun terjangkau, jadi aku pilih yang ini saja." Ucap Bella yang kini melangkahkan kakinya di dalam rumah itu.
Dalam hati Bagas memiliki banyak pertanyaan pada Bella mengapa ia lebih memilih pergi meninggalkan rumahnya, namun ia tak berani mempertanyakan hal pribadi sahabatnya.
Terlebih saat Bella mengatakan agar ia tak boleh mempertanyakan apapun pada Bella saat ini dan Bagas pun menyetujui permintaan sahabat nya.
"Bagai mana menutumu nak? ini rumah baru kita apa kamu suka?" tanya Bella pada sang putranya yang kini berada di dalam gendongannya.
Bella menurunkan putranya agar Zayn lebih leluasa untuk melihat rumah barunya. "Asal mama senang Zayn akan suka tinggal disini." Ucap Zayn dengan wajah polosnya.
Kini Bagas yang berada tak jauh dari ibu dan anak itu kini merasa sangat yakin jika hubungan rumah tangga sahabatnya memang sedang tidak baik-baik saja. Kini Bella mulai bersiap untuk membersihkan rumah barunya agar mereka merasa nyaman.
"Hallo jagoan! kemarilah, dan katakan siapa namamu?" tanya Bagas mulai mendekatkan dirinya dengan Zayn.
Namun Zayn hanya diam saja tak menjawab pertanyaan Bagas. "Kau tenang saja, jangan takut perkenalkan nama ku Bagas, siapa namamu? tanya Bagas kembali dan mengulurkan tangannya di hadapan Zayn.
"Jangan takut, aku adalah sahabat mama mu saat kami kuliah dulu, jadi apakah kamu juga mau menjadi sahabatku?" Tanya Bagas antusias.
Kini Zayn menatap mamanya untuk meminta persetujuan, Bella yang mengerti apa maksud putranya pun tersenyum dan menganggukan kepalanya sebagai jawaban.
"Apa kau selalu meminta ijin mama mu terlebih dahulu sebelum mengambil keputusan? manis sekali." Bagas mengacak lembut rambut putra sahabat nya.
"Aku tidak manis, tapi aku adalah pria kuat." Zayn memperlihatkan lengan kecilnya pada Bagas.
"Wow.. Boy otot mu keren sekali." Seru Bagas dengan mata berbinar. Kini Zayn pun merasa bangga dengan dirinya sendiri
"Tentu saja, aku akan menjadi pria kuat dengan otot besar agar aku bisa melindungi mama dari orang-orang yang berbuat jahat padanya." Ucap bocah kecil itu penuh ambisi.
Membuat Bagas mulai mengerutkan keningnya menatap wajah Zayn dengan lekat. "Ada apa sebenarnya? mengapa bocah sekecil ini sudah memiliki ambisi yang cukup besar layaknya orang dewasa." Bagas terus bermonolog kini hatinya di penuhi banyak pertanyaan.
"Haruskah aku mencari tahu tentang hubungan rumah tangga Bella, ohh.. Astaga Bagas! apa yang kau pikirkan." Bagas menyadarkan dirinya yang terlalu ingin tahu dengan hubungan pribadi sahabatnyal.
"Om apa kau tidak ingin tahu siapa namaku lagi?" Tanya Zayn yang kini melihat Bagas yang tengah melamun memikirkan sesuatu.
"Oh iya, tentu saja, siapa namamu?" Bagas kembali tersadar dari lamunan panjangnya.
"Namaku Zayn Ibrahim Frasetya." Zayn mengulurkan tangannya resenyum pada Bagas.
Dengan hitungan menit kini Zayn pun mulai dekat dengan Bagas, mereka bermain layaknya sudah saling mengenal satu sama lain.
Hal itu tak pernah lepas dari pandangan Bella yang masih sibuk membersihkan rumah barunya yang sedikit berdebu.
"Andai saja mas Abi yang bermain bersama putranya seperti itu, mungkin saat ini aku akan merasa sangat senang dan berlari memeluk mereka sekarang. Tapi, semuanya seakan hanya mimpi bagiku, mas Abi sudah sangat berubah. Dia hanya memikirkan ibu nya saja, dia benar-benar melupakan kewajiban dan tanggung jawabnya sebagai seorang ayah yang baik untuk putranya."
Bella menatap nanar ke arah putranya. Sejak beberapa hari ini ia baru melihat putranya tersenyum lepas.
"Terima kasih Bagas, kamu sudah membuat Zayn tertawa melupakan semua kesedihan dalam hatinya." Gumam Bella lirih.
"Boy, apa kau lapar atau menginginkan sesuatu?" Tanya Bagas yang langsung di jawab anggukan kepala.
"Baiklah aku akan mengajakmu untuk mencari makanan, aku yakin mama mu juga lapar karena seharian bekerja membersihkan rumah kalian. Kau tahu Zayn mama mu sangat keras kepala dia tidak mau menerima bantuan apapun dariku."
"Mama memang keras kepala, tapi dia memiliki hati yang lembut dan manis seperti eskrim kesukaan ku." Jawab Zayn yang langsung membuat Bagas tercengang dengan ucapan bocah kecil itu.
Kini Zayn berjalan bersama Bagas masuk ke dalam supermarket untuk membeli bahan makanan, namun langkah Zayn terhenti saat melihat papanya juga berada disana.
Zayn bersembunyi agar sang papa tidak melihatnya, ia tidak ingin perjuangan sang mama untuk pergi meninggalkan rumah itu sia-sia.
"Boy, sedang apa kau disana?" Bagas menghampiri putra sahabatnya yang kini terlihat sangat ketakutan seperti baru saja melihat hantu.
"Hey, jangan membuatku bingung ayo aku akan membawa mu ke tempat eskrim, kau boleh memilih apapun yang kau inginkan." Ucap Bagas sedikit membujuk Zayn agar mau pergi nersama dengannya untuk berbelanja di tempat lain.
Kini Zayn memindai seluruh tempat itu dan kini ia pun keluar dari tempat persembunyian nya setelah merasa aman.
"Uncle bawa aku pulang sekarang juga." Ucap Zayn yang kini memeluk Bagas dengan sangat erat, membuat Bagas mulai kebingungan dengan ekspresi bocah laki-laki yang berada di pangkuannya itu.
"Ada apa dengannya? kenapa dia terlihat sangat begitu ketakutan?"
Bersambung